Turn on music: Hanin dhiya-Darling
"Pelangi mengajarkan ku bahwa sesuatu yang terlihat indah, hanya bersifat sementara"
***
Dengan sedikit berlari kecil, Lia sedikit lagi sampai di kelas Adith. Setelah melihat kalau Adith tidak ada di kantin Bi Etti, dia memutuskan untuk mencari Adith di kelasnya. Dengan perasaan yang mulai dihujami kekhawatiran, gadis itu terus memacu langkahnya.
Gadis itu berdecak sebal saat beberapa langka lagi, ia akan sampai di depan kelas dua belas IPS 3 namun sepertinya Tuhan tidak berpihak kepadanya. Bell berbunyi, menandakan bahwa pengumuman kelulusan akan segera di laksanakan.
Meski sedikit kesal, Lia memutar langkahnya menuju lapangan ikut berbaris bersama teman-temannya.
Sekitar beberapa langkah lagi Lia sampai di lapangan, ia menghentikan kakinya. Berdiri mematung dengan segala kegundahan dalam batinnya. Tiga tahun telah berlalu dengan cepat, ia akan segera lulus --meninggalkan suasana sekolah yang sudah menjadi lingkungannya. Hal itu cukup menyayat hatinya.
Sudah tiga tahun berlalu, semua yang aku alami disini semoga tidak sia - sia. Terima kasih telah mengizinkan ku melewati semuanya disini. Bersama tawa dan tangisku dengan sahabat dan teman-temanku.
-batin Lia.
Lia menyekat sebulit cairan di ujung matanya dengan telunjuknya. Menghelah nafas sejenak kemudian berjalan menuju lapangan, ikut berbaris rapi di depan panggung kesenian sekolah.
Guru sudah membuka acara itu dengan serangkaian acara, hingga akhirnya pembacaan kelulusan sebentar lagi. Dengan gemetar, Lia menatap nanar amplop yang sempat di bagikan oleh guru guru padanya dan teman temannya. Benda putih itu lah yang akan menentukan masa depannya.
Lia melirik ke arah kelas dua belas IPS 3, mencoba mencari sosok yang menghilang darinya semenjak pagi. Bola matanya terus bergerak ke kanan kiri, namun tidak bisa melihat kehadiraan sosok cowok itu karena barisan kelas mereka berjauhan.
Lo itu kemana sih, Dith? Jangan bikin gue khawatir please!
-batin Lia."Heh Lia!"
Tubuh Lia sedikit menegang, saat rungunya menangkap suara keras diiringi dengan pundaknya yang tiba - tiba ditepuk.
"Lo kenapa, ngelamun?" Itu adalah suara Jiska. Lantas Lia mencoba menepis pikiran pikiran anehnya, mencoba fokus pada acara kelulusannya.
Lia menggeleng pelan, "gapapa Jis."
Tiba tiba raut wajah Jiska berubah, berbinar binar. Sembari menarik tangan Lia meninggalkan barisan menuju depan.
"Kita masuk Top 10 umum."
Mata Lia melotot kaget. Dia benar benar melamun tadi, sehingga ia tidak mendengar namanya di sebut masuk dalam daftar Top 10 umum. Dadanya seketika sesak, ia menatap Jiska dengan penuh kegembiraan sembari berjalan hanya bersama Jiska. Karena Mila tidak masuk.
Lia berdiri sembari tak hentinya tersenyum di depan sana, berbaris bersama 10 orang siswa yang lain. Di temani orang tuan/walinya. Cukup membanggakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fauzadith #Wattys2019
RomanceWaktu yang aku habiskan untuk kisah panjang ini, tidak bisa dikatakan sebentar. Tuhan membuat aku terlalu lama, dipermainkan takdir. Semua berawal disaat kisah kita berakhir. Copyright©2018 by Ufhy62