8~River Cam

18.8K 523 15
                                    

Queen pov

Hari pertama di Cambridge kami awali di River Cam. River Cam adalah sungai yg mengalir di Cambridge timur. Sungai ini sangat indah sekali. Udaranya juga sejuk.

Siapa saja akan jatuh cinta dengan sungai ini. "Kak fotoin aku dong" kataku sambil menyodorkan handponeku ke kak Prince. "Siap 1,2,3" kata kak Prince. Cekrek cekrek. Berbagai pose. Slingbagku terjatuh. Aku menunduk untuk mengambil.

Tapi ada satu tangan yg mendadak terulur membantuku mengambilnya. Aku melihat ke atas. Ternyata Alvino Steward. "Lo gak apa apa?" Tanyanya. "Gak" kataku. "Kenalin gue Alvino" katanya. "Gue udah tau" kataku.

"Kenapa lo tau? Lo stalker gue ya?" Tanyanya. "Gaklah. Gila kali. Rapat petinggi ingat? Pas itu gue tau lo" kataku. Hampir saja aku bilang aku mengetahuinya saat dia memperkenalkan diri di depan kelas.  "Oh. Gue pikir lo stalker. Ada urusan ya di Cambridge?" Tanyanya.

"Liburan. Lo sendiri?" Tanyaku. "Gue disini? Sama liburan" katanya. "Oh" kataku. "Boleh nanya sesuatu?" Tanyanya. "Nanya apaan?" Tanyaku.

"Lo sekolah dimana? Banyak yg bilang lo sekolah di SIHS. Tapi lo jarang kelihatan. Gue lihat lo pas di kantin yg lo meluk King doang." katanya. "Itu urusan gue. Lebih baik lo simpan aja rasa penasaran lo itu" kataku.

"Kenapa dirahasiain? Awak media bisa aja bongkar semuanya" katanya. "Itu hak gue buat nyimpan hal ini" kataku. "Lo dingin banget ternyata. Padahal gue perhatiin pas lo lagi sama kakak kakak lo, lo ceria banget" katanya.

"Itu juga hak gue buat bersikap" kataku. "Gue harus pergi. Sampai jumpa" katanya. "Ya" kataku. Orang aneh. "Wah lo lumayan akrab sama si Vino" kata kak Louis.

"Diam kak Lou. Gue gak akrab sama sekali sama dia" kataku. "Terserah. Intinya lo akrab" kata kak Louis. "Bomat" kataku. Aku memutuskan untuk duduk dibawah pohon. Tiba tiba handponeku berdering.

Unknow number is calling.....
Siapa ya? Angkat atau tidak? Angkat sajalah. Siapa tau penting. "Halo" kataku.

"Halo" kata seseorang disebrang sana dengan suara baritonnya.

"Siapa?" Tanyaku tanpa basa basi. Memang harus to the point.

"Gue Alvino. Simpan nomor gue" sangat mengejutkan anak ini. Darimana dia mendapat nomorku. Dia hebat memberi surprise ternyata.

"Darimana kau dapat nomorku?" Tanyaku menuntut sekaligus to the point.

"Itu urusan gue. Simpan aja rasa penasaran lo itu" hei dia mengambil kalimatku.

"Kau ingin balas dendam?" Tanyaku.

"Gak tuh. Tapi kalo lo ngerasa yaudah. Gue jadi gak perlu susah susah nyindir lo" katanya. Rupanya dia sengaja.

"Ada yg penting? Jika tidak akan ku tutup telfonnya" kataku. Sebenarnya aku malas meladeninya.

"Jangan ditutup. Gue ingin ngobrol banyak sama lo" katanya. Dih dia SKSD. Bisa dimanfaatkan.

"Oke. Gue gak akan tutup dengan satu syarat" kataku.

"Apaan syaratnya?" Sepertinya dia penasaran sekaliiiii.

"Lo harus kasih tau siapa yg ngasih nomor gue ke lo" kataku. Masuk ke perangkapku.

"Emang ini  penting banget?" Tentu saja penting. Nomorku ini berharga.

"Iya. Penting banget" kataku.

"Oke. Gue dapet nomor lo dari Windara" Winda? Apakah aku tak salah dengar?

"Winda? Gimana lo bisa kenal Winda? Dan gimana Winda bisa ngasih lo nomor gue?" Tanyaku.

"Lo mau tau? Temui gue di cafe rose. Sore ini. Gue bakal ceritain semuanya" katanya. Sepertinya malah aku yg jatuh ke perangkapnya.

"Ceritain aja lewat telfon. Gak perlu susah susah" kataku.

"Gak terima penolakan. Gue tunggu di cafe jam 16.00 oke. See you" katanya.

"Hei jangan ditutup telfonnya" kataku. Tut tut. Sambungan terputus, bodohnya aku. Kenapa aku harus masuk ke jebakannya.

"Siapa dek?" Tanya kak King. "Alvino" kataku. "Wah lo makin lengket aja sama si Vino" kata kak King. "Bacot deh lo. Eh cafe Rose dimana?" Tanyaku. "Emangnya kenapa?" Yeh ditanya malah nanya balik.

"Alvino ngajak gue ketemuan" kataku. "Oh. Cafe Rose gak jauh dari mansion oma. Gue bisa nganter lo" katanya. "Oke. Nanti sore ya" kataku. "Iya" kata kak King. "Pulang yok. Udah sore" kata kak Louis.

"Yok" jawab kami serempak. Kami pulang ke mansion. Kasur yg empuk telah menantiku. Aku bersih bersih dan mengganti baju menjadi baju yg lebih nyaman.

Aku membuka handponeku dan mengetikkan sebuah pesan.

Winda
Winda lo apa apaan sih? Kenapa ngasih nomor gue ke Alvino
Send

Dasar ada ada saja. Bisa bisanya dia memberikan nomor handponeku. Ting!. Hei cepat juga dia.

Winda
Maaf Queen, tapi Vino nyuruh gue gak usah cerita. Intinya maaf banget

Apa apaan sih si Alvino. Kenapa nyuruh Winda gak usah cerita. Minta aku golokkin emang.

Winda
Yaudah deh gak apa apa. Bye Winda
Send

Memang cari mati si Alvino. Ting!. Notif itu kembali muncul.

Winda
Bye Queen

Sambil menunggu sore, lebih baik aku tidur.

Kak King
Kak gue tidur. Jam 15.00 bangunin gue.
Send

Ting! Notif yg kutunggu akhirnya muncul.

Kak King
Iya. G.sleep ya. Have a nice dream~
~♡~♡~♡~♡~♡~♡~♡~♡~
1. Pendapat kalian tentang Alvino?

Bantu dengan vote. Terimakasih!

Fake Nerd (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang