Perpisahan itu seperti kecelakaan lalu lintas, terjadi tanpa adanya peringatan.
•••
My Cello : Kita temenan aja ya, Za, aku lagi pengen sendiri
Jarum jam yang menempel di dinding kamar dengan nuansa pink-tosca itu menunjukkan pukul sebelas kurang satu menit, Albiza yang sedang dalam posisi nyaman tidurnya mendadak duduk, kedua bola matanya membulat kaget.
Apa Cello--seseorang yang selama ini selalu dia bangga-banggakan memutuskan hubungan dengan mudahnya?
Oke tenang Biza, cool, pikirnya. Dengan sekali tarikan nafas dan sangat hati-hati, cewek itu memencet ikon telepon pada nomor Cello-mantan, ralat, calon mantannya itu.
Cello mengangkatnya pada dering pertama, membuat Albiza mematikan speaker sesaat untuk memastikan suaranya, sebelum akhirnya mulai buka suara.
"Cara mutusin lo bullshit banget, klise. Gue pastiin besok juga langsung jadian sama yang lain, yang sebenernya udah gangguin hubungan kita." Ungkapnya to the point.
"Apaan sih, gue emang lagi pengen sendiri, kok." Sahut Cello dengan nada tidak meyakinkan, membuat Albiza tersenyum miring.
"Oke, gini ya, Cell ... dulu 'kan lo nembaknya langsung, putusinnya harus langsung juga dong, jangan jadi pengecut begitu,"
"Siapa yang dulu pengen di tembak langsung? Bukan gue."
"Iya, emang dulu gue yang minta. Tapi 'kan lo lakuin juga, harusnya lo juga bisa dong mutusin langsung. Lucu, lo yang mulai dan lo juga yang mengakhiri, ini hati ya, bukan stand up comedy."
Terdengar suara decakan di sana. "Bawel amat lo, ribet. Tinggal putus, selesai, gak usah lah berbelit-belit kayak gini!"
"Lo lupa? Dulu lo bilang nggak pengen nyari yang lain lagi, nggak mau yang lain maunya cuma gue, lo selalu mohon-mohon ke gue supaya kita jangan putus apa pun alasannya. Apa lo lupa? Katanya kalo nanti kita nikah lo pengen bangun rumah di deket stadion GBLA biar lo bisa deket nonton Persib, lo lup--"
"Berisik gila, udah lah jangan banyak bacot. Kita putus."
"Kau dulu pernah bilang, aku ratu di hatimu sayang, dan aku ratu di istanamu ... dan dulu pernah kau pun bilang, takkan pernah tinggalkanku sumpah mungkin kau lupa.. dan ku pernah jadi yang tersayang, ku pernah jadi yang paling kau cinta mungkin kau lupa... dan di saat sang pengoda datang kau biarkan dia merebut istanaku, ternyata ... kau lupa aku ratumu...."
"Apaan sih, malah nyanyi, iya dulu gue emang bilang suara lo bagus, tapi sekarang gue baru sadar kalo suara itu fals."
Albiza berdecih. "Iya, sang penggoda itu si Thalisa, kan? Saat gue mulai fokus sama ujian-ujian dan lo yang 'katanya' mulai sibuk praktek tapi nyatanya lo dibikin nyaman juga sama yang lain. It's totally bullshit you know!"
"Za, udah, ya, jangan kebanyakan bacot. Kita putus aja, selesai. Gak usah dibawa-bawa muter begini, elah."
Albiza tersenyum masam, namun tetap meyakinkan bahwa Cello itu bukan segalanya, tidak ada apa-apanya di bandingkan dengan bias-biasnya di negeri ginseng sana. Cewek itu menarik napas panjang. "Oke, thanks ya buat semuanya. Makasih udah buang-buang waktu sama gue selama 7 bulan ini. Semoga lo bahagia sama pilihan lo, cukup gue aja yang lo sakitin, jangan nambahin dosa dengan menyakiti anak orang."
Albiza mematikan teleponnya sepihak, matanya tiba-tiba terasa panas dan tanpa sadar gadis itu sudah terisak dengan kedua tangan menarik selimut dan menyembunyikan seluruh badannya, menangis diam-diam di sana.
Menyedihkan saat kisahnya harus berakhir dengan tragis, padahal tidak ada masalah sama sekali, bahkan selalu baik-baik saja.
Namun di sisi lain Albiza merasa lega, karena seolah ada beban yang hilang dari dirinya. Albiza menghapus air matanya dengan kasar. "Oke Albiza, Cello mah gak ada apa-apanya di banding Taehyung sama Jeka, ngapain ditangisin, dia bukan oksigen dan lo masih bisa hidup tanpa dia!"
-ALBIANZA-
Hai, bersama penulis amatir yang labil di sini hehe.
Semoga suka sama versi barunya yaaa!💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Albianza
أدب المراهقين[ SUDAH TERBIT ] Gara-gara film Dilan, Albiza jadi baper sama Albian. Sialnya, Albian yang 'katanya' cuek pun jadi mulai luluh dan ikut bawa perasaan pada cewek yang sudah dua tahun berada dalam kelas yang sama dengannya--tepat duduk di sampingnya. ...