CHAPTER 23- MALU

1.3K 95 5
                                    

Genta terus memperhatikan setiap kemasan roti Jepang yang ada di jajaran rak supermarket bagian paling pojok. Ia menggaruk kepalanya hingga berantakan. Sudah berkali-kali ia membaca merk dan keunggulan dari setiap kemasan roti Jepang, tapi masih saja ragu untuk membeli salah satu dari produk tersebut. Jujur, Genta takut salah beli. Sejatinya ia lelaki yang sama sekali tidak mengerti kebutuhan istimewa perempuan pada saat sedang datang bulan.

Ada banyak sekali roti Jepang dengan berbagai macam ukuran. Bodohnya Genta lupa bertanya Zefa ukuran apa yang biasa dipakai cewek itu saat sedang datang bulan. Shit! Genta bingung harus bagaimana sekarang. Tidak ada karyawan supermarket lelaki pula.

"Aduh, gue harus beli yang mana nih? Masa iya gue borong semua? Bisa langsung kere gue. Mending kalo roti Jepangnya bisa dimakan." keluh Genta. Ia melirik roti Jepang kemasan jingga di tangan kanan dan kemasan berwarna biru dongker di tangan kiri.

"Genta?"

Kepala Genta langsung menoleh ke sumber suara. Wajahnya terlihat begitu terkejut saat tahu siapa yang memanggilnya. Genta buru-buru meletakkan dua buah kemasan roti Jepang di rak tempat ia mengambilnya tadi.

Audy mendekati Genta yang terlihat panik. Ia menaikkan satu alisnya kala melihat rak yang ada di samping Genta.

"Lo lagi bingung milih roti Jepang ya?" tanya Audy curiga karena tadi ia sempat menangkap basah Genta yang memegang dua kemasan roti Jepang dengan produk berbeda.

Mampus! Sekarang Genta mati gaya di tempat. Namun bukan Genta namanya jika ia tidak pandai menyelesaikan segala macam masalah.

"Maap, lo siapa ya?" akhirnya kata-kata itulah yang dipilih Genta untuk meluncur keluar dari bibirnya sebagai senjata agar ia tidak malu dan mati gaya di tempat.

Tanpa mau menunggu jawaban tidak bermutu dari Audy, Genta langsung meninggalkan tempat pijakan kakinya. Namun sebelum pergi, tangan kanannya merampas salah satu roti Jepang dengan asal. Masa bodo kalau nanti ukurannya tidak cocok dipakai Zefa.

🌻

"Nih, coba pake." Genta mengulurkan kantong plastik supermarket yang berisi pembalut ke pintu kamar mandi yang terbuka secelah bagian.

Setelah Genta merasa Zefa telah mengambil kantong plastik berisi pembalut, ia menjatuhkan tangannya seperti semula dan menunggu Zefa di depan pintu kamar mandi sambil menggeleng pelan. Masih tak percaya ada cewek se-bego Zefa yang panik karena menganggap datang bulan adalah mimisan. Apakah ini pengalaman pertama Zefa datang bulan? Ah, Genta rasa tidak mungkin.

5 menit kemudian kenop pintu kamar mandi terbuka. Zefa keluar  membawa buntalan plastik. Wajahnya masih sembab bekas sisaan menangis tadi.

Keadaan mendadak canggung. Genta tak tahu harus memulai pembicaraan apa, sedangkan Zefa masih trauma karena datang bulan yang menimpanya.

"Ekhem," Genta berdehem. "Udah lo ganti?" tanyanya kaku.

Zefa mengangguk pelan. "Udah, Genta." jawabnya pelan.

Genta menghela napas sejenak lalu menarik tangan Zefa. "Pulang aja yuk? Biar gue yang nganterin lo." ajak Genta lembut. Ia menarik tangan mungil Zefa. Menuntunnya keluar dari rumah.

🌻

Di perjalanan Zefa tidak banyak tingkah. Mulutnya juga tidak bawel seperti biasanya. Ia hanya diam dan melingkarkan kedua tangannya di pinggang Genta begitu erat hingga deru mesin motor genta tiba di depan gerbang rumahnya.

"Heh, cewek bego! turun, kita udah sampai." Genta menyingkirkan kedua tangan Zefa yang sepanjang perjalanan memeluk pinggangnya begitu erat.

Crazy Badboy vs Stupid Girl [HIATUS!] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang