Fauza(dith) 05 - Hanya Saat Butuh

119 27 12
                                    

Turn on music: Michelle Zuidith-Kau dan Aku

"Salah satu alasanku menangis sekarang bukan sekedar karena aku lemah, hanya saja aku tidak menemukan kata-kata untuk mengungkapkan luka dan sakit yang ku rasakan sekarang."

***

Apa segampang itu kamu bicara hal sekejam itu padaku, apa selama ini kamu anggap aku sebuah benalu di hidupmu, apa secepat itu kamu memutuskan apa yang aku satukan dua tahun terakhir ini, apa secepat dan semudah itu kamu menggantikan aku dengan dia ?

Aku tidak tau lagi sejauh mana aku bisa bertahan melangkah. Kakiku rasanya lemas. Tapi lebih baik aku berjalan tanpa arah tujuan dari pada harus menolek kembali ke arah cowok kejam itu.

Jujur aku benci harus menangisi dia yang secepat itu menggantikan ku dengan seseorang. Meski sebenarnya aku masih tidak bisa menerima keputusan yang Adith ambil tanpa persetujuanku.

Aku terus saja menyusuri jalan mawar, jalan yang selalu aku lewati ke sekolah bersama Adith. Jalan yang menjadi saksi bahwa aku dan dia pernah saling melengkapi. Entah kenapa, kaki semakin tidak kuat lagi, ditambah terpahan angin saat mulai sore membuat rasa sakitku semakin menyiksa. Kalimat kejam Adith bergemah ditelingaku membuat aku semakin kacau.

Aku kecewa, tidak menyangka kalau ini adalah akhir kisahku dengan dia yang sangat aku percayai. Perlahan aku merasakan tetes demi tetes hujan menyentuh kulitku, bersamaan dengan tetes-tetes air mata yang sudah tidak terbendung lagi.

Menyusuri jalan mawar yang kini sepi seakan sengaja membuat aku semakin mendalami sakit yang kurasakan akibat cowok kejam itu. Jalan yang biasa aku lewati ke sekolah bersama Adith. Jujur, aku tidak mau menerima keputusan sepihak ini. Namun, tidak mungkin aku menangis seraya mengemis-ngemis cinta kepada Adith. Itu menyangkut harga diriku.

Semakin jauh aku melangkah, semakin langkahku gemetar. Aku meruntuhi diri yang lemah ini. Langkahku semakin gontai dengan air mata yang terus meluncur bebas di pipiku membuat langkahku semakin lemah.

Ini bukan hanya sekedar sakit karena perlakuanmu yang kasar. Namun, tentang bagaimana kamu mengucapkan kalimat yang sangat menyakitiku.

Di tengah kekacauan ku, aku tidak ingin menghentikan langkahku. Meskipun perlahan-lahan setetes demi setetes air hujan jatuh membasahi kulitku. Aku masih tetus melangkah tanpa menghiraukan hujan yang samakin lebat.

Bayangkan saja bagaimana sakitnya berjuang mempertahankan hubungan yang rumit namun, dia hancurkan begitu saja tanpa penjelasan yang masuk akal.

Meski berusaha tegar, namun aku hanyalah perempuan biasa yang juga sejatinya lemah. Kenyataan itu terbukti, kakiku tidak bisa lagi menopang tubuhku membuat aku jatuh bersimpuh di trotoar depan halte.

Tubuhku kaku tidak bisa digerakkan. Walaupun terpahan hujan semakin deras sehingga membasahi seragam putih abu-abuku yang penuh coret-coretan. Aku kecewa! tapi itu tidak bisa menutupi kalau aku sangat sayang kepada Adith. Kenangan manis selama satu tahun itu terlintas begitu saja dipikiranku, diputar seperti sebuah film. Rasanya aku benar-benar hancur, aku menyalahkan diriku atas kejadian ini seakan semua terjadi karena salahku.

Kenangan-kenangan itu beruba menjadi senjata yang ampuh berhasil membuat aku semakin tersiksah. Meski Adith adalah cowok yang cenderung tidak suka berkata manis, namun kenangan bersamanya tidak bisa aku lupakan.

-flashback on-

"Lia, lo pergi gih sana ambil air di sungai soalnya gue mau masak sama lala ni tapi kagak ada air" pinta Mila seraya menyodorkan ember hitam kosong kepadaku.

Fauzadith #Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang