Jojo POV
Jika diantara mereka semua berfikir dan berkata kalau gue adalah orang gak paling gak tau di untung, maka gue akan menyetujuinya.
Gue membenarkan bahwa sekarang gue memang menjadi orang yang sungguh gak tau di untung. Sudah punya pacar sebaik dan sesempurna Selgie tapi gue masih bermain hati dengan yang lain.
Main hati? Tolong garis bawahi dan tolong koreksi. Di sini gue sama sekali gak ada niatan untuk main hati. Ketidak tahu untungan gue ini sebenarnya bukan keinginan gue sendiri. Tapi keadaan yang memaksa untuk gue menjadi orang yang gak tau di untung.
Jujur gue gak mau ini terjadi, sama sekali. Kalau boleh memilih gue ingin pergi saja supaya gue gak terbebani dengan rasa bersalah. Rasa bersalah inilah yang sebenarnya menjadi muara di mana permasalahan ini terjadi.
Kecelakaan tabrak lari yang menimpa Jorji pada awalnya gue berpikir bahwa itu semua karena gue, ulah gue yang membuat sebuah lelucon dengan tujuan sebagai suatu bentuk keseruan belaka. Tapi naas, hal buruk malah menimpa orang disekitar kita, yaitu Jorji.
Pemikiran akan kesalahan gue itu langsung di bantah oleh Selgie, dia dengan jelas dan yakin bilang bahwa itu sama sekali bukan kesalahan gue. Itu semua memang harus terjadi. Katanya kalau harus menyalahkan seseorang di antara kita, maka di sini yang bersalah bukan hanya gue aja tapi semua di antara kita harus ikut bersalah juga dengan kemungkinan yang telah dia buat.
Gue merasa lega dan plong setelah mendengar penjelasan dia yang membantah kalau gue bukanlah orang penyebab kecelakaan itu. Rasanya gak ada beban yang memberati gue.
Tapi lain lagi di pihak Jorji. Mendengar dia yang mulai mau menemui gue dan berhenti menyalahkan gue sebagai penyebab kecelakaannya tidak membuat gue senang. Karena apa? Karena di balik itu semua ada syarat yang sangat merugikan gue.
Akan gue ceritakan bagaimana semua ini bisa terjadi, bagaimana awal mula gue mulai sedikit demi sedikit mundur dan menghilang dari samping Selgie dan bagaimana awal mula gue menjadi berada di samping Jorji.
Tiga hari setelah Jorji di rawat, siang itu setelah latihan gue mendapat kabar kalau Jorji ingin bertemu gue. Ada sedikit perasaan was-was yang menyerbu pikiran gue. Rasa penasaran muncul atas alasan apa Jorji ingin bertemu gue, apakah dia hendak kembali melemparkan kesalahan ke gue atau sebaliknya.
Dan dengan keberanian yang gue miliki, yaitu berbekal semangat yang diberikan Selgie, maka gue pergi menemui Jorji di rumah sakit.
Sampai di sana gue cukup canggung, haruskah gue meminta maaf atau, tidak.
"Aku maafin kamu" ucap dia tanpa menatap gue dengan logat khasnya.
Gue mengernyitkan sebelah alis, mau maafin gue? Kalau begitu artinya dia masih beranggapan kalau ini adalah salah gue.
"Tapi ada syaratnya" lanjutnya.
Gue semakin dibuat bingung oleh Jorji, dia menyalahkan gue atas penyebab kecelakaan ini kemudian dia akan memaafkan gue dengan syarat yang dia ajukan.
"Aku mau bilang makasih karena kamu setidaknya mau berhenti menyalahkan aku atas kejadian ini. Tapi kenapa harus dengan syarat Ji? Aku pikir dengan begitu kamu teihat seperti gak tulus maafin aku"
"Ya kamu pikir sendiri, gimana aku bisa maafin kamu dengan tulus tanpa beban. Taruhannya kaki aku, karir aku!"
Gue langsung bungkam tak bersuara setelah Jorji membalas ucapan gue dengan kata-katanya yang sangat terlihat putus asa.
"Oke, aku minta maaf"
"Dan kalau kamu mau di maafin sama aku maka kamu harus nurutin semua kemauan aku"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Pursuit of Love (Completed)
FanfictionAkhirnya Selgie, gadis yang hiper aktif, absurd dan sedikit gila berada pada titik menyerah dalam mengejar cinta seorang Jojo. Karena Jojo tidak cukup baik yang Selgie kira. Kata-katanya tenyata selama ini menyakiti hatinya, bahkan mampu membuka mat...