-1-

9.9K 1K 56
                                    

Yash! Zeeyazee is back!

Jangan lupa vomment ya!


Sana menatap kedua mata Abimanyu dengan ragu. Riko dan Gea—editor Sana, sudah lebih dulu pulang bersama dua kru film yang bekerja sama dengan Sana dan penerbitnya. Perempuan itu tidak tahu, apakah ia harus berterima kasih atau justru merasa kesal kepada Riko dan Gea yang membiarkan dirinya hanya berdua dengan Abimanyu.

***


"Halo, Abimanyu."

Abimanyu terperangah melihat kedatangan Gea bersama Sana, selang 20 menit dari waktu tibanya ia di sini bersama Riko.

"Jadi, Abimanyu ini yang terpilih memerankan Bayu di film kamu nanti." Fikar, perwakilan produser Langit Film memperkenalkan Abimanyu pada Sana dan Gea.

Sana hanya diam membisu sambil menundukkan kepala, sementara Gea berakting pura-pura tidak pernah bertemu Abimanyu dengan sempurna.

"Wah, saya seneng banget kamu yang terpilih jadi Bayu," kata Gea, dengan raut wajah girang yang sedikit dilebih-lebihkan. "Penulisnya cerewet banget waktu pemilihan pemeran. Yah, emang sih...kamu belum fix menyetujui tawaran ini. Tapi, kalau dilihat dari reaksinya..., kayaknya kalau kamu yang terpilih, penulisnya gak akan rewel sama sekali."

Sana yang menerima tatapan penuh arti dari Gea hanya menoleh sekilas, lalu kembali menundukkan kepalanya. Kalau bukan karena Gea yang menyenggol lengannya, Sana mungkin akan terus menunduk sepanjang pertemuan berlangsung.

"I-iya, Say—ehem—Abimanyu. Saya...." Sana menegakkan wajah, bertemu pandang dengan Abimanyu. "Saya nge-fans sama kamu." Dan itulah kata-kata yang spontan keluar dari bibir tipis Sana.

Riko hampir tersedak minumannya sendiri karena menahan tawa, melihat sikap gugup Sana yang terlihat lucu. Sementara Gea memejamkan mata dalam gerakan lambat, seraya mengembuskan napas panjang. Sudah berkali-kali dia ingatkan, supaya Sana tidak terlihat salah tingkah di hadapan Abimanyu. Memangnya Sana tidak punya kalimat bagus lainnya untuk mengawali pembicaraan? Yah, mungkin kalau konteksnya mereka bukan suami-istri, tidak akan terdengar seaneh itu. Apalagi, Gea dan Riko termasuk ke daftar orang-orang yang mengetahui pernikahan rahasia Sana dan Abimanyu.

"Maaf, tapi saya gak mau main di film yang sekiranya kurang menguntungkan untuk saya."

Sana mendelik menatap kedua mata cokelat Abimanyu yang tampak dingin. Iya, sih... di dunia luar, Abimanyu selalu menampakkan sosoknya sebagai seseorang yang ketus, sombong, dingin, dan tidak tersentuh. Ia juga dikenal sebagai orang yang pemilih dalam menentukan tawaran pekerjaan yang mana yang akan diambil. Tapi, apa dia harus melakukan hal yang sama kepada Sana? Bagaimanapun, Sana itu istrinya.

Sana mendadak kehilangan rasa gugupnya. "Untungnya, novel saya ini bukan novel murahan. Dan saya yakin, kamu pasti udah tahu betul gimana baiknya reputasi Langit Film." Perempuan itu memajukan tubuhnya, lalu menyangga dagunya dengan kedua tangan yang terjalin terangkat di atas meja. "Jadi, masih bisa ragu sama film ini? Yah...aktor yang bagus gak cuma kamu, kok."

Gea menginjak kaki Sana, membuat penulis yang sudah menjadi partner-nya selama hampir lima tahun itu mengaduh kencang.

"Apa sih, Ge?" Sana berbisik memprotes tindakan Gea. "Ini orang kudu diajarin cara ngomong yang baik."

Gea mendekatkan bibirnya ke telinga Sana. "Iya! Tapi jangan lupa, dong. Dia itu suami lo!"

Tingkat emosi Sana yang tinggi tiba-tiba turun dan hilang. Astaga, dia lepas kendali. Padahal, dia tahu betul bagaimana Abimanyu di luar sana. Seharusnya dia tidak usah mengambil hati ucapan suaminya itu. Toh, Abimanyu mengucapkan itu agar orang lain tidak menaruh curiga kepada hubungan rahasia mereka.

Once Upon A SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang