"CUT! GOOD JOB EVERYONE!"
Sorak-sorai tepuk tangan menyambut berakhirnya kegiatan syuting film Senja Cinta. Beberapa kru masih ada yang saling bercengkerama, sementara sebagiannya lagi segera merapikan peralatan syuting.
Sana mengedarkan pandangannya ke sekeliling, mencari-cari Abimanyu dan menemukan pria itu tengah mengobrol bersama Pak Nahran, Maharani, dan Tatiana. Baru saja Sana hendak melangkah mendekati kumpulan empat orang itu, Riko datang menyapanya sambil menahan tawa.
"Lo abis keterjang badai?" tanya Riko, menjulurkan tangannya untuk memegang rambut Sana yang mekar seperti singa. Ojek yang dia tumpangi tadi helmnya kekecilan dan bau apek karena basah. Jadi, Sana memutuskan untuk tidak mengenakan helm, dan memberi uang lebih untuk Mamang Ojek-nya supaya lebih semangat mencari jalan yang aman dari polisi.
Sana menghindari sentuhan Riko pada rambutnya. "Lo bakal bikin rambut gue lebih acak-acakan pasti. Gue gak bawa sisir, jadi jangan macem-macem," ancam Sana sambil memelotot.
"Lo mau ketemu Abimanyu, kan?" tanya Riko, menunjuk pria yang ia sebutkan namanya dengan mengarahkan dagunya. "Seharian ini, Tatiana gak ada matinya deket-deketin dia. Bisa-bisa mereka bakalan semobil lagi nih buat ke perayaan."
Sana mendengus kesal. "Lo paling bisa jadi kompor emang."
"Bukan jadi kompor, tapi biar lo buruan maap-maapan meskipun ini belum lebaran." Riko mendorong Sana agar segera menjalankan niatnya. "Tuh, Abimanyu udah tahu lo di sini."
Sana bersitatap dengan Abimanyu beebrapa saat, sebelum akhirnya pria itu mengalihkan pandangannya ke arah lain dan membuat Sana kesal. Pria itu malah menjatuhkan pandangannya ke Tatiana!
Sana menyisir rambutnya dengan jari-jari tangannya. Tentu saja hasilnya jauh dari kata rapi. Tapi setidaknya, sudah terlihat lebih baik daripada sebelumnya.
"Hei, San!" Pak Nahran menyapa Sana yang mendekati kumpulan mereka, dengan mendaratkan tepukan pelan di bahu perempuan itu. "Katanya gak bisa dateng?"
"Berubah pikiran, Pak," jawab Sana, menyengir sambil mencuri-curi pandang ke arah Abimanyu.
"Sayang banget kamu gak lihat syuting dari awal. Adegan-adegan hari ini kece banget, San." Pak Nahran tertawa. "Indonesia punya pasangan mantap yang baru nih di perfilman—Abimanyu dan Tatiana. Jangan kaget kalau setelah film Senja Cinta dirilis, kalian dapat banyak tawaran untuk main bareng. Chemistry-nya pas banget! Jangan-jangan kalian cinlok beneran ya?"
Sana sebal setengah mati saat melihat semburat merah tercipta di kedua pipi Tatiana yang mulus tanpa sentuhan jerawat, atau bahkan komedo sekalipun.
"Pak, di depan ada wartawan!" Salah seorang kru datang tergopoh-gopoh mendekati Pak Nahran. Setelah berbasa-basi berpamitan dengan Maharani, Abimanyu, Tatiana dan Sana, Pak Nahran lalu mengikuti kru itu. Tinggallah Abimanyu, Tatiana dan Sana, karena Maharani akhirnya memutuskan untuk mengikuti Pak Nahran. Katanya, ingin nampang di kamera infotainment juga.
"Kamu ke sini sendiri, San?" tanya Tatiana. "Mau ikut ke perayaan juga, ya? Bareng aja sama aku dan Mas Abi. Kami mau naik mobil aku."
"Berdua?" tanya Sana, lirih.
"Kalau sama kamu jadi bertiga," jawab Tatiana cepat.
Sana melirik sekilas ke Abimanyu. Pria itu menutup kedua belah bibirnya rapat-rapat sambil memainkan HP-nya. "Emm, aku nanti bisa pergi sama Gea. Dia lagi on the way ke sini."
"Oke kalau gitu. Berarti aku sama Mas Abi berangkat duluan." Tatiana menarik lengan Abimanyu, tanpa penolakan sedikit pun dari Abimanyu. Melihat itu, Sana ternganga mematung di tempatnya. Apa tidak ada celah baginya untuk menculik Abimanyu sebentar dan membuat pria itu mendengarkan permintaan maafnya?
Sana mengeratkan pegangan tangannya kepada tali tas slingbag hitamnya, lalu berseru, "Bi!" Sontak Sana dihadiahi tatapan tidak suka dari Tatiana, ketika perempuan itu dan Abimanyu berbalik melihat Sana.
Sana berlari kecil menghampiri keduanya. "Saya mau ngomong bentar, boleh?"
"Gak boleh. Kami lagi buru-buru."
Sana mendelikkan mata kepada Tatiana. Kenapa jadi dia yang jawab?
"Bi?" Sana mendaratkan sorotan mata memohonnya kepada Abimanyu. Tapi pria itu malah melengos.
"Kalau mau ada yang diobrolin, nanti aja, San," tolak Abimanyu, kembali melanjutkan langkahnya bersama Tatiana yang sedang tersenyum penuh kemenangan.
"Loh, kok dia malah sama dia?" Tak berselang lama setelah Abimanyu pergi bersama Tatiana, Gea datang menyusul Sana. "Lo udah minta maafnya?"
Sana menggeleng. "Belum. Abimanyu kayaknya masih marah banget sama gue."
***
"Maaf." Abimanyu melepaskan lengan Tatiana yang merangkul lengannya. Kemudian, pria itu menyerahkan kunci mobil Tatiana. "Aku gak bisa pergi sama kamu. Aku pergi sama Riko aja."
"Loh?" Tatiana tampak terkejut. "Kenapa?"
"Aku gak mau bikin berita tentang kedekatan kita semakin berkembang, Tatiana. Syuting sudah selesai, aku udah ikutin mau Pak Nahran dan yang lainnya untuk dekat sama kamu—paling gak, sampai syuting selesai."
Tatiana baru saja hendak bersuara, namun ucapan Abimanyu selanjutnya membungkam mulutnya.
"Aku juga gak mau harapan kamu menggantung terlalu lama, sementara aku gak bisa balas perasaan kamu."
Tatiana melipat kedua belah bibirnya ke dalam membentuk garis tipis. Hening sesaat, sebelum kemudian perempuan itu menemukan suaranya kembali. "Apa yang kurang dari aku, Mas?" Alih-alih menyangkal perasaannya, Tatiana justru bertanya terang-terangan.
"Udah ada yang nempatin hati aku, Tatiana. Dan orang itu gak akan bisa digantikan oleh siapapun termasuk kamu." Abimanyu mengambil tangan Tatiana, membuka genggaman lemah perempuan itu. "Maaf. Jangan menyalahartikan sikap aku ke kamu lebih lama lagi," katanya, meletakkan kunci mobil ke tangan Tatiana, yang sedari tadi belum kunjung menerima benda itu.
"Tunggu, Mas!" Tatiana menahan tangan Abimanyu. "Apa gak ada celah di hati kamu untuk aku masuk ke dalamnya?"
Abimanyu menggelengkan kepala. "Hati aku udah dikunci rapat-rapat. Cuma bisa dibuka dari dalam oleh orang yang tinggal di dalam sana."
"Jadi, kalau orang itu ninggalin kamu?"
"Masalahnya...." Abimanyu memasukkan kedua tangannya ke saku celana. "Aku gak akan biarin dia ninggalin aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Upon A Secret
RomanceSana Mahira, 27 tahun, seorang penulis novel terkenal. Baru saja menerima tawaran untuk memfilmkan novel pertamanya. Tapi, impian yang akan segera menjadi nyata itu malah menjadi awal masalah rumah tangga Sana dengan Abimanyu Kendrata--suami yang d...