Finally, aku bisa update juga! Happy Reading!
"Jadi kamu bohong, ya?"
Abimanyu menatap dalam-dalam kedua mata Sana yang tampak berkilat akan kemarahan. "Bohong apa, Sayang? Ini kenapa tiba-tiba aku dituduh aneh-aneh gitu? Aku baru aja pulang loh...."
Sana mendorong dada Abimanyu agar pria itu menyurutkan niatnya ingin memeluk Sana. Riko yang baru saja melangkahkan kakinya masuk melewati ambang pintu, menarik kembali langkahnya lalu menutup pintu dan menunggu di luar rumah. Bagaimanapun pertengkaran rumah tangga bukan sesuatu yang menyenangkan untuk disimak.
"Tatiana—yang semalem hubungin kamu bukan Pak Nahran, tapi Tatiana, kan?"
Abimanyu memijit pilipisnya yang tiba-tiba terasa pening. "Kalau soal itu ... itu beneran Pak Nahran yang telepon. Dia pakai HP-nya Tatiana. Mereka lagi bareng-bareng semalem, Pak Nahran baterai HP-nya habis, jadi pinjam punya Tatiana."
Sana tahu Abimanyu tidak berbohong. Abimanyu akan mengalihkan pandangannya dari Sana setiap ia berbohong. "Astaga..." Sana menghempaskan pantatnya ke sofa, lalu menutupi wajahnya dengan kedua tangan.
Di sisi lain, Riko membuka pintu dan bertanya kepada Abimanyu apakah ia sudah boleh masuk ke rumah atau tidak. "Masuk aja," jawab Abimanyu. "Udah jinak bantengnya."
Sana menurunkan kedua tangannya dari wajahnya. Tidak menyadari diam-diam Abimanyu mengembuskan napas lega karena Sana tidak mendengar ucapannya barusan. "Maaf, Bi. Cobaannya mulai berasa."
Abimanyu memberi isyarat agar Riko mengambilkan segelas air untuk Sana. Tak butuh waktu lama, manajernya itu pun mendekati Sana seraya menyerahkan segelas air putih dingin.
"Trims, Riko," kata Sana, mendesahkan napas lega. "Ternyata gak segampang yang aku kira—tapi, biasanya aku gak kayak gini, Bi. Naluri perempuan itu biasanya bener, jangan-jangan Tatiana emang—"
"Suka sama aku?" tanya Abimanyu, dijawab dengan anggukan kepala oleh Sana. "Terserah dia mau bagaimana, Sayang. Perasaan dia itu urusan dia sendiri, yang penting akunya gak bukain pintu buat dia masuk ke hati aku. Lagian kuncinya, kan, kamu yang pegang."
Riko menunjukkan ekpresi seolah ingin muntah begitu mendengar rayuan gombal Abimanyu pada Sana. "Lo giliran depan istri lo bisa kayak gitu. Dulu disuruh manis-manis gitu buat bikin skandal bohongan biar tenar, susah bener?"
Abimanyu tertawa. "Lo, kan, tahu. Gue maunya terkenal karena prestasi, bukan sensasi." Pria itu lalu kembali beralih kepada Sana. "Mulai hari ini, Riko bakalan tinggal di rumah kita juga. Wartawan udah mulai sering ngikutin aku."
"Karena lawan main kamu Tatiana?"
Riko menyahut. "Iya, San. Tahu sendiri Tatiana sering banget digosipin sama lawan mainnya. Manajemennya juga gak pernah mempermasalahkan berita-berita kayak gitu. Nah, buat mengantisipasi kecurigaan, gue bakalan ikut tinggal di sini. Dan kalau lo mau keluar rumah, lo kudu nyamar."
"Nyamar pakai hoodie terus pake masker gitu?"
Riko mengangguk, kemudian memberikan jawaban yang sempat Sana cemaskan akan terjadi. "Pokoknya bikin orang-orang nyangka kalau lo itu cowok."
***
"Besok syuting jam berapa, Sayang?" tanya Sana, begitu Abimanyu ikut merebahkan diri di kasur. "Betewe, itu Riko gak apa-apa tidur di kamar tamu AC-nya belum diperbaiki?"
"Ada kipas angin." Abimanyu menjawab cepat. "Besok aku panggil tukang AC langganan manajemen ke sini."
Sana menelusup ke ketiak Abimanyu, lalu mengambil napas dalam-dalam di sana. "Hmm ... kamu wangi banget ya, Bi. Bahkan sampai ke ketiak kamu gak pernah sekalipun burket."
"Aku belum mandi loh. Malas mandi."
Sana terkekeh. "Iya, tapi wangi," ujar perempuan itu, seraya melingkarkan lengannya di pinggang Abimanyu. Kepalanya tidur beralaskan lengan Abimanyu. "Kamu belum jawab pertanyaan aku tadi. Kamu mau syuting jam berapa besok?"
"Mulai dari pagi lagi, tapi kali ini di Jakarta," jawab Abimanyu, berbaring menyamping berhadapan dengan Sana. "Kamu gak usah masak besok. Kayaknya aku pulang larut malam."
Sana menatap nanar tembok kosong di belakang Abimanyu. Raut wajahnya menunjukkan kalau perempuan itu tengah memikirkan sesuatu. "Bi, aku kuat gak ya nahan cemburu aku?"
"Bahas Tatiana lagi, nih?" Abimanyu tersenyum meledek. "Asal jangan keterlaluan aja cemburunya, aku gak akan marah. Justru aku seneng. Itu bukti kalau kamu sayang sama aku. Kalau kamu gak ada rasa cemburu lagi, wah ... patut dipertanyakan tuh."
Sana menarik punggungnya, lalu duduk. "Kalau nanti kamu dipaksa bikin skandal gitu gimana, Bi?"
Abimanyu melipat kedua belah bibirnya ke dalam sambil bergumam 'hmm' pelan, lalu berkata, "Sampai saat ini, aku gak pernah mengubah prinsipku kalau aku hanya ingin tenar dengan prestasi. Kamu gak usah khawatir ya, Sayang."
Sanakembali berbaring sambil memeluk Abimanyu. Meskipun hatinya sama sekali belumbisa tenang, Sana mencoba untuk membuang jauh-jauh pikiran-pikiran negatif didalam kepalanya. Kata orang, pikiran negatif itu awal dari sugesti yang bisasaja benar-benar kejadian. Tentunya, Sana tidak mau apa yang ia takutkansungguh-sungguh terjadi nanti.
Aku mau tahu deh bagian dari cerita Once Upon A Secret yang mana yang paling bikin kalian pengen baca next-nya secepetnya. Capture dan tag aku di Instagram ya! Btw Instagram aku: zeeyazeee
pasti aku repost dan aku balas! kalau mau minta follback, dm aja ya
KAMU SEDANG MEMBACA
Once Upon A Secret
RomanceSana Mahira, 27 tahun, seorang penulis novel terkenal. Baru saja menerima tawaran untuk memfilmkan novel pertamanya. Tapi, impian yang akan segera menjadi nyata itu malah menjadi awal masalah rumah tangga Sana dengan Abimanyu Kendrata--suami yang d...