27. Lagi Boke.

65 4 0
                                    

"Aih, kenapa Rasid ikut-ikutan?" Detektif Ichsan keceplosan mengucap nama panggilan Ali Rasidin.

"Jadi begini...

Beberapa saat yang lalu.

Dentang lonceng besi dipukul tiga kali menandakan saatnya pulang sekolah. Seribuan murid bergelombang mengalir pulang, lelah mengerjakan setumpuk tugas rangkuman dan latihan soal. Lekas naik berjejal ke angkutan kota atau menyerbu parkiran motor di samping sekolah. Semuanya, selain Sidin.

Sidin berdiri diam, termangu memandang kendaraan lalu-lalang di Jalan Raya Serang. Sidin tidak sadar seseorang hadir di belakangnya, tahu apa yang akan dia lakukan.

Sidin memang tidak menunggu angkot jurusan manapun. Begitu sebuah truk besar sarat muatan pasir mendekat, Sidin mengambil ancang-ancang untuk melompat. Tangannya terulur siap menyambar bak truk pasir itu.

BM.

Berani Mati.

Nyaris saja Sidin melompat menyambar kendaraan bebas ongkos beresiko maut itu ketika sebuah tangan mencekal bahu kirinya dari belakang.

Tidak ada kata 'argh'. Luka bekas goresan peluru itu sudah pulih sepenuhnya, tapi Sidin batal naik truk pasir. Dengan agak kesal Sidin balik badan, terkejut mendapati perempuan di belakangnya.

Rina.

"Sidin," Rina menurunkan tangannya yang mencekal bahu Sidin. "Kenapa kau harus berbuat demikian? Berhentilah membahayakan dirimu sendiri. Kenapa kau tidak pernah bilang kalau sedang ada masalah?"

Sidin menangkap sejelas-jelasnya ekspersi wajah Rina.

Kecewa.

"Baiklah," akhirnya Sidin mengaku. "Aku kehabisan uang saku. Di saat-saat krisis macam sekarang, tidak mungkin siapapun memberiku pinjaman. Uang saku kau sekarang hanya cukup untuk ongkos pulang, bukan? Karena itulah aku memilih BM. Tadi pagi juga, aku, Satya, dan Alan terpaksa BM karena tidak ada angkot,"

Sidin menyertakan isyarat dalam kilasan matanya.

Menyesal.

Rina menghela nafas. Kalimat-kalimat Sidin benar adanya. "Kalau begitu, kau susul Iwan dan Detektif Ichsan. Siapa tahu ada solusi,"

Sidin manggut-manggut, tidak punya pilihan selain menurut.

"Ichsan, bisa antar aku pulang? Lagi boke," Sidin berterus terang.

"Oke," Ichsan setuju. "Tapi segera tamatkan cerita ini. Bisa?"

"Bisa,"

Detektif Ichsan 5 : The Runaway Prisoner.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang