Where My Hearts Belong (Okamoto Keito)

152 21 7
                                    


Request by: tyaprajana

Reader POV

Sudah berapa tahun yang ku lewati tanpa dirimu? Semuanya masih terlalu berat untuk ku terima. Kenyataan yang pahit ini membuatku sadar kalau dunia memang kejam.

Sesaat, aku hanya ingin menutup mataku karena terlalu lelah untuk melihat realita. Namun, di saat itu juga bintang-bintang yang berkilauan terlintas di kepalaku, seakan mengatakan, "Kau masih mempunyai kesempatan untuk bahagia. Jangan menyerah". Aku mencoba untuk mempercayai itu dan pergi ke tempat yang belum pernah ku datangi untuk mencari sesuatu yang baru dan sekedar untuk melupakan dirimu sesaat. Namun hati kecilku tetap berteriak kalau kau masih berada di sini, di sampingku dengan senyuman lembutmu.

⚜▫⚜

"Keito! Kau akan kembali kan? Janji kan?" Aku memegang kedua tangannya dengan erat--masih enggan untuk melihatnya pergi.

Keito tersenyum lembut seperti biasa lalu memegang sebelah pipi ku dengan tangan besarnya, "Tenang saja. Aku akan balik setelah dua tahun. Aku pasti akan sangat merindukanmu, tapi tolong tetap tersenyum dan menjalani hari yang bahagia untukku," ucapannya membuat air mataku mengalir, aku memeluknya dengan erat seakan tidak ingin kehilangan dirinya. Keito hanya dapat tersenyum sedih sembari mengelus-elus kepalaku--untuk meredakan tangisanku yang semakin deras.

Sebuah pengumuman pun mengatakan kalau penerbangan Keito sebentar lagi akan pergi jadi dia harus segera bersiap-siap.

"Kau jaga diri baik-baik, ya. Jalani saja dan dua tahun ini tidak akan lama. Aku mencintaimu, selalu," dia mengecup lembut kepalaku lalu akhirnya benar-benar pergi.

"Hikaru, bagaimana diriku jika tidak ada dia?"

Hikaru menghela napas lalu mengacak-acak rambutku, "Tenang saja. Masih ada member yang lain kan? Aku yakin kau bisa melewati dua tahun ini dengan tawa," aku pun hanya dapat mengangguk dan kami berdua pun pulang ke rumah masing-masing.

Pada hari itu, aku berharap itu benar-benar terjadi. 2 tahun diriku dengan canda tawa bersama member JUMP yang lain. Namun kabar keesokan harinya membuatku kehilangan rasa bahagia dan senang dalam diriku.

Keesokan harinya, aku pergi ke green room mereka seperti biasa sebelum mereka tampil di sebuah acara. Aku sudah mencoba untuk dapat tersenyum dengan lebar. Seperti kata Hikaru, aku tidak ingin terlalu berlarut dengan kepergian Keito ke Amerika. Aku tahu member JUMP juga pasti akan merindukan nya, namun mereka masih bisa melakukan pekerjaan mereka seperti biasa. Aku juga harus bisa seperti itu.

Aku memasuki green room namun keadaan di sana benar-benar suram dan suasana di sana sangat kelam. Aku kebingungan, dimana JUMP yang biasanya langsung ribut saat aku memasuki green room?

"Inoo, ada apa ini?"

Inoo yang tadinya tertunduk entah mengapa mengeluarkan sapu tangannya lalu mengelap matanya lalu menoleh ke arah ku, "Hm? Ada apa, (Name)?" Nadanya sangat berbicara kepadaku benar-benar bergetar--seperti orang yang baru saja menangis. Tidak ada lagi nada jahil yang biasa ia pakai saat berbicara denganku.

"Kamu yang 'ada apa'! Kau habis menangis? Kenapa?" Jujur, aku benar-benar khawatir jika Inoo yang sifatnya seperti itu menangis.

"Aku tidak menangis kok. Kamu yang salah liat paling. Matamu kenapa hari ini, (Name)?" Walaupun dia mencoba untuk terdengar seperti biasa, dia tidak bisa menyembunyikan nya. Aku tahu ada sesuatu yang terjadi di sini.

Aku memperhatikan sekitar dan memang benar dugaanku, mereka semua baru saja menangis, "Hhh, kalian sebentar lagi akan tampil jadi tolong bersihkan wajah kalian dan buat wajah kalian menjadi fresh kembali."

Mereka pun mengangguk dengan senyuman yang dipaksakan untuk membuat ku tidak khawatir namun itu semua tidak berarti karena aku sudah khawatir pada kalian.

Untungnya, acara berjalan dengan lancar, mereka semua pun kembali ke green room.

Aku tersenyum lebar, "Terimakasih untuk kerja keras kalian hari ini!" Aku bertepuk tangan, namun tidak ada yang tersenyum sama sekali.

Yamada pun mendekatiku dan berhenti tepat di depan ku, "Berjanjilah kalau kau tak akan depresi setelah mendengar ini. Berjanjilah kalau kau akan bisa melewati ini semua. Berjanjilah kalau kau akan bersedih untuk satu hari saja. Tolong," ucap Yamada dengan nada yang sangat sedih. Aku tudak lebih bisa memikirkan hal lain selain sesuatu yang buruk.

"Apa yang terjadi?!" Aku mulai panik setelah dia mengatakan semua itu.

"Penerbangan dari Tokyo ke Amerika kemarin mengalami kecelakaan karena cuaca yang tiba-tiba menjadi buruk. Semua penumpang meninggal," saat Yamada mengatakan kalimat terakhir, pupilku mengecil seketika. Air mataku menetes dengan deras.

"Bohong kan?! Kau bohong kan?! Keito sudah mengatakan kalau dia pasti akan kembali!! Dia tidak mungkin meninggalkan ku begitu saja!!" Aku menggoyang-goyangkan tubuh Yamada--berharap kalau ini hanyalah candaan. Namun dari wajah Yamada dan member lain juga aku tahu, ini semua memang kenyataan.

Tangisan ku meledak, kaki ku tak dapat menahan tubuh ku. Aku tersungkur dengan tangisan yang tidak berhenti.

Lagi-lagi, aku berharap kalau aku bisa menepati janji Yamada. Aku berharap aku hanya sedih dalam sehari saja. Setelah nya, aku harus menjalani hari dengan senyuman. Aku berharap aku tidak akan depresi. Namun yang ada hanya kebalikan nya saja. Aku tidak ingin keluar rumah, makan juga tidak mau, yang kulakukan hanya menangis sampai aku tertidur dan paginya saat aku bangun dan menyadari Keito tidak ada, aku kembali menangis. Selalu seperti itu selama dua tahun.

Sampai pada akhirnya, member JUMP menyadarkan ku betapa sedihnya Keito jika melihat ku yang seperti ini.

"(Name), mau sampai kapan kau begini?" Tanya Yuto yang duduk di samping ku.

"Sampai aku bisa bersama dengannya kembali," ucapku dengan suara yang serak.

Aku sadar kalau Yuto sedang menatapku kasihan saat ini tapi aku tetap tidak ingin menatapnya sekarang ini.

"Kau ingat apa yang dikatakan Keito kepadamu sebelum ia berangkat? Tolong tetap tersenyum dan menjalani hari yang bahagia untukku. Itu adalah pesan terakhirnya kepadamu. Seharusnya kau bisa melakukan nya kan? Demi Keito," Yuto mengelus-elus kepala ku dengan lembut, membuat air mataku mengalir. Namun kali ini adalah air mata yang menunjukkan kalau aku sadar, aku harus menjalani hari yang bahagia dengan tetap tersenyum.

Yuto memelukku dan tetap mengelus kepalaku, "Lepaskan saja semuanya."

Dan dengan begitu, aku pun mulai menjalani hari seperti yang diharapkan oleh Keito. Aku akan terus hidup bahagia demi Keito, untuk Keito.

Beberapa tahun pun terlewati, aku pun akhirnya memutuskan untuk pergi ke Amerika. Aku ingin mencari suatu kebahagiaan di sana yang dapat mengobati luka di dalam diriku. Aku tahu aku sudah berdiri di sini sendirian, tanpa Keito. Tapi aku sadar kalau aku juga perlu pengalaman dan pembelajaran. Aku akan berubah menjadi pribadi yang lebih baik untuk Keito.

Mimpiku masih ada di dalam hati ini dan dimimpi itu ada dirimu.

⚜▫⚜

Muehehehe, akhirnya selesai fanfic satu ini buat si keket yang kita rindukan. Kita berdoa aja semoga dia bisa belajar disana dengan tenang dan menjadi orang yang semakin baik saat kembali ke JUMP

Hey! Say! JUMP OneshotsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang