Faqih menjemput Zefa pukul tiga sore. Zefa yang kebetulan baru keluar rumah dan menunggu Faqih di teras melihat sebuah motor familiar melintas di depan gerbang rumahnya.
Mesin motor itu berhenti. Sudut mata Zefa mengamati lebih jelas saat orang yang menaiki motor Vixion berwarna hitam-merah melepas helm. Ternyata orang itu adalah Faqih.
Zefa menghampiri Faqih, ia menutup gerbang rumahnya terlebih dahulu sebelum berangkat.
"Lo datengnya cepet amat, Kak." Zefa melirik motor Vixion yang dikendarai Faqih dari ujung plat nomor sampai kenalpot. Menurutnya motor Faqih itu keren.
Faqih berjinjit tanpa melepaskan bokongnya dari jok motor, ia menatap gerbang rumah Zefa yang ditutup rapat.
"Di rumah lo nggak ada orang?"
"Iya, nggak ada orang, mama lagi kerja, jadi gerbangnya gue kunci."
"Ya, udah. Kita berangkat sekarang, yuk."
Faqih menyerahkan helm yang dibawanya dari rumah. Motor Vixion akhirnya meninggalkan perkarangan rumah Zefa. Membelah sudut jalanan kota Jakarta di sore hari.
"Kak Faqih, itu yang kemaren ngisep-ngisep asep bareng sama kakak namanya siapa?" Zefa menikmati setiap desiran angin yang menerpa wajahnya.
Faqih menyengir kuda. "Namanya rokok elektronik, Zefa." sahutnya membetulkan.
"Nah, iya. Maksud gue itu, Kak." sahut Zefa sambil menyingkirkan poni yang menutupi matanya ke telinga.
"Yang itu namanya Nesvadba. Kalo yang main gitar Surya."
"Oh, gitu."
Beberapa menit kemudian akhirnya motor Faqih berhenti. Mereka tiba di sebuah perumahan tingkat tiga dengan warna keemasan yang dikelilingi banyak pohon lebat dan tanaman hijau. Benar, itu adalah rumah Genta.
Zefa mengangkat bokongnya, turun dari jok motor Vixion Faqih. Ia melepaskan helm yang sempat lalu mengembalikan helm itu kepada pemilik aslinya.
Faqih menerima sodoran helm dari Zefa. "Gue duluan, ya, Fa." ucap Faqih tanpa berbasa-basi. Bukannya ia malas bertemu Genta, tapi Faqih masih punya urusan penting.
"Loh, Kak Faqih nggak jenguk Genta dulu?" tanya Zefa.
Faqih menggeleng. "Nggak, gue ada urusan lain. Lagian besok paling Genta udah masuk sekolah lagi. Dia kan, cuma diare doang. Masa iya gara-gara diare, jadi lemah."
"Ya udah. Makasih banyak Kak, udah mau nganterin gue ke rumah Genta."
"Oke, sama-sama."
Deru motor Faqih berbunyi. Ia merapihkan tali helmnya, menancapkan gas motor kecepatan tinggi. Meninggalkan Zefa di depan perkarangan rumah Genta.
🌻
Keringat dingin menjalar ke permukaan telapak tangan Zefa. Ia memencet bel rumah Genta, tapi rupanya bel rumah itu tidak berfungsi dengan baik, ahirnya ia mencoba mengetuk pintu rumahnya.
Tok... Tok... Tok...
"Assalamualaikum," Zefa memiringkan kepalanya sedikit ke samping, menjinjitkan kaki untuk mengintip di kaca jendela.
"Kok, sepi ya?"
"Assalamualaikum, Genta."
Pintu utama rumah Genta terbuka setengah bagian, seseorang yang tidak dikenal Zefa menyahut salamnya ramah. "Waalaikumsalam," ia mempersilakan Zefa masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Badboy vs Stupid Girl [HIATUS!]
Roman pour Adolescents⚠️DILARANG KERAS MENGCOPY CERITA SAYA⚠️ REVISI SETELAH TAMAT‼️ Cover by : @SivaMhrnii "Pacaran itu apa?" Zefa bertanya dengan wajah begonya. "Hah?! Serius lo gak tau?" Genta balik bertanya. Wajahnya nampak melongo tak percaya. Zefa menyengir leb...