Suara pintu gudang yang tiba-tiba terbuka mengalihkan Zefa dari kegiatan menyapu. Padahal ia baru menyingkirkan debu di lantai sekilas.
Teringat peristiwa buruk di gudang, Zefa jadi ketakutan. Tangannya meremas gagang sapu kuat-kuat. Lidahnya kelu walau ia ingin sekali bertanya siapa yang baru saja membuka pintu gudang.
"Genta..." spontan mulut Zefa menyebut nama seseorang yang pernah menolongnya dari peristiwa buruk di gudang.
"Apa?"
Suara itu...
"Genta?" panggil Zefa sekali lagi. Memastikan suara yang menjawab panggilannya tadi adalah Genta.
"Apa?!"
"Itu beneran suara Genta, kan?"
"Ck! Iya, ini gue. Sini lo, ke depan."
Zefa berjalan menemui Genta yang berdiri tegap di ambang pintu gudang. Laki-laki berwajah tampan itu melipat kedua tangannya begitu angkuh.
"Sekarang cepetan bersihin gudangnya sampai kinclong! Abis itu kita berangkat ke rumah gue."
"Kenapa cuma gue yang bersihin gudang? Bukannya lu juga dihukum juga sama Pak Pendi?"
"Ini perintah dari gue! Sebagai kacung lo wajib nurut." sarkas Genta. Membeberkan derajat majikan tentu lebih berkuasa dibandingkan asisten pribadi seperti Zefa.
Karena Zefa sangat polos, akhirnya ia mengiyakan ucapan Genta. Memintanya bersabar dan menunggu hingga selesai membersihkan seluruh bagian gudang.
Sembari menunggu Zefa, Genta duduk di sebuah kursi jati yang kondisinya sudah reyot. Membuatnya sedikit goyang dan menimbulkan bunyi ngilu begitu diduduki oleh bokongnya.
"Ta, gue lupa nanya. Kita mau ngapain ke rumah lo?"
"Ck! Ngerjain PR. Udah nggak usah banyak nanya! Sekarang lo bersihin aja gudangnya sampai kinclong."
🌻
"Assalamualaikum," Zefa memberi salam begitu masuk ke dalam rumah Genta. Namun, tak ada orang yang menjawab salamnya. Kondisi dalam rumah Genta juga terlihat sepi. Tidak ada satu manusia pun yang menghuni rumah sebesar istana mewah ini.
"Ayo, ke ruang tamu." ajak Genta. Zefa yang ingin bertanya urung dalam sekejap karena perintahnya.
Lagi-lagi Zefa hanya mengangguk. Ia terlalu berfikir polos. Menganggap bahwa memang itulah tugasnya sebagai kacung pribadi. Menuruti semua ucapan majikan tanpa membantah.
Sesampainya di ruang tamu, Zefa mendaratkan bokong di sebuah sofa berwarna hitam. Ugh! sofanya sangat empuk.
"Lo tunggu di sini dulu. Gue mau ganti baju sebentar."
Genta langsung pergi ke atas kamarnya untuk berganti baju. Ia tidak pernah nyaman memakai seragam sekolah di dalam rumah sendiri. Seakan-akan itu menunjukkan tanda bahwa dirinya sangat mencintai SMA Bakti Praja, padahal nyatanya tidak.
Beberapa menit kemudian Zefa mendengar suara langkah kaki seseorang mendekat ke arahnya. Genta datang mengenakan kaus hitam polos serta celana panjang berwarna abu-abu muda. Ketampanannya tetap abadi dengan busana santai seperti itu.
Genta meletakkan dua buah buku berukuran tebal di atas meja. "Nih, lo kerjain PR matematika gue, abis itu lo kerjain PR fisika gue. Udah gue kasih tanda pake pembatas halaman berapa aja yang harus lo kerjain."
Kedua mata Zefa membuat sempurna. "Lah, katanya kita mau ngerjain PR? Kok, jadi gue yang ngerjain pr lo?"
Genta menyentil dahi Zefa. "Heh! Cewek bego. Gue gak pernah bilang mau ngerjain PR berdua. Gue cuma bilang ngerjain PR doang. Itu artinya lo hari ngerjain PR gue, ngerti?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Badboy vs Stupid Girl [HIATUS!]
Teen Fiction⚠️DILARANG KERAS MENGCOPY CERITA SAYA⚠️ REVISI SETELAH TAMAT‼️ Cover by : @SivaMhrnii "Pacaran itu apa?" Zefa bertanya dengan wajah begonya. "Hah?! Serius lo gak tau?" Genta balik bertanya. Wajahnya nampak melongo tak percaya. Zefa menyengir leb...