Untuk kali pertama kamu menyebut nama lengkapku, kenapa rasanya berdebar dan menyenangkan?
•••
HARI ini suasana di kelas 12 IPA 3 sangat ramai, ada yang sibuk menebalkan bedaknya padahal masih sangat terlihat kontras dengan kulitnya yang sawo matang, ada yang sibuk bergosip ria, makan, selfie, ya begitu, klasik seperti siswa kebanyakan. Yang terdengar sangat kontras adalah tentang salah satu film yang akan ditayangkan di bioskop lusa nanti, yakni; Dilan 1990.
"WOY BUSEH, GANTENG BAT IQBAAL-NYA!"
"ASTAGA, BAWA GUE KE BIOSKOP DONG TOLONG!"
"MENDINGAN NOBAR SATU KELAS, NOBAR!"
"HARRA, SEBAGAI KM YANG BAIK TRAKTIR NOBAR DONG SEKELAS!"
Harra, pemilik nama yang sedang asyik memainkan games di ponselnya menoleh cepat. "Heh anjirun, gue kagak ikutan coeg! Bawa-bawa nama gue lagi!" tatapannya kembali pada ponsel dan seketika matanya membulat kaget. "ANJ—Astagfirullah aladzim, gue defeat 'kan gara-gara lo pada Allahuakbar, kalah ini mah udah ilang bintang gua!"
Sontak Albian, Alfito, dan Noah menoleh.
"Kalah Pak Ustad?" Noah tertawa puas.
"Ini gara-gara mereka bahas film penuh gombalan itu bawa-bawa nama gue, setan! Eh Astagfirullah, sabar Harra." Cowok itu mengelus dadanya yang rata. Iya lah, 'kan Harra cowok.
"Astaga, noob mah noob aja gak usah nyalahin keadaan," Alfito menyahut sambil fokus memainkan games di ponselnya, membuat Harra menatap garang ke arahnya.
"Astagfirullah, asu kau Fito!"
"Harra nggak boleh kasar ih, Mama nggak pernah ngajarin." Noah cemberut, pura-pura bersedih.
"Bacot klean! Urusin tuh game lo berdua, kalah mampus."
Albian, cowok itu adem ayem aja, hanya tadi menoleh sebentar dan kembali lagi memandang ponsel. Albian Raeval Alderal, katanya sih cowok paling cuek di kelas, sialnya ganteng jadi cukup banyak cewek di kelas yang juga suka sama dia. Tapi Albiza tidak termasuk, atau belum? Sekarang cewek itu sedang menempelkan kepalanya pada meja, yang melihatnya pun langsung tahu bahwa dia sedang galau.
"Udah kek mayat hidup aja lo mbak, berantem sama dede gemez lo itu?"
Albiza tak menjawab, ia malah sibuk melamun, membuat Novia kesal sendiri sehingga mengeluarkan jurus andalannya. "WOY ALBIZA ALDERANI!"
"KAGET GUE, BANGKE!" Albiza menjerit membuat beberapa pasang mata di kelas memandang ke arahnya dengan pandangan malas, Albiza memang biasa saja, tidak famous, tidak cupu, tidak pendiam juga, ya pokoknya biasa saja. Tapi kalo udah berteriak lihat ponsel bahaya, suaranya ituloh sangat berlian sekali.
"Jangan ngegas dong, remehan rengginang!"
"Sialan lo, ngeselin."
"Ya abis gue tanya malah ngelamun,"
Albiza mendelik. "Tapi kan nggak usah pake teriak juga, pinterrrr!"
"Maaf deh, lo berantem sama dede Cello?"
Dede? Iya, Cello itu adik kelas, dia cukup ganteng dan famous di kalangan cewek-cewek SMA Merdeka. Mereka—Albiza dan Cello bertemu di lapangan saat Upacara senin pagi. Awalnya Albiza hanya menganggapnya angin lalu, tapi saat pertemuan-pertemuan selanjutnya tiba-tiba saja terbesit rasa untuk ingin mengenal Cello, dan mereka jadian meskipun baru putus semalam.
"Bukan brantem lagi, udah putus."
"Hah?" beo Novia. "Kapan?"
"Tadi malem, bangke banget dia emang, selingkuh dia sama Thalisa anak kelas 11 IPA 3 itu, gak ada otaknya. Ah anjir, cinta pertama gue kandas, padahal prinsip gue punya pacar satu terus buat selama-lamanya, tai banget emang!" Albiza sudah menggeleparkan tubuhnya sambil memukul Novia dengan gemas.
"Sakit dong, upil tapir." Novia meringis, meski begitu ia tahu jika sedang bawa perasaan Albiza memang suka refleks memukul orang-orang di sebelahnya.
"Ya abisnya kesel!"
"Ya udah lah, berarti dia bukan yang baik buat lo, kan? Gak usah di tangisi, gak ada kerjaan amat nangisin buaya kayak gitu. Dari sana belajar, kalo cowok emang nggak pernah cukup sama satu wanita."
•••
Jam istirahat pertama, semua siswa sibuk berbondong-bondong ke kantin untuk berburu makanan, berbeda dengan Albiza yang lebih memilih menidurkan kepalanya pada meja. Novia dan Lala sudah mengajaknya, namun Albiza menolak karena takut bertemu Cello, kelas anak itu memang dekat dengan kantin.
Merasa bosan, Albiza mangambil ponsel, ia meghela napas saat melihat wallpaper ponselnya belum terganti—fotonya bersama Cello saat sedang menaiki komidi putar. Dengan cepat Albiza menggantinya dengan foto Kim Taehyung, biasnya di Bangtan Sonyeondan.
Samar-samar, Albiza mendengar suara kekehan seseorang, ia menoleh dan kaget saat mendapati Albian di sana—cowok yang nyaris tidak pernah mengobrol dengannya. Diam-diam Albiza memperhatikan wajah Albian yang nampak fokus dengan kedua earphone menyumpal telinganya, sepertinya sedang bermain games.
Karena penasaran binti kepo, Albiza memundurkan duduknya—kebetulan bangku Albian memang tepat di sebelahnya. Cewek itu tak sengaja melihat layar ponsel Albian yang menampilkan gambar idolanya, Iqbaal Dhiafakhri Ramadhan, pemeran Dilan sang peramal. For your information, selain Oppa-oppa Korea, Albiza juga suka beberapa produk lokal tentunya.
"WHAT THE HECK! LO NONTON JUGA!? ANJU DEMI APA ITU PACAR GUE GANTENG BANGET DI SITU WOY!" tanpa sadar Albiza sudah sepenuhnya menonton Trailer Dilan 1990 di ponsel Albian.
Albian melepas earphone. "Kayak gue, ya?"
Albiza terlonjak, tapi tak peduli ia masih menikmati wajah Iqbaal di sana. "Apaan sih,"
"Mirip gue dia, rambutnya."
Albiza medengus. "Serah dah."
Albian tertawa. "Bukannya pacar lo cowok plastik semua, ya?"
"KASAR! MEREKA MANUSIA!" Albiza refleks memukul Albian, saat sadar ia menunduk malu. Berbicara saja nyaris tidak pernah, berani-beraninya barusan Albiza memukul cowok itu.
Terdengar suara tawa lagi, eh tunggu, Albian tertawa? Sejak kapan cowok triplek itu bisa ketawa? Sejak kapan mereka bisa mengobrol seolah sudah saling sama kenal? "Santai, bercanda gue, eh tapi mereka emang cantik, loh."
"GANTENG!" koreksi Albiza cepat, mungkin terlalu bersemangat?
"Mau nonton?"
"Apaan!? MV TXT yang Crown? Ah atau jangan-jangan MV BTS yang Boy With Luv itu? Mauuuu! Cepet cari chanel bighit!""
Albian menggelengkan kepalanya, sebegitu cintanya Albiza dengan Korea? "Bukan, Dilan."
Mata Albiza berbinar. "Dilan? Astaga gue udah kumpulin uang tapi gak ada yang bisa di ajak, jawaban mereka pasti 'asal traktir' kan bangke."
"Sama gue aja, mau?"
"Mauuuuuuu!" Albiza diam, teringat satu hal. "Eh? Sama lo?
Albian terkekeh. "Pas hari minggunya aja, oke? Deal."
Kedua bola mata Albiza membulat. "Eh tapi—"
"Gue gak suka dibantah, see you, Albiza Alderani."
Dan untuk pertama kalinya, Albiza kembali merasakan debaran di jantungnya saat mendengar Albian menyebut namanya secara lengkap untuk kali pertama. Seketika dia ingat sesuatu, bagaimana dengan Novia? Novia setengah mati mendekati Albian dengan segala usahanya, sedangkan dirinya tanpa melakukan apa pun? Albiza harus backstreet padahal dia dan Albian bukan pacar?
-ALBIANZA-
Hee he aku labil emang, ini di revisi lagi biar ga terlalu bobrok ya😂
Hope you like and enjoy💜
![](https://img.wattpad.com/cover/164455722-288-k812542.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Albianza
Teen Fiction[ SUDAH TERBIT ] Gara-gara film Dilan, Albiza jadi baper sama Albian. Sialnya, Albian yang 'katanya' cuek pun jadi mulai luluh dan ikut bawa perasaan pada cewek yang sudah dua tahun berada dalam kelas yang sama dengannya--tepat duduk di sampingnya. ...