CHAPTER 15- PENGAMBILAN NILAI BASKET

1.4K 94 3
                                    

Genta sudah kembali masuk sekolah. Meski perutnya sempat mulas di pagi hari karena menyeruput teh celup yang sudah kadaluarsa dari Zefa semalam, namun keadaannya tak separah tempo kemarin yang mengonsumsi nasi gosong basi. Bosan hanya bermain gim di rumah, Genta menyanggupi kembali masuk sekolah, ia rindu berbaring di atas rooftop.

Di sinilah Genta sekarang, tiduran menikmati angin sejuk di ranjang jaring ayun sembari melonggarkan kerah dasi abunya. Rambut Genta bergoyang seperti rumput yang diterpa angin.

"Ekhem! Ada yang udah masuk sekolah nih." Surya berdehem keras.

"Perutnya baik-baik aja kan, Nak Genta, pas dikasih nasi goreng basi sama minyak bekas goreng ayam?" Faqih menirukan logat bicara Mak Kevin di sela tawa cekikikan.

Genta merubah posisi tidurannya menjadi terduduk, ia melepas sebelah sepatu tali converse yang lusuh, melemparkan sepatu itu ke wajah Faqih.

Faqih yang tidak tahu Genta melemparkan sepatu converse padanya akhirnya harus berakhir mendarat di hidung mancungnya. Surya dan Nesvadba merinding, tak berani lanjut menggoda Genta. Bisa-bisa nanti wajah tampan mereka berdua dilempari sikil Genta, seperti hidung mancung Faqih.

"Genta sialan!" umpat Faqih. Ia mengusap hidung mancungnya.

"Bacot!"

Nesvadba dan Surya duduk di kursi yang berada tak jauh dari hadapan Genta. Sementara Faqih duduk di ubin yang keadaannya sudah retak parah tanpa alas. Ia mengeluarkan hape, mencari stok gebetan baru.

"Qih, lo lagi ngapain?" tanya Surya iseng.

"Nyari gebetan baru, lah."

"Perasaan gebetan lo udah numpuk deh, sekalinya dipacarin seminggu langsung putus." cibir Nesvadba.

"Kalo nggak kayak gitu bukan Faqih Alfarisi namanya." timpal Surya.

"Eh, gue mah, orangnya mudah berbaur sama cewek ya! Emangnya Genta."

"Mudah berbaur dari Hongkong apa, nyakitin hati cewek melulu iya." Nesvadba menyahuti.

"Lah, lagian siapa suruh tuh cewek jatuh pesona sama gue. Ya, harus tanggung sendiri dong, risikonya." jawab Faqih sadis. Seolah ia tak mau dijadikan tersangka.

"Sttt... udah, ah, berisik lo berdua. Daripada bahas gebetan Faqih, mendingan kita interogasi Genta." Surya menoleh ke Genta. Ia tersenyum licik.

Genta mengangkat alis, "Interogasi gue?"

"Kemaren Zefa minta tolong gue buat nganterin dia ke rumah lo. Ngomong-ngomong, tuh cewek imut ngapain, dah? Lo suruh-suruh dia lagi ya?" Faqih menatap Genta curiga.

Genta terkejut. "Di- dia minta anterin ke rumah gue sama lo?" tanyanya kagok. Genta kira Zefa datang ke rumahnya seorang diri dengan berjalan kaki, atau naik angkutan umum.

Faqih mengangguk. Ia mengantongi hapenya ke saku seragam. "Iya, kemaren gue mau pulang ditahan dulu sama dia. Udah gitu pake mohon-mohon segala lagi. Gue mah, mau-mau aja. Suatu keajaiban kan, cewek imut kayak Zefa minta tolong sama gue. Ya, meski otaknya rada segrek gitu." Faqih memijat lehernya.

"Dia ngapain ke rumah lo?" Nesvadba ikut nimbrung.

"Dia minta maap sama gue gara-gara nggak tau kalo nasi gosong yang dia bikin itu dibuat dari nasi basi." sahut Genta.

Nesvadba mencongkel kotoran telinganya. Memastikan ia tidak salah dengar omongan Genta. "Nasi gosong? Bukannya nasi goreng ya?"

Genta berdecak. "Ck! Dari mana lo tau, sih?" tanya Genta.

Crazy Badboy vs Stupid Girl [HIATUS!] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang