TPoL 36

3.5K 396 211
                                    

"Dek, udah kelar belum? Ini udah siang, loh" suara Ibu meyusup di balik pintu kamar gue. Gue terkesiap. Asataga, emang udah siang ternyata! Gue meneliti rupa gue di cermin dengan cermat. Rambut panjang sepunggung, gue sanggul sesederhana mungkin namun menimbulkan aksen cantik di balik toga. Di bantu oleh Mbak Sarah yang hari ini berperan sebagai perias, gue merasa tanpa cela dan tampil dengan luar biasa. Bahkan gue gak pernah merasa secantik ini sebelumnya meskipun dengan riasan yang hampir sama. Kebaya lengan pendek berwarna biru tua sudah melekat rapi di badan dan sepatu ankle-strape cantik udah melekat di tempatnya.

"Bentar Bu, tinggal benerin rambut dikit" kata gue ke Ibu dengan melihat dari arah pantulan cermin.

"Mbak, cepet Mbak. Ini udah hampir siang" sambung gue ke Mbak Sarah.

"Done, siap udah cantik banget. Sempurna" balas Mbak Sarah menirukan gerakan tangan pesulap asal Indonesia yang terkenal dengan jargon sempurnanya.

"Ayo ayo! Mas mu udah nunggu di bawah, Kakak kamu juga itu udah ngomel-ngomel" ujar Ibu sembari bertepuk tangan menyerukan agar gue lebih bergerak cepat.

Gue keluar dari kamar dan menuju mobil yang sudah siap di garasi. Di luar gue melihat Kak Ugie, Mas Yugie dan dua anaknya sedang main di halaman rumah.

"Hayu berangkat, keburu macet!" ucap Ibu di belakang gue yang membuat semuanya menjadi melirik ke arah Ibu.

"Witwiw" komentar pertama Mas Yugie setelah melihat gue. Emang dasar gila dia!

Gue menatap Mas Yugie nyalang karena dia mengomentari gue kayak lagi ngegoda janda gatel yang lewat. "Apa, hah apa? Cantikan gue?"

Mas Yugie ketawa yang sambil gendong Gibran, "jelek kamu, kayak ondel-ondel"

"Mbak Saraaaaah!! Tuh laki Mbak Sarah kurang ajar. Masa kerjaan Mbak ini di bilang kayak ondel-ondel" adu gue ke Mbak Sarah supaya Mas Yugie dimarahin.

"Gak apa-apa dibilang mirip ondel-ondel juga, tapi liat aja nanti. Gak bakal di kasih jatah" sahut Mbak Sarah.

Gue melirik ke arah Mas Yugie yang terkaget-kaget dan sedikit menyesal akan ucapannya tadi. Yes! Rasain tuh gak bakal dapet jatah, gak tau juga tuh jatah apanya. Yang penting gue puas.

"Enggak becanda, cantik kok cantik. Luarrr biazah" ucap Mas Yugie membela diri.

"Pret!" Timpal gue.

"Ya udah atuh hayu pada masuk mobil. Ini malah berantem wae" omel Ibu.

Kita pun nurut atas perintah Ibu Ratu di Istana ini untuk masuk ke dalam mobil untuk menuju kampus di mana sekarang gue akan di wisuda. Kursi kemudi tentu jelas di duduki oleh Mas Yugie dan Ibu Ratu di sampingnya. Sedangkan permaisuri sehari ini duduk di kursi tengah, di apit oleh kedua dayang.

"Kak Kevin gak datang ke sini Kak?" Tanya gue ke Kak Ugie yang sedari tadi sibuk mainin ponsel, biasa membalas chat sang kekasih!

"Emang lo siapa, pengen di datengin dia?" Cibir Kak Ugie menatap gue sinis.

Asem! Gue nanya baik-baik malah di jawab sinis begitu. Kak Kevin kan calon ipar gue, ya wajar lah gue nanyain dia datang apa enggak. Kampus nanti pasti bakal geger dan heboh kalau Kak Kevin dateng, terus nanti gue jadi ikut kecipratan famouse karena gue jadi adek iparnya dia.

"Putus ya lo?" Bisik gue ke telinganya.

"Enak aja lo bilang!" Bantahnya.

Dih aneh, ditanya dateng apa enggak jawabnya malah siapa elo pengen didatengin dia. Ditanya dia putus atau enggak malah jawab enak aja. Jadi gimana yang benernya?

The Pursuit of Love (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang