20. Kau Tidur Saja.

69 3 0
                                    

Setibanya di rumah hujan sudah reda, tengah malam lewat sedikit. Sidin meracik bensin dan minyak goreng sehingga jadi suatu campuran bahan bakar yang sifatnya serupa minyak tanah. Sidin punya lampu minyak yang sudah lama tidak terpakai, dan kini bisa dipakai lagi.

"Tidak masalah jika kamis besok listrik belum nyala," kata Sidin sesaat sebelum tidur. "Yang penting Anton tahanan melarikan diri itu segera tertangkap lagi,"

Hidup PLN!

Kamis listrik masih mati.

Harga bensin kian melambung. Angkot tidak ada, ojek sepi. Dengan reputasi kurang bagus di kalangan tukang ojek, Sidin terpaksa bayar ongkos lebih mahal supaya bisa sampai di sekolah. Masih untung di Jalan Raya Serang bisa menumpang kendaraan selain angkot, truk tronton misalnya. Teman-teman Sidin dari Distrik Panongan juga melakukan hal yang sama.

"Cukup sekali ini kita jadi anak BM," kata Sidin pada teman-temannya.

BM (berani mati), istilah anak berandalan yang nekat bepergian naik truk tronton untuk menghemat uang saku. Alasan sebenarnya supaya ada uang lebih untuk membeli rokok, tapi kasusnya Sidin dan teman-teman jelas berbeda.

"Tidak terlambat nih?" Satya menadahkan tangan dari sinar matahari yang mulai terik. Tadi mereka mendapat truk lawas bermuatan pasir besi dari Cilacap.

"Hari gini mana ada bel sekolah bunyi?" Sidin menunjuk gerbang sekolah yang tidak terkunci.

"Satelit barat ibu kota lumpuh," pendapat Alan tidak meleset. "Lihat saja, di kelas palingan kita disuruh baca buku paket atau mengerjakan soal evaluasi,"

"Aku lebih suka mencatat," Sidin merogoh pena dari sakunya.

"Gabut!" kata pertama yang didengar Sidin bagitu masuk kelas, diucapkan Sidik yang duduk tepat di depannya. Gabut, berarti bingung mau mengerjakan apa.

"Tugas rangkuman biologi mana waktunya pendek, bahasannya panjang, mati lampu pula," kata Budi ketika mengumpulkan buku tulis.

"Tidak biasa menulis diterangi sinar lilin, mataku jadi sakit," Satya mengusap matanya.

"Kau tidur saja Satya. Kalau perlu ke UKS beritahu Budi," Sidin mengangkat pena.

Detektif Ichsan 5 : The Runaway Prisoner.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang