TPoL 12

2.7K 323 26
                                    

Sore ini Bandung diguyur hujan lebat, membuat seluruh aspal dan tanah jadi basah. Bahkan gue lihat di teras samping rumah burung peliharaan Ayah mengembangkan bulu-bulunya untuk melindungi diri dari udara yang cukup lumayan dingin.

Satu cangkir teh manis hangat dan satu toples cookies coklat menemani gue dalam rangka menikmata cuaca sore ini. 

"Kamu udah mirip orang tua aja ngeteh sambil santai-santai" ujar Ayah membuyarkan lamunan gue.

"Dari pada tidur, dimarahin!" sahut gue. Gue kemudian memanjangkan lengan sweater agar seluruh tangan gue tertutup.

"Kuliah kamu gimana? lancar?" tanya Ayah sambil nyomot satu cookies.

gue nganggukin kepala secara mantap tanpa ragu, "lancar, gak ada masalah"

"Temen kamu Ayah perhatiin jarang main ke rumah sekarang?"

"Mereka sibuk Yah, punya kegiatan masing-masing"

"Terus kamu sibuk apa?"

Gue gak jawab pertanyaan Ayah, mikir dulu karena gue juga gak tau sebenernya kegiatan gue yang pasti selain kuliah ini apa.

"Jangan bilang kegiatan kamu ngejar idola kamu , si artis Korea mu itu sama si Jojo" tebak Ayah yang kalau gue iyakan memang benar. Selanjutnya gue nyengir lebar ke Ayah pertanda kalau tebakannya benar.

"Kok Ayah tau?"

"Tau lah. Ayah juga tau kalau setiap kali kamu ke Jakarta itu sebenernya teh kamu ketemu sama mereka. Dateng ke konser musiknya si artis Koreamu sama datang ke tempat kerjanya Kakak kamu biar bisa ketemu si Jojo. Ayah bener kan?"

"Ih Ayah tau dari mana coba? Dari Kak Ugi ya?"

"Bukan, pokoknya mah Ayah tau aja"

Gue memandang Ayah sengit sambil manyunin bibir karena kesal Ayah gak bilang dari mana dan dari siapa tau itu semua.

"Dek, Ayah tau kamu lagi dalam masa-masa yang bergairah, penuh semangat dan imajinasi. Tapi kamu juga harus realistis, sekiranya kalau alasan kamu ngejar idola kamu itu untuk hiburan dan senang-senang ajah Ayah sih gak apa-apa, Ayah dukung. Karena Ayah dulu juga gitu, ngejar-ngejar Band favorit Ayah kemana mereka konser"

"Tapi kalau untuk diluar itu Ayah rasa kamu harus buka mata kamu lebar-lebar, karena ngejar idola itu bukan hal yang gampang. Banyak duit yang harus dikeluarin" sambung Ayah setelah tadi terpotong jeda karena Ayah minum kopi.

Gue lantas memerosotkan badan di kursi. Dikira gue apa, ternyata ujung-ujungnya duit. 

"Bilang aja Ayah gak suka kalau Egi mintain uang setiap Egi ke Jakarta" kata gue sinis.

"Kata siapa? Kalau Ayah gak suka gak bakalan Ayah kasih sepeserpun uang ke kamu" balas Ayah.

"Terus maksud Ayah ngomong gitu apa? seolah-olah gak suka kalau Egi ngejar-ngejar idola Egi. Padahal Yah di dunia ini gak ada yang gak mungkin selama kita mau usaha. Contohnya aja Kak Kevin sama Kak Ugi, siapa yang tau sebelumnya kalau mereka bisa pacaran."

"Betul, betul pisan apa yang kamu bilang barusan. Gak ada yang gak mungkin selama kita usaha, tapi harus kamu ingat lagi bahwa disetiap usaha kita teh gak semuanya berbuah manis. Ayah bukan mau bikin kamu gak percaya sama kata-kata itu tapi Ayah mau ngasih kamu pengetahuan di dunia yang nyata ini bahwa kenyataannya seperti itu, memang selama kita usaha semuanya gak akan sia-sia, tapi faktor Tuhan mempengaruhi. Kalau Tuhan izinkan ya usaha kamu berhasil, tapi kalau enggak yang enggak hasil juga"

Gue membuang nafas kasar, "Topik Ayah cuma buat ngebahas idola Egi ini berat banget"

Ayah ketawa cukup keras mengalahkan suara air hujan, "Intinya kalau kamu mau ngejar Idola, kamu juga harus ngukur diri segimana batas kemampuan kamu, sebanyak apa faktor penghalang kamu. Kalau kamu ngebandingin Kakak kamu sama kamu mah, ya jelas beda. Satu faktor aja bikin semuanya beda banget di mata Ayah"

The Pursuit of Love (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang