"Kisah ini bukan kehendak mereka, namun telah menjadi suatu rencana Tuhan. Menyatuhkan dua karakter berbeda dalam satu skenario."
***
Dia si pemilik kisah.
Gadis sederhana yang terbiasa dengan segala kesederhanaan dalam hidupnya. Seseorang yang berprestasi dan dikaruniai wajah yang indah oleh Sang Pencipta. Iris mata abu-abu yang dihiasi bulu mata melengkung membuat tak sedikit lawan jenisnya yang tertarik padanya. Sekarang dia sudah menginjak usia delapan belas tahun. Menduduki jabatan sebagai ketua OSIS di sekolahnya. Bahkan sifat ramah dan humorisnya menambah kesempurnaan yang ia miliki.
Tidak.
Dia tidak sempurna. Ia hanyalah manusia biasa yang memiliki sisi positif dan negatif dalam dirinya. Dirinya hanyalah gadis biasa yang memiliki ego yang tinggi. Dan karena ego itulah kisahnya di mulai.
***
Kring...
Suara nyaring itu pun lantas mengalihkan perhatian seisih kelas. Bell istirahat telah berbunyi, menyudahi aktivitas belajar mengajar yang sudah dimulai beberapa jam yang lalu.
Di Kelas dua belas IPA 1, pelajaran bahasa Mandarin telah selesai, guru mata pelajaran lantas meninggalkan kelas. Sebagian siswa/i pun sudah meninggalkan bangku masing-masing. Namun Lia, gadis yang identik dengan rambut panjang itu masih membereskan beberapa buku paket di atas mejanya.
"Eh Lia, ke kantin yuk!" Ajakan itu lantas mengalihkan pandangan Lia yang masih tidak menghentikan aktivitas nya.
Lia hanya melirik sebentar ke arah Mila kemudian kembali sibuk memasukkan bukunya di dalam tas. "Eh, tunggu bentar!"
Tak berselang waktu lama, setelah semua buku yang berada di mejanya berhasil ia bereskan. Lia berdiri merapikan seragam dan rambut panjangnya kemudian berjalan keluar kelas bersama Mila. Sepanjang koridor, Lia dan Mila mengobrol ringan hanya sekedar menceritakan pelajaran yang baru saja selesai.
"Mila! Lia!"
Keduanya sama-sama menoleh karena merasa terpanggil. Menghentikan sejenak langkahnya menanti seseorang yang kini sedang berlari menuju ke arah mereka.
Mila mendengus. "Uh Jiska, ngagetin aja lo."
Jiska yang baru saja sampai, tidak langsung menjawab dengusan Mila. Gadis itu, menghelah nafas dengan susah payah seraya mengontrol pernafasannya,"hu ya Tuhan g-gue capek."
Mereka bertiga pun melanjutkan langkahnya menuju kantin yang sudah penuh sesak dengan siswa siswi. Baru beberapa menit setelah bell berbunyi, namun tempat itu sudah dipadati banyak siswa. Entah untuk jajan, bahkan ada yang hanya menjadi kantin sebagai tempat tongkrongan.
Lia menghentikan langkahnya. Matanya telah menangkap objek menarik yang sedari tadi ia cari. Itu adalah segerombolan siswa kelas dua belas yang sedang bernyanyi dan menggoda adek kelas di kantin.
Gadis itu tanpa sengaja, menarik sedikit senyum dari bibirnya. Menikmati pemandangan yang selalu berhasil membuatnya tersenyum, yaitu; seorang laki-laki memakai topi, baju keluar, dan dasi longgar sedang menyeruput greentea yang ada di tangannya seraya sesekali terkekeh melihat tingkah temannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fauzadith #Wattys2019
RomanceWaktu yang aku habiskan untuk kisah panjang ini, tidak bisa dikatakan sebentar. Tuhan membuat aku terlalu lama, dipermainkan takdir. Semua berawal disaat kisah kita berakhir. Copyright©2018 by Ufhy62