"Aku tidak pernah ingin melihatmu menangis. Sama sekali aku tidak suka melihat air mata di matamu. Aku pernah mengatakan akan menghilangkan semua yang menyakitimu walaupun itu adalah aku sendiri."
***
Suasana berubah menjadi tegang. Seakan semua yang ada di sekeliling memojokkan seorang insan yang sedang berdiri menatap gadisnya menitihkan air mata. Tubuhnya bergetar hebat, tidak tahan mendengar isak tangis gadis yang ada di hadapannya.
Tangannya ingin memeluk dan menenangkan gadis itu, namun dia sadar jikalau dia terus memberi kenyamanan kepada gadis itu maka dia akan makin menyakiti gadis itu.
Matanya terasa begitu perih, melihat bagaimana gadis itu benar-benar terluka. Meski sudah berusaha dia tahan, namun tanganya kembali merangkul hangat tubuh gadis yang berada di depannya. Ada rasa bersalah didalam hatinya karena telah mempermainkan gadis itu. Jika memang hari ini adalah akhir, setidaknya biarkan ia merangkulnya untuk yang terakhir kali.
Adith bisa merasakan tubuh gadis yang berada di pelukan nya bergetar. Suara isak tangis nya terdengar begitu jelas di indra pendengaran Adith. Dengan lembut dia membelai rambut panjang gadis itu perlahan, seakan memberi kenyamanan kepada gadis itu.
Maaf, gue harus melakukan ini. Karena kalau enggak, perlahan semua bakal merenggut kebahagiaan dan kehidapan lo. Sebelum semua terlambat, maka biarin gue menyelesaikan semuanya sampai disini.
Adith menghelah nafas frustasi kemudian melonggarkan pelukannya dari gadis itu. Melihat mata gadis itu yang kini memerah akibat air mata. Sekali lagi Adith menghelah nafas kemudian menangkup pipi bulat milik gadis itu untuk menatapnya.
Tiba-tiba keberanian Adith luntur saat mata abu-abu itu menatapnya dengan luruh. Tatapannya begitu menyimpan harapan yang besar, namun perlahan hancur bagaikan dedaunan yang jatuh saat musim gugur.
"Denger ini baik-baik! Aku sayang sama kamu. but, this all--"
Belum sempat melanjutkan ucapannya. Tiba-tiba gadis yang ada di depannya memeluk erat tubuhnya membuat tubuhnya sedikit terdorong kebelakang. Ada sebuah ucapan yang tidak tersampaikan dari sikap Lia kepada Adith. Gadis itu benar-benar tidak ingin melepaskan pelukannya ke lelaki yang sekarang dia peluk. Sikap Lia seperti itu, membuat Adith semakin sulit memberitahukan kenyataan sebenarnya kepada Lia.
"Ya, Dith. I Know, i love you too."
Suara itu terasa menyiksa Adith. Suara yang lirih keluar dari bibir ranum milik gadis yang sangat tidak ingin dia sakiti. Namun, nyatanya yang bisa ia berikan untuk Lia, hanyalah rasa sakit.
Dengan cepat Adith melepaskan pelukan gadis itu kemudian menggenggam tangan gadis itu berharap dia menyadari apa yang akan dia katakan nantinya, "ga Lia! Aku sama kamu adalah sebuah kesalahan. Dengerin dulu sampai aku selesai ngomong!"
Dada Adith terasa sesak setelah mengucapkan kalimat yang baru saja dia lontarkan untuk Lia. Wajah gadis yang bersamanya selama satu tahun itu membuat keberaniannya berkurang.
Lia mengernyit masih tidak mengerti dengan ucapan lawan bicaranya,"maksud kamu apa, kamu pikir kita adalah kesalahan?! Di mana letak kesalahannya Dith, what is wrong?!"
Adith mengerjapkan matanya seraya menghelah nafas berat. Hanya kalimat tadi sudah membuatnya sesak, apalagi jika dia harus mengatakan kalimat yang akan membuat gadis itu sangat terluka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fauzadith #Wattys2019
RomanceWaktu yang aku habiskan untuk kisah panjang ini, tidak bisa dikatakan sebentar. Tuhan membuat aku terlalu lama, dipermainkan takdir. Semua berawal disaat kisah kita berakhir. Copyright©2018 by Ufhy62