Sampai kapan pun, kamu menganggap aku hanya sebatas fatamorgana. Seolah ada, tapi sebenarnya tidak ada.
•••
SEKOLAH sudah sepi, hanya ada Albiza yang sedang piket di dalam kelas, dan ada yang Albian yang ternyata diam-diam diluar menunggu Albiza piket sambil memainkan free fire di ponselnya.
Setelah menyelesaikan piketnya Albiza akan keluar bersama dengan debu-debu saat tiba-tiba cewek itu terlonjak melihat Albian ada di sana.
"Ngapain?"
Albian menoleh, senyuman lebar tercetak di bibirnya. "Nunggu kamu,"
"Kenapa?"
"Pulang bareng, yuk?"
Albiza terkekeh. "Nggak ah, aku--"
"Za, ntar malem bales chat gue ya!" Alfito tiba-tiba berlari keluar kelas menuju parkiran, padahal tadi Albiza rasa di kelas sepi. Bahkan dia tidak tahu Albian ada di luar.
Albian memandang Albiza penuh tanya. "Suka chat -an sama dia?"
"Nggak, tapi... aku mau cerita sama kamu," ujar Albiza menundukkan kepalanya.
"Apa?"
"Seminggu yang lalu, Fito ada bilang kalo dia suka sama aku. Dia datang ke rumah gitu," cewek itu menggigit bibir bawahnya, kepalanya menunduk semakin dalam.
"Kenapa, ya?"
Albiza mendongak. "Apanya yang kenapa?"
"Temen aku suka sama kamu, dari mulai Fito, nanti bisa jadi Harra, gak menutup kemungkinan nanti Noah juga, saingan makin banyak."
Ingin sekali rasanya Albiza berteriak 'makanya kasih kejelasan, dong!' tapi itu tidak mungkin dilakukannya, menjadi teman dekat Albian aja sudah lebih dari cukup--ralat, mereka sudah berkomitmen sekarang. Tak banyak orang seberuntung dirinya yang bisa dekat dengan Albian dengan mudahnya. Sebagian dari mereka hanya mengenal Albian yang cuek.
"Haha, tapi 'kan aku deketnya sama kamu."
Albian tersenyum, mengacak rambut cewek mungil di depannya dengan gemas. "Cepet!"
"Jadi pulang bareng?"
"Jadi dong, nanti kalo udah lulus kita bakalan susah ketemu loh."
Albiza mengangguk, benar juga kata Albian-siapa tahu nanti Albian menemukan cewek yang membuatnya nyaman di luar sana, yang membuatnya tidak ragu untuk memberi kejelasan. Apa pun yang nanti akan terjadi, Albiza harus siap dengan konsekuensinya.
Karena nyatanya, dia tidak benar-benar bersatu dengan Albian. Hanya sebatas bersama.
▪▪▪
Sore ini mereka sedang berada di alun-alun kota Bandung. Duduk di atas rumput hijau yang indah menghampar.
Bagi Albiza--Kalau sayang sama sahabat sendiri itu banyak perihnya. Perih karena udah sama-sama sayang, tapi Albian enggan memberikan kejelasan, ya meskipun sudah saling mengungkapkan; bahkan komitmen. Bagi Albiza tanpa ikatan itu sedikit... tidak enak.

KAMU SEDANG MEMBACA
Albianza
أدب المراهقين[ SUDAH TERBIT ] Gara-gara film Dilan, Albiza jadi baper sama Albian. Sialnya, Albian yang 'katanya' cuek pun jadi mulai luluh dan ikut bawa perasaan pada cewek yang sudah dua tahun berada dalam kelas yang sama dengannya--tepat duduk di sampingnya. ...