CHAPTER 3- CINTA YANG HILANG

2.4K 145 5
                                    

"Ma, Zefa laper!" keluh Zefa pada mamanya yang duduk anggun di sofa berwarna hijau tosca sembari membaca majalah mingguan baru yang beli di pasar.

Plak!

Sebuah majalah kosmetik mendarat di tangan kanan Zefa. Membuatnya sedikit meringis.

"Anak bego, kalo pulang tuh ucapin salam, assalamualaikum, gitu! Bukannya dateng-dateng teriak minta makan, teriaknya kaya orang nagih utang lagi." cecar Lila- mama Zefa.

Zefa menyengir lebar, memamerkan pajangan gigi putihnya yang tersusun rapi serta menggaruk bagian tengkuk kepalanya yang tidak gatal.

"Assalamualaikum! Mama, Zefa laper!"

Lila menggeleng pusing melihat kelakuan anak semata wayangnya. Ketahuilah, bahwa Lila dan Zefa bagaikan tanah dan langit. Tidak ada satu hal pun kepribadian mereka yang sama.

Lila mempunyai tipikal kalem, sopan, bersih, disiplin, bersahaja. Sedangkan  tipikal Zefa berisik, masa bodo dengan sopan santun, jorok, bahkan terkadang anak itu masih sempat mengorek hidungnya untuk mencari harta karun saat pelajaran seni budaya sedang berlangsung.

Terkadang Lila sering bertanya kepada dirinya sendiri tentang anaknya yang memiliki sifat ajaib. Bagaimana bisa Zefa pintar di bidang semua mata pelajaran dengan kadar otaknya yang mengalami setengah penyakit gagar bego? Bahkan anaknya berhasil menduduki kelas 11 IPA 1, benar-benar ajaib.

"Mama, Zefa laper." rengeknya. Demi apa pun Zefa sangat lapar. Mungkin kesialannya di sekolah tadi menguras banyak tenaga.

"Mau pesen apa? Pizza lagi? Burger? Soto ayam? Ceker ranjau?" tanya Lila bertubi-tubi.

"Mi rebus, pake cabe rawit empat buatan mama enak kali." Zefa mengedipkan sebelah matanya.

Plak!

Lila melemparkan majalahnya lagi. Kali ini sasarannya mengenai tangan kiri Zefa.

"Anak bloon! Orang tuh, kalo di mana-mana dikasih mi bakalan protes, minta diganti sama makanan yang enak-enak. Ini malah kebalikannya, ampun deh." Lila mendesah halus, frustasi.

"Ya, bagus dong, Ma. Harusnya Mama ngasih Zefa mendali emas, kaya yang ada di Asian games gitu. Kategori anak teladan yang menghemat uang belanja Mamanya." Zefa berangan kecil, membayangkan seandainya hal itu benar-benar terjadi, dasar konyol.

Zefa melempar tasnya ke sofa hingga tasnya mendarat di sembarang tempat. Ia menuju kulkas untuk mengambil air dingin.

"Gimana sekolah baru? Seru?" Lila bertanya kepada Zefa. Gerakan tangannya begitu mahir dan cekatan mengiris cabe rawit merah di talenan.

"Bisa dibilang, ini hari pertama masuk ke sekolah yang buruk, mama." Zefa mendesah, matanya sayu, benar-benar hari pertama masuk sekolah yang buruk.

"O, ya?" Lila bertanya dengan nada terkejut yang dibuat-buat. Dan hal itu sungguh membuat Zefa jengkel. Padahal ia menjawab serius.

"Zefa serius, mama." ucapnya datar.

"Oke," Lila terkekeh samar. Sepertinya Zefa memang sedang serius bercerita.

3 menit kemudian mi rebus di dalam panci berbahan alumunium matang. Lila mengangkatnya, kemudian memindahkan ke dalam mangkuk. Diaduk-aduk sekilas menggunakan sendok dan garpu supaya bumbu dan mi-nya tercampur rata. Tak lupa ia taburkan bawang goreng di atasnya sebagai pelengkap.

"Nih," Lila menaruh mangkuk di meja. Ia menghempaskan bokongnya ke sofa yang ada di samping Zefa.

Mata Zefa berbinar terang. Tanpa aba-aba ia langsung membawa mangkuk mi ke pangkuannya. Zefa meniup kuah mi tergesa.

Crazy Badboy vs Stupid Girl [HIATUS!] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang