∆°∆°∆°
Ia bingung siapa orang itu karena yang jelas bukan Fedal, badannya kurus tinggi sedangkan Fedal gemuk berisi. Tasya bingung harus apa saat ini.
∆°∆°∆°
Suara nyaring Bu Rani menyadarkannya dari kebingungan.
"SIAPA ITU YANG TIDUR DI KELAS??!" Teriakan bu Rani sukses membuat Tasya takut, entah mengapa ada perasaan dan firasat tidak enak menghantuinya.
Semua murid diam, tidak ada yang berani menjawab pertanyaan dari bu Rani. Tasya yang selalu jadi juara umum di sekolah dan selalu dipercaya oleh guru-guru dipandang bu Rani dengan tajam.
"Tasya! Ibu tanya sama kamu, siapa dia?" Bu Rani masih dengan suara nyaringnya menunjuk siapapun yang sedang telungkup dengan tenang di atas kursi.
"Sa.. Saya nggak tau bu," jawab Tasya gugup karena takut.
"Kalo gitu, bangunkan dia! Kalo perlu pukul kepalanya biar dia sadar!" Bu Rani tampak emosi melihat siswa yang dengan seenaknya tidur dalam kelas.
Dengan ragu, Tasya menepuk pelan bahu laki-laki itu "Bangun, bu Rani-nya udah marah tuh."
Tasya mulai geram karena tidak mendapat respon apapun dari lelaki itu. "Kamu bangun dong! Bu Rani nya marah sama aku juga," ucap Tasya lebih keras mendekat ke kuping lelaki yang tidur telungkup itu.
"Hmm, iya!" jawab lelaki itu dengan suara seraknya. Lelaki itu bangun dan duduk dengan wajah yang datar.
Alangkah terkejutnya Tasya mendapati Reyhan sedang mengusap wajahnya dan merasa terganggu tidurnya.
Dalam hatinya ia senang karena ternyata harapannya terwujud untuk sekelas dengan Reyhan, bahkan Reyhan duduk di sampingnya.
Bu Rani terus merapalkan ketidaksukaannya pada Reyhan, dan Reyhan? Hanya diam tidak menjawab satu katapun.
"Kamu tuh! Kalo guru ngomong didengerin, jangan diem aja! Kamu ngerti nggak ibu ngomong apa dari tadi?!" hardik bu Rani masih menatap Reyhan dengan amarahnya.
"Iya, bu. Tadi saya ngantuk soalnya ibu nggak masuk-masuk jadi saya ketiduran. Lain kali, ibu kalo masuk kelas jangan lama-lama," jawabnya dengan wajah tanpa ekspresi.
"Banyak alasan kamu! Pake nasehatin ibu segala pula! Kamu mau belajar nggak?! Kalo nggak mau, keluar sekarang!" Amarah bu Rani semakin memuncak mendengar jawaban Reyhan.
Bukannya meminta maaf agar tidak keluar pelajaran, Reyhan justru berdiri hendak keluar kelas dengan santainya melewati bu Rani yang masih tersulut emosi.
"Dasar anak nakal! Susah diatur! Tukang onar!" Bu Rani masih mengeluarkan sumpah serapahnya di dalam kelas. Murid pun hanya diam menyaksikan kejadian barusan.
Setelah dirasa bu Rani mulai tenang, murid kelas 12 IPA 1 mulai menyiapkan diri dan memberi salam serempak. Bu Rani kemudian mengeluarkan buku materi pelajaran kimia.
Terdengar celotehan murid yang malas karena langsung belajar setelah baru selesai liburan.
"Yaelah baru masuk udah belajar aja,"
"Ck, pagi-pagi sarapan kimia."
"Baru juga cuci otak, udah mau diracunin lagi ama rumus."
Mendengar segala celotehan teman sekelasnya Tasya terkekeh pelan, ia sendiri bingung mengapa temannya malas belajar kimia sedangkan ia sangat suka.
Bu Rani yang mendengar keluhan anak muridnya pun langsung menggebrak meja dengan keras, membuat semua murid kaget dan dirinya juga sebenarnya kaget, tapi ia tutupi dengan lihai. Eaawkwk
KAMU SEDANG MEMBACA
CANDU
Teen FictionTerjebak dalam lubang narkoba tentu bukan cita-cita Reyhan a.k.a pemilik Apartemen City se-Jakarta Selatan. Enam bulan sudah berlalu, waktu yang ia sebut untuk mencari jati diri. Namun, apakah pencarian jati diri lebih penting dibanding membahagiak...