Gue mencoba merebahkan badan di atas kasur setelah seharian kerja dan merasa capek kerja. Jadi sudah tiga hari gue kerja di perusahaan bekas mendiang Ayah. Gue di kasih kerjaan oleh salah satu teman Ayah dulu waktu kerja di sana. Dan di sana gue kerja sebaai seorang analis.
Sejujurnya ini adalah pelanggaran atau nepotisme karena gue masuk ke perusahaan itu tanpa mengikuti seleksi alias lolos tanpa tanpa seleksi. Tapi percayalah sekarang di dunia kerja yang kejam ini, pelanggaran seperti ini banyak terjadi dan memang sangat diperlukan. Tanpa koneksi kita akan sangat sulit untuk mendapatkan pekerjaan di era yang semakin hari semakin kejam.
Setelah mandi dan makan malam, malam ini gue ingin cepat-cepat tidur karena badan ini sudah lelah. Memang pekerjaan gue ini tidak mengeluarkan banyak energi, tapi menjadi seorang analis menguras banyak pikiran. Gue dituntut untuk mengumpulkan, menginterpretasikan informasi serta membuat anlisa tentang apa yang dibutuhkan perusahaan.
Biasanya sebelum tidur gue akan menunggu telepon dari Jojo, pacar gue. Dan untuk malam ini dia belum menelepon gue dan sialnya gue udah mulai ngantuk.
Berbicaa soal hubungan gue dan Jojo, memang hubungan gue dan dia belum lama bahkan satu minggu pun beum genap. Tapi kehebohan di masyarakat tentang hubungan gue dan dia sudah menyebar luas dengan cepatnya karena bantuan teknologi.
Semakin hari gue semakin terkenal, nama dan foto gue di media sosial apalagi akun-akun fanbasenya Jojo atau akun fanbase badminton lovers terus muncul tanpa henti.
Gue gak merasa risih karena gue tau risiko menjadi pacar seseorang yang terkenal memang begitu, harus siap jiwa dan mental menghadapi nyinyiran orang-orang yang gak suka sama gue.
Dan yang cukup mengejukan adalah ketika gue dan Jojo baru dua hari pacaran, Mamahnya menelepon gue. Gue merasakan deg-degan dan senang secara bersamaan atas respon baik yang diberikan Mamahnya. Gue gakbmenyangka akan hal tersebut, tapi nyatanya ini adalah permulaan yang baik dalam hubungan gue dan Jojo.
Itu respon dari pihak Jojo, sedangkan dipihak gue? Dipihak gue juga respon mereka baik, apalagi Ibu. Dia amat sangat senang dan bangga. Sedangkan Kak Ugie dia juga memberikan respon yang baik, namun di awal-awal dia sepert polisi yang sedang melakukan investigasi. Banyak sekali pertanyaan yang dia tanyakan dan itu wajib gue jawab.
Gue paham dan mengerti akan sikapnya. Dia merasa punya tagung jawab yang besar kepada gue untuk menjaga gue dari kemungkinan buruk yang terjadi apalagi semenjak Ayah tiada.
Ketika mata gue sayup-sayup akan terpejam dan terlelap, ponsel gue bergetar dan berbunyi. Gak salah lagi, ini Jojo.
Gue langsung menerima panggilan telepon dia di jam yang menurut gue belum terlalu malam.
“Halo” sapa gue terlebih dahulu.
“Halo Gi" jawabnya.
“Udah tidur?” lanjutnya.
“Kalau aku udah tidur aku pasti gak bakal jawab telepon kamu”
Jojo tertawa, “Iya ya. Kenapa belum tidur?”
“Ini baru aja mau tidur malah udah setengah gak sadar, tapi kamu nelepon jadi aku gak jadi tidurnya”
“Aku ganggu dong kalau gitu. Tapi gimana, aku kan kangen”
Mulai gombalnya.
“Enggak apa-apa”
“Aku besok main, masuk semi final”
“Syukur, semangat mainnya jangan mau kalah”
“Iya siap Ibu negara”
Gue tersenyum simpul mendengar gurauannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Pursuit of Love (Completed)
FanfictionAkhirnya Selgie, gadis yang hiper aktif, absurd dan sedikit gila berada pada titik menyerah dalam mengejar cinta seorang Jojo. Karena Jojo tidak cukup baik yang Selgie kira. Kata-katanya tenyata selama ini menyakiti hatinya, bahkan mampu membuka mat...