DUA BELAS

482 25 0
                                    

Akhirnya....

Beruntung pintu gerbang belum ditutup. Melihat arloji ditangannya, Tasya mendengus. Mimpi apa ia semalam sampai bisa kesiangan hari ini, kurang dari lima menit upacara akan dimulai. Ia pun bergegas masuk hendak meletakkan tasnya dipinggir lapangan, bahkan ia tidak sempat naik ke kelas karena dilihatnya lapangan sudah hampir penuh terutama dibarisan kelasnya.

Sambil merapikan rambutnya yang panjang sebahu, dikuncirnya setengah rambut itu. Ia  berdiri di barisan belakang perempuan masih mencoba menenangkan degup jantungnya yang sedari tadi bagai genderang mau perang~~~

Suara pak Muflih yang notabene guru olahraganya pun terdengar sedang merapikan barisan. "Yang tidak berseragam lengkap, cepat ke depan. Sebelum bapak yang seret dari barisan kalian."

Tunggu dulu...

Seragam lengkap? Tasya memukul kepalanya tiga kali lumayan keras, kesialan apa lagi ini. Ia memegang puncak kepalanya, benar saja ia tidak mengenakan topi karena ketinggalan di rumah. Kalau saja ia ingat dari tadi, masih bisa beli di TU. Sekarang semuanya telat! Oh, Tuhan.

Tasya masih diam di barisannya, ia melirik-lirik melihat siapa saja teman kelas nya yang senasib dengannya. Nihil, tidak ada satu pun yang maju ke depan. Kali ini ia harus menahan malu karena hukuman di lapangan. Pasrah, ia mulai melangkah ke depan dengan sedih, hendak menyerahkan dirinya agar di hukum.

Namun, tangannya disambar oleh seseorang yang menariknya dengan kencang sampai ia terhuyung ke belakang. "Aw, sakit! Lepasin," ucapnya melihat tangannya yang masih digenggam oleh ...  Reyhan?

Reyhan tersenyum tipis dan melepaskan topi yang ada di kepalanya lalu ia pakaikan ke kepala Tasya. "Maaf, kekencengan ya," ucapnya sambil berlalu meninggalkan Tasya yang kaget setengah mati.

Tasya mati kutu, ia masih diam membeku dan membisu. Ia bingung, dia harus apa menyikapi kejadian barusan. Kasihan Reyhan jika harus dihukum padahal ia tidak pantas untuk itu. Semestinya Tasya maju ke lapangan dan memberikan topi pada Reyhan, karena seharusnya Tasya lah yang patut dihukum.

Namun, ia hanya diam di tempat dan tidak berkutik sama sekali. Ia terlalu takut menjadi pusat perhatian banyak orang.

Upacara pun berjalan dengan lancar, Tasya masih merutuki dirinya yang pengecut dan tidak mampu melakukan apa-apa. Setelah lapangan mulai sepi, ia mengambil tas nya lalu menghampiri Reyhan yang sedang diberi hukuman oleh pak Muflih.

Pak Muflih yang menyadari kehadirannya pun bertanya. "Ada apa, Tasya? Perlu bantuan?" Tasya menggeleng pelan, lalu melepaskan topi milik Reyhan yang ia pakai.

"Ini topi Reyhan, Pak. Sebenarnya saya yang nggak bawa topi. Jadi, jangan hukum Reyhan, Pak. Karena saya yang salah."

"Nggak, Pak. Itu bukan topi saya, saya nggak bawa topi," jawab Reyhan mengelak sambil terus melakukan squat jump.

"Loh loh ini yang bener jadinya topi siapa?" Tanya pak Muflih yang sudah kebingungan.

"Topi Reyhan, Pak. Saya yang nggak bawa, hukum saya aja, Pak," ucap Tasya sambil memberikan topi pada Reyhan.

"Sekarang gini, Pak. Walaupun saya bawa topi, tapi saya nggak mau pake. Yang seharusnya dihukum yang tidak pakai topi kan, Pak? Kata Reyhan bersikukuh agar dirinya yang di hukum.

"Heran saya, kalian ini ... malah berebutan minta dihukum, sekarang kamu naik ke kelas," ucapnya menunjuk Tasya, "biarkan pahlawanmu ini melanjutkan hukumannya. Karena dia sudah baik sama kamu, tidak jadi saya hukum dia lari lima putaran."

Reyhan mengangguk dan mengisyaratkan agar Tasya segera ke atas. "Bawa aja topinya, sama sekalian tuh tas gue deket tangga," titahnya menunjuk tas abu-abu jansport di sana.

Tasya mengiyakan dan menunduk sopan pada Pak Muflih lalu bergegas naik ke kelas dengan tas Reyhan di tangannya. Tasya membawa tas itu di depan dadanya seakan seperti memeluknya, tanpa sadar ia menghirup harum tas Reyhan, wanginya Reyhan banget! Dan Tasya akui bahwa ia nyaman hanya dengan mengendusnya. Lebay.

Berpasang-pasang mata memandangi Tasya dengan heran, ia berusaha mengabaikannya dan terus berjalan ke arah kursinya berada. Dilihatnya Arga dan Aldi yang sudah duduk manis di depannya, bahkan Fedal tak berani meminta mereka untuk pindah dari tempatnya.

"Cieee, sampe dibawain segala tasnya. Unch banget sii," goda Aldi pada Tasya yang baru duduk di kursinya. Dan dua A pun langsung merubah posisi menghadap Tasya di belakang.

"Ini Reyhan minta tolong, tadi dia baik banget ngasih pinjem aku topi, samp ...," kata Tasya yang langsung di potong oleh Arga. "Sampai bela-belain dihukum, demi seorang Tasya. Wah wah wah."

Arga dan Aldi mulai beraksi, mereka tahu bahwa Reyhan tidak main-main kalau sudah begini. Reyhan pasti menyukai cewek polos ini, pasti dan pasti.

"Eh, Tas. Asal lo tau ya, Reyhan itu cuek abis sama lingkungan sekitar. Bahkan nih ya sekalinya ada cewek, cakep, tajir melintir yang caper sama dia, tetep di cuekin!" Ujar Aldi yang mengundang rasa penasaran yang menggelitik hati Tasya.

"Dia penasaran, Di. Kalau kita kasih tau juga lo nggak kenal, Tas. Nanti deh lo bakal tau sendiri modelan orangnya." Tasya mengangguk mengiyakan ucapan Arga. Benar-benar Arga ini, dia bisa langsung tahu kalau Tasya sedang penasaran.

"Ngapain lu pada jadi pindah posisi?" Reyhan mengusap dahinya, "jangan suka godain anak orang."

"Eh, Reyhan. Lo harus bersyukur karena kita pindah posisi jadinya lo nggak sekelompok sama preman kampung itu," ucap Aldi dengan jarinya yang menunjuk Fedal di kursi depan.

"Apa urusannya?" Tanya Reyhan heran.

"Seharian lo nggak masuk, dia udah berani berulah. Tapi, tenang, langsung kita atasi," jawab Aldi dengan bangga dan disusul tos-tosan ala Arga dan Aldi.

Arga dan Aldi tidak ingin Reyhan mengetahui kalau hari Jumat ketika Reyhan tidak masuk sekolah, Fedal melecehkan Tasya di kelas. Tapi, Aldi dengan bodohnya membocorkan ulah Fedal.

Arga yang menyadari hal itu langsung berusaha mengambil perhatian Reyhan. "Dan lo mesti banget tau, Han! Kita berempat sekelompok! Mantep nggak tuh," ujar Arga heboh dan mengulangi tos dua A yang abstrak.

Reyhan tertawa pelan melihat aksi kedua sahabatnya yang gila itu dan beruntung Reyhan tidak menanyakan lebih lanjut apa maksud dari kata-kata Aldi yang mengatakan bahwa Fedal berulah.

Tasya yang mendengarkan pembicaraan mereka hanya diam sambil matanya mengamati Reyhan. Baju Reyhan basah penuh keringat, tetap tak mengurangi kadar ketampanannya. Ia pasti kelelahan karena dihukum akibat ulah Tasya yang teledor.

Tasya mengambil botol minum tupperware berukuran sedang miliknya yang berisi air putih dan 3 buah irisan melon di dalamnya. Ia menjulurkan botol itu, berniat untuk menawarkannya pada Reyhan.

"Apaan?" Tanya Reyhan melihat apa yang di sodorkan Tasya.

"Minum, kamu pasti haus."

"Nggak liat? Ini apa?" Reyhan menunjuk botol minumnya yang hampir habis, "gue udah kembung," ucapnya sambil menepuk-nepuk perut.

"Bodoh! Bodoh! Bodoh! Kenapa nggak liat dia bawa minum sendiri ... Jadi malu kan di tolak mentah-mentah." Tasya membatin merutuki kebodohannya.

Ia menganggukan kepalanya pelan, lalu meletakkan botolnya di meja. Arga dan Aldi dilihatnya sudah berbalik badan menghadap ke depan. Tak lama kemudian, guru pun masuk ke dalam kelas.

.

.

.

Love, Nur Intan.
Oke Oce aku update 1 Minggu dua kali buat kalian..

Geregetan nggak sih sama tingkahnya Reyhan yang bikin baper setengah mati 😍 nulisnya aja mesam-mesem sendiri gegara kelakuannya😂

Ayo yang udah baca vote nya jangan kelupaan 30 vote?? tinggalin komen juga ya, Pecandu! Sampai ketemu Minggu depan:)))

CANDUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang