(Adipati Dolken as Reyhan Pandu Pratama)
Belaian angin sore itu bagai menusuk hingga ke dalam tulang, Reyhan masih menunggu seseorang itu dengan sabar.
Tadi, ketika ia bertemu dengan Eki di markas mereka. Eki meminta tolong padanya untuk menyampaikan sabu itu ke konsumen langganan Eki yang ia ketahui bernama Raja. Karena Eki ada urusan mendadak yang katanya tidak bisa ditunda membuat Reyhan dengan suka rela menolong temannya itu.
Reyhan masih setia duduk di atas jok motor Ninja kawasaki hitam kesayangannya itu, masih menunggu Raja tepat di samping Indomaret Point Apartment Kalibata City. Tangannya masih menggenggam sabu yang tersimpan di dalam plastik klip putih seberat 200gram.
Matanya yang tajam mengawasi setiap orang yang lewat. Namun, tak kunjung jua terlihat batang hidung Raja. Sejujurnya Reyhan benci menunggu, tapi demi membantu Eki ia rela melakukan hal itu.
Drrtt.... Drrttt....
Ponsel yang ada di dalam saku seragam sekolahnya bergetar, menurunkan resleting jaket, Reyhan mengambil benda pipih itu.
Eki is calling......
Dengan cepat ia menggeser tombol hijau ke kanan.
"Halo. Udah ketemu belom si Raja?"
"Belom nih, masih lama nggak sih? Coba lo hubungin dia, Ki. Mau maghrib nih gue mau balik."
"Iya-iya bentar, gue lagi deket situ sih ini. Lo bawa motor kan? Gue di mobil Om Akbar, bentar lagi gue kesitu."
"Iya bawa, yaudin gue tunggu tempat biasa."
"Oke."
Memasukkan ponsel kembali ke dalam saku seragamnya, Reyhan menaikan resleting jaketnya. Pikirannya melayang mengingat perempuan yang kini sering menghantui hari-harinya. Bisa-bisa nya Reyhan tersenyum mengingat sosok itu.
Tasya...
Mengingatnya saja membuat hatinya berdesir, sejak pertama kali melihatnya Reyhan seakan terhipnotis oleh senyuman maut itu, setiap malam selalu senyum itu yang terlintas dalam pikirannya. Reyhan masih tak paham dengan situasi ini, belum mengerti rasa yang tumbuh dalam dirinya sendiri.
Drrtt... Drrttt...
Ponselnya kembali bergetar menyadarkan ia dari lamunan tentang Tasya. Dengan cepat ia meraih benda pipih itu tanpa melihat siapa yang menghubunginya.
"Lo nggak aman sekarang, Lo lari keluar tapi jangan lewat Lotus, lewat belakang muterin Lotus turun ke Mall, gue di depan pintu masuk utama Mall nya! Tinggalin motor lo cepet! Raja ketangkep polisi barusan."
Penuturan Eki tak ayal membuatnya tersontak kaget, dengan cepat ia mengamankan motornya di parkiran indomaret itu.
Berlari, pikirannya kalut sekarang. Cemas dan gelisah itu yang ia rasakan. 'Fuck my life!' umpatnya kesal.
"Lo jangan terlalu lari! Ntar dicurigain, pake tudung jaket lo jangan lupa!"
"Gue udah di Mall arah pintu utama, plat mobil berapa cepet..."
"B 2030 YAZ, Pajero Hitam. Langsung masuk Rey buka pintu belakang. Nah lari kenceng ke mobil!"
Ketika menemukan mobil yang ia cari, Reyhan lari sekencang mungkin menuju mobil itu lalu segera membuka pintu belakang mobil dan masuk dengan cepat ke dalam mobil.
Akhirnya ia selamat dari bencana yang akan menimpanya, jelas ia kalut dan takut jika berurusan dengan polisi. Karena pasti jika itu terjadi akan membuat keluarganya cemas dan kondisi Marina menurun bila mengetahui rutinitas apa yang sebenarnya Reyhan lakukan.
Reyhan masih mencoba menyulutkan emosi yang ada pada dirinya dan berusaha menenangkan dirinya sendiri. Saat menyadari suatu hal, mendadak membuat wajahnya pucat pasi.
'Mampus gue!' umpatnya dalam hati saat menyadari sabu tadi tidak ada ditangannya.
Eki yang menyadari keadaan Reyhan yang pucat seperti mayat pun bertanya seraya memberikan nasihat.
"Lo kenapa? Udah tenang aja, kita aman sekarang. Soal motor lo nanti diurus Om Akbar, sekarang yang penting kami anter lo balik dulu," tutur Eki bermaksud menenangkan.
"Barangnya, Ki. Barangnya nggak ada sama gue, tadi ada di tangan gue, serius. Dan gue nggak tau sekarang ada di mana," ucap Reyhan panik, keringat mulai muncul dari pelipisnya.
"Kok lo bisa teledor gitu, sih? Ah! Kalo jatoh deket motor lo gimana?! Pasti bakalan kelacak, lo bodoh banget!" sungut Eki kesal dan mulai panik membayangkan barang itu jatuh dekat dengan motor Reyhan.
"Sial! Lo nggak usah nyalahin gue! Gue nggak sengaja! Lo pikir gue nggak panik denger Raja ketangkep?! Gue kalut tadi, kalo gue ketangkep gimana, hah?" jawab Reyhan dengan emosi yang menggebu-gebu.
"Kepanikan lo malah bikin bencana buat kita, bodoh! Kalo itu barang jatoh deket motor lo atau bahkan di atas motor lo, bakalan kelacak! Lo ketangkep otomatis gue sama yang lain kena, brengsek!" sungut Eki penuh emosi.
"Bisa pada diem nggak? Ntar gue adu juga lo bedua ye, kurang ajar depan gue lo pada," ucap om Akbar pada Eki dan Reyhan yang sedang tersulut emosi masing-masing.
"Tapi, Om. Dia bego, kan tolol bisa tel--" ucapan Eki terpotong sambaran om Akbar.
"Diem, Eki, Reyhan, lo pada tenang bisa nggak?! Nggak akan ketangkep kalo buktinya cuma barang ada deket motor Reyhan, gue yang urusin soal ini, gue anter kalian balik sekarang. Reyhan, motor lo besok siang gue anter," jelas om Akbar penuh ketenangan.
Reyhan dan Eki mulai tenang dan mengatur nafasnya yang sedari tadi memompa kencang karena emosi yang menggebu-gebu.
Pantas Reyhan tak pernah merasa cocok berteman dengan siapapun kecuali bersama Arga dan Aldi, dua A yang selalu mengerti kondisi dan situasi hati Reyhan. Tatkala ia merasa kesal dan kesepian dua A itu dengan sigap datang menghiburnya dan menenangkannya. Meskipun seringkali Reyhan menggantikan penghibur itu dengan barang laknat itu.
Reyhan mulai sadar pertemanannya dengan Eki hanya karena dilandasi keinginannya mengonsumsi sabu itu sebab ia berpikir kalau bukan dengan Eki ia tak akan bisa membeli sabu dengan siapapun yang akan berujung terjebak dan terhuyung ke balik jeruji.
Seketika bayangan dirinya di balik jeruji besi dan beralas jerami di peradaban penjara membuatnya bergidik ngeri, Reyhan sungguh akan sangat merasa berdosa bila ia berada di penjara dan menyebabkan air mata Marina berderai tiada henti.
Selalu bayangan Mamahnya-Marina menangis terduduk dilantai-ketika ia merasa dirinya benar-benar kelewatan cemas tanpa batas. Seperti saat-saat ini, saat dimana dirinya merasa terjebak dengan ulahnya sendiri.
Wajahnya yang memucat sama sekali tak bisa mengelakkan kenyataan bahwa dirinya hampir tertangkap polisi jika saja ia tidak bergerak cepat menghindari situasi yang selalu menjadi mimpi buruknya itu.
Halah, masa bodoh dengan pertemannya bersama Eki, Reyhan tak akan pernah lagi memikirkannya. Diotaknya hanya ada satu kata kunci, yaitu tenang. Tenang dalam artian dapat merasakan kesenangan dalam angan seperti terbang memetik bintang. Dan obat tenangnya hanya satu dalam pikirannya, sudah sangat jelas hanya sabu dipikirannya.
∆°∆°∆°
TBC ya. Sorry for late update hehe, vote dan komennya jangan lupa yay!
Happy holiday🎉⚓Love, Nur Intan.
Ohiya ada question nih dr aku,
1. Reyhan dimasukin penjara dalam waktu dekat apa nanti-nanti aja?
2. Atau gak usah masukin Reyhan ke penjara sama sekali?
Pilih salah satu ya jawabnya untuk lanjutan ceritanya gimana nanti pendapat kalian hehe.
Sekali lagi, happy holiday💕🎉
KAMU SEDANG MEMBACA
CANDU
Teen FictionTerjebak dalam lubang narkoba tentu bukan cita-cita Reyhan a.k.a pemilik Apartemen City se-Jakarta Selatan. Enam bulan sudah berlalu, waktu yang ia sebut untuk mencari jati diri. Namun, apakah pencarian jati diri lebih penting dibanding membahagiak...