Fauza(dith) 13 - Say Good Bye

52 17 0
                                    

Turn on music: Rizky Febian & Mikha Tambayong-Berpisah itu mudah.

"Karena senja selalu membuat rindu semakin candu, semakin menggila, dan untukku, semakin membuatku susah melupakan pengkhianatanmu"
-Lia-

***

"Huh dasar pantat ayam, gue udah move on kalle." Dengus Fauzan, kesal seraya melempariku dengan kulit kacang yang ada di tangannya.

Kekesalannya itu justru membuatku semakin ingin mengejeknya karena telah menanyakan keberadaan Jiska yang berstatus sebagai mantan pacarnya,"move on tapi masih kepo."

Fauzan menatapku sinis,"tidak mencintai bukan berarti membenci, Cumi."

Aku terkekeh pelan -eh lebih tepatnya tertawa mendengar pernyataan Fauzan yang mengutik dari salah satu novel favorit ku, "itu mah kata Dilan, mata pelit."

Aku tak henti-hentinya tertawa karena mengingat kejadian di rumah Fauzan. Untuk pertama kalinya aku melihat Fauzan meronah menahan malu karena ulahku.

***

Sekarang aku dan Fauzan tengah berada di perjalanan menuju danau di dekat gedung sekolah SMA ku dulu. Sebelum itu, kami sempat nongkrong di warung bi Etti. Tempat yang menyimpan sejuta kenangan di masa -ah sudah lah, aku tidak ingin membahasnya. Dari siang hingga sore, aku, Fauzan, dan teman-teman SMA ku berkumpul dan tertawa bersama.

Semuanya terasa lengkap, satu angkatan datang ke warung bi Etti. Hingga ada beberapa orang yang tidak ke bagian kursi dan harus membagi tempat duduk nya. Tetapi, meski ada sebuah kenyataan yang berusaha tidak aku pedulikan yaitu ketidakhadiran Adith dan Wanda untuk melengkapi pertemuan seangkatan kami. Itu semakin menguatkan dugaan ku kalau mereka memang pergi bersama. Jujur, rasanya sakit mengetahui kenyataan itu. Tapi itu bisa menjadi senjata bagiku untuk melupakan Adith.

"Turun Nona." Suara menjengkelkan itu sukses menarik paksa diriku kembali dari dunia lamunan.

Fauzan seraya turun dari motor kemudian membuka helm di kepalaku. Perlakuan tak biasa itu kusambut dengan kekehan geli, terlebih saat aku Fauzan memanggilku dengan sebutan Nona.

"Dasar kutu kambing!"

Setelah pengait helmku terlepas, aku berjalan mendahului Fauzan kemudian menoleh sebentar ke arahnya seraya menjulingkan mataku. Sudah lama sekali aku tidak mengerjainya seperti ini.

Dan disinilah aku sekarang. Di depan hamparan danau yang luas, dengan air yang cukup jernih sehingga aku bisa melihat pantulan bayanganku di sana. Tempat yang spesial bagiku, karena tempat inilah pertama kali seseorang tidak sengaja menyenggolku hingga terjatuh ke danau. Mataku menatap kebawah menatap rerumputan hijau halus yang sedang kupijaki sekarang.

Suatu kenangan yang indah

Bersamaan dengan mataku yang mulai tak bisa diajak kompromi atas air mata, aku merasakan pundakku menghangat saat seseorang yang baru saja berdiri di sampingku melingkarkan tangannya di pundakku. Menarik tubuhku lebih dekat dengannya. Dan sejenak membiarkan kehangatan mengalir satu sama lain. Huf, sangat nyaman.

Tidak menoleh ke arah orang yang berada di sampingku, aku masih menatap luruh pantulan bayangan diriku di air danau. Entahlah rasanya sangat sesak, melihat ke arah air danau yang sangat jernih. Bayangan wajah seseorang seakan muncul di balik itu.

Fauzadith #Wattys2019Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang