-9-

5K 649 28
                                    

Yuhuuu! 

Sori bangettt tadi salah update :( udah dibenerin ya

Sori baru bisa update sekarang. Aku baru balik dari Semarang :(

Jangan lupa share cerita ini ke teman, sodara, pacar, siapa pun yang suka baca novel!

Sana sudah tiga kali menonton ulang adegan-adegan yang telah diambil oleh Pak Nahran. Tak jarang ia akan memberikan beberapa masukan untuk beberapa adegan selanjutnya yang akan diambil. Sementara Sana dan Pak Nahran berdiskusi, Abimanyu mengamati setiap ekspresi yang ditunjukkan Sana dan nyaris tidak berhenti tersenyum.

"Kalau kamu lihatin dia kayak gitu, orang-orang bisa salah paham loh, Mas."

Abimanyu menoleh. Satu-satunya orang yang memanggilnya dengan sebutan 'Mas' adalah Tatiana. Perempuan itu kini sedang duduk di sampingnya.

"Mas penggemar beratnya Sana, ya?"

Abimanyu mengulas senyum tipis. "Saya suka baca tulisan dia."

"Oh, kirain penggemar berat orangnya," sahut Tatiana.

Abimanyu diam-diam mengiyakan di dalam hati.

"Omong-omong, Mas ... mohon kerjasamanya ya hari ini. Scene-nya aku suka." Tatiana berdiri, berjalan lebih dulu ke set pengambilan gambar.

Abimanyu memandang cemas pada Sana. Sana yang merasakan seseorang tengah memperhatikannya, menoleh ke arah Abimanyu. Begitu bersitatap, mereka saling tersenyum satu sama lain. Sana melebarkan senyumannya saat Abimanyu mengatakan 'aku sayang kamu' tanpa suara.

Sana berdiri di belakang Pak Nahran. Adegan dimulai dengan Abimanyu yang beradu mulut dengan Tatiana. Di novel, bagian ini adalah saat Bayu dan Rana bertengkar karena Bayu menyerobot antrean membeli minuman, dan berakhir dengan Rana yang mengambil minuman seseorang di dekatnya untuk disiramkan ke Bayu. Bayu yang hendak meminta ganti rugi atas bajuya yang basah dan batalnya ia membeli minuman, menyusul Rana dan malah menyelamatkan perempuan itu dari lemparan sepatu seorang perempuan tak dikenal yang menuduh dirinya bermain api dengan suaminya.

Karena pengambilan gambar dilakukan di mall, beberapa kru tampak berjaga di sekitar garis yang membatasi set dan wilayah pengunjung mall yang menyaksikan proses syuting. Sana diam-diam memuji akting Abimanyu di dalam hati, saat ia mendengar pujian pengunjung di belakangnya untuk suaminya itu.

Sedikitnya, Sana mulai bisa mengatasi rasa cemburunya terhadap Tatiana. Rasa sesak yang timbul di dada saat melihat Abimanyu merangkul Tatiana di adegan mereka, dirasa bukan masalah besar bagi Sana.

"Cut! Move on!" Teriakan Pak Nahran yang menyuruh para kru membongkar set adegan, membuat Sana tanpa sadar bertepuk tangan.

"Cepet juga, ya?" tanya Sana.

"Bagus kalau cepet. Kita ditarget syuting harus kelar paling lambat sepuluh hari untuk pengambilan adegan aja," ujar Pak Nahran. "Sisanya, tugas kru bagian pengeditan. Finishing."

Sana menganggukkan kepala dengan penuh semangat. "Gak sabar nunggu premiere-nya."

Tatiana bergabung dengan Sana dan Pak Nahran. "Gimana, San? Oke gak?"

Sana mengacungkan kedua jempolnya ke udara. "Oke banget!"

Tatiana terkekeh. "Padahal udah lima tahun aku vakum. Lega rasanya denger pujian kamu. Tapi Mas Abi gak kalah hebat loh." Tatiana menarik bahu Abimanyu yang berdiri di belakangnya agar pria itu maju mendekat.

Once Upon A SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang