Turn on music: Beautifull In White -Matt Johnson.
"Aku ingin kau tau, bahwa hari ini bukan lah akhir dari perjuangan. Namun, awal dari terlahirnya aku dan kau menjadi kita. Jadi, jangan pernah lelah dan berubah untuk menjadikanku tempat terakhir kau berkeluh kesah."
-Lia-
***
"Sorry! Becauce, gue baru bisa nemuin lo sekarang." Jiska mengerucutkan bibirnya seraya menatapku dengan mata membulat.
Aku terkekeh kecil.
Ya, sekarang aku dan Jiska tengah makan siang di salah satu Kaffe dekat kampus. Sekedar mengobrol ringan, mengungkapkan perasaan masing-masing setelah berpisah selama kurang lebih tiga tahun.
Aku sedikit terkejut, bisa bertemu Jiska di keaadan seperti sekarang. Mengingat, setelah aku terkenah masalah tentang Adith tiga tahun yang lalu, sama sekali aku tidak pernah berhubungan lagi dengan Jiska. Tetapi, untungnya Jiska masih seperti dulu. Bahkan dia sudah terlihat lebih dewasa.
"Gapapa, Jis. Malah gue seneng bisa ketemu lo sekarang. Gue kangen," Aku ikut cemberut seraya menunjukkan ekspresi manja di depan Jiska.
Kami tertawa.
Sejenak pembicaraan kami terpotong saat seorang pelayan mengantarkan pesanan kami. Kemudian kamu sama-sama sibuk dengan makanan masing-masing.
Sembari mengunyah, aku diam-diam mengamati Jiska. Diam-diam aku mengagumi wajahnya, dia bener-bener cantik sekarang. Aku jadi heran, bisa-bisanya dulu Fauzan meninggalkan cewek sesempurna Jiska.
"Em, what is wrong? kenapa ngeliatin gue kayak gitu."
Jiska melambaikan tangannya di depan wajahku, sehingga membuat aku kembali sadar dari lamunan singkatku.
"Eh, it's okey cuman, heran aja. Kenapa kita bisa ketemu sekarang, padahal udah lama lose contack," jelasku seraya kembali kepada makananku yang sempat terabaikan.
Begitupun Jiska, dia ikut menikmati makanannya seraya berkata, "sebenarnya udah lama gue tau, kalau lo di London, Li. Cuman, gue baru ada waktu sekarang."
"Wih, orang sibuk. Kerja apa, Jis?!" merasa tertarik dengan topik pembicaraan Jiska, lantas kami mulai menceritakan kehidupan kami masing-masing.
***
Aku menyeruput pelan kopi cup di tanganku. Setelah menghabiskan beberapa menit makan siang, aku dan Jiska masing betah di dalam Kaffe, bercerita banyak hal.
"By the way, F-fauzan apa kabar?!" Meski berusaha terlihat normal, aku melihat ada keraguaan dibalik ungkapan Jiska tadi. Bahkan wajahnya kini mulai terlihat canggung saat ia mulai membahas Fauzan.
"Baik, Fauzan baik-baik aja." Jawabku seakan menjawab keraguaan Jiska yang terpendam. Suasana mendadak terasa aneh, Jiska terlihat tidak secerah tadi, "You're okey, Jis?"
Terdengar helaan nafas sebelum akhirnya Jiska tertunduk, "i miss him!"
Deg!
Mendadak rasanya dadaku sesak. Mataku membulat kaget, mendengar apa yang baru saja aku dengar dari bibir seorang Jiska. Ungkapan rindu untuk seorang yang pernah mengisi hidupnya, tiga tahun lalu. Sudah sangat lama. Tapi, seperti rasa itu tetap sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fauzadith #Wattys2019
RomanceWaktu yang aku habiskan untuk kisah panjang ini, tidak bisa dikatakan sebentar. Tuhan membuat aku terlalu lama, dipermainkan takdir. Semua berawal disaat kisah kita berakhir. Copyright©2018 by Ufhy62