-13-

5.4K 750 37
                                    

Halo! Selamat membaca ya!

Sana tertegun mendapati Abimanyu menolak panggilan teleponnya. Terbersit firasat buruk di pikirannya, dan Sana cepat-cepat mengusir firasat buruk itu jauh-jauh. Yah, mungkin Abimanyu sedang berada dalam situasi yang membuatnya tidak bisa mengangkat telepon dari Sana.

Sana baru sampai di Bandung. Dan perempuan itu tahu-tahu saja sudah merasa kangen dengan Abimanyu. Sana akan mencoba menelepon Abimanyu lagi nanti malam. Sekarang, dia harus bersiap-siap pergi bersama Gea untuk berbelanja. Editornya bilang, hari ini ada sale khusus di Sephora. Royalti Sana bulan ini sangat besar, jadi Gea memaksa Sana menyisihkan beberapa ratus ribu untuk memenuhi impian Gea memiliki make up yang dijual di sana.

"Udah siap belum?" tanya Gea, melongokkan kepala dari dalam kamar mandi.

"Udah," sahut Sana yang sedang menyisiri rambutnya.

"Yaudah, lo tunggu bentar. Gue mau merespons panggilan alam," ujar Gea, seraya menutup pintu kamar mandi.

"Jangan lama-lama, Cuy!" teriak Sana, sembari duduk di kasur dan menyalakan TV.

"Berita selanjutnya, Say! Duh, ada duo sejoli yang lagi panas-panasnya digosipin!"

Sana mengerutkan kening. Acara gosip yang di channel yang sekarang sedang ia tonton ini, biasa menyiarkan berita tentang Abimanyu dan Tatiana.

"SAN! MATIIN TV-NYA!" teriak Gea dari dalam kamar mandi.

Otak Sana memerintahkan perempuan itu agar segera mematikan TV atau mengganti ke siaran lain, tapi tangannya bergeming. Sana justru menunggu presenter acara gosip itu menampilkan berita yang selanjutnya membuat Sana meringis menyesal.

"Denger-denger si Tatiana lagi seneng masakin makanan buat Abimanyu. Duh, cucok banget, ya? Gemes liatnya! Kalau menurut aku sih mereka cocok pakek banget. Yang satu cantik, yang satu ganteng. Sama-sama berprestasi di bidangnya... ih wow... jangan-jangan mereka bener-bener cinta lokasi, ya?"

"'Kan gue udah bilang, San. Ma-ti-in!"

Sana mendongak menatap Gea yang baru saja keluar dari kamar mandi. Perempuan itu hanya mengenakan kaus kebesarannya yang panjangnya mencapai setengah paha. Melihat pintu kamar mandi yang terbuka dan menguarkan aroma-aroma alami, serta menilai dari raut wajah Gea, Sana berasumsi editornya itu bahkan belum mengenakan celana dalamnya.

"Lo udah cebok?" tanya Sana, menjepit hidungnya dengan ibu jari dan jari telunjuk.

"Untungnya udah," jawab Gea cepat. "Tapi gue belum pakai celdam." Gea melipat kedua lengan di depan dada, sorot matanya seolah menghakimi. "Inget tujuan lo ke sini tuh mau jauhin hal-hal yang berhubungan dengan gosip murahan tentang suami lo. Kalau lo masih kepo kayak gini, gimana lo bisa tenang?"

Sana diam. Apa yang Gea katakan memang benar. Dia ke sini untuk menenangkan diri dari pemberitaan yang jika tidak disikapi dengan hati-hati, bisa merusak kehidupan pernikahannya dengan Abimanyu. Bahkan sudah ada goresan-goresan kecil yang berpotensi menjadi retakan besar dan mematahkan hubungannya dengan Abimanyu.

Sana justru membuat luka untuk dirinya sendiri. Seharusnya tidak akan begini kalau tadi Sana tidak mengikuti rasa penasarannya. Ah, tampaknya setelah pulang berjalan-jalan, Sana juga harus segera menghubungi Abimanyu untuk menanyakan kenapa pria itu mengingkari janjinya yang akan menolak makanan pemberian Tatiana.

Apakah sesusah itu menolak perempuan itu?

***

Lagi-lagi Abimanyu dibuat pusing oleh berita kedekatannya dengan Tatiana. Apalagi, saat Gea melapor kalau Sana juga mengetahui berita itu karena tidak mengindahkan perintah Gea untuk mematikan TV.

Once Upon A SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang