Setelah sampai di rumah A' Didit langsung memasuki mobil ke garasi sedangkan aku membuka pintu rumah yang tidak dikunci mungkin Reana sudah pulang dari kesibukannya yang mengajar dedek gemes--katanya-- kulangkahkan kaki menuju ruang tengah, benar saja sahabat squisy-ku itu sedang duduk bersandar diatas sofa fokus pada televisi yang sedang menayangkan infotainment."Udah lama pulang, Re?" tanyaku ikut duduk disampingnya. Reana mengangguk kepalanya menoleh kesana kemari mencari seseorang mungkin dia mencari A' Didit, tak peduli pada Reana aku meraih remote TV dan mengganti tayangan dengan FTV yang judulnya "Goresan luka dihati" bisa gitu yaa judulnya kayak enggak ada yang lain.
"Haloha, A' Didit!" seru Reana pada A' Didit yang baru saja muncul dari pintu garasi lalu laki-laki itu mendekat dan langsung melemparkan seluruh tubuhnya di sofa. "Bikin jus dong, Re. Hauuussss," ujarnya merengek pada Reana seperti anak kecil yang minta diizinkan minum es padahal sedang pilek.
Aku langsung berdiri, enggak enak jika harus Reana yang buat. A' Didit, kan, habis menemaniku masak Reana yang harus membuatkan minuman untuknya. Melihatku berdiri, Reana ikut berdiri dan mencekal tanganku, "Duduk aja sana. Gue tahu kali lo juga capek," aku menggeleng menghiraukan ucapannya dengan santai aku melepaskan tangannya dipergelangan tanganku lalu berlari ke arah dapur.
Di dapur aku langsung mencari gelas yang tersimpan di lemari kaca lalu mengambil 3 buah gelas dan saat aku menoleh kulkas gadis squisy itu sudah berada disana mengeluarkan botol sirup, dasar ... Reana!
"Husshh, husshh, duduk sana. Biarin gue aja yang buatnya." Katanya
Aku menggeleng, "Lo sana gih, temani A' Didit," titahku berusaha tegas namun malah mengundang tawanya, dia menoyor dahiku, "enggak cocok lo sok tegas gitu, Di. Hahahaha," eh ini anak enaknya diapaan ya(?)
Dan pada akhirnya Reana yang membuat sirup untuk kami dan membawanya ke ruang tengah. A' Didit langsung menyeruput hingga menyisakan setengah. Haus bener ini Aa'
"Kita ke PI aja yuk, lihat Arya nyanyi," usulku dengan harapan kedua sahabatku yang sedang memainkan ponsel itu setuju, aku ingin melihat dia ... dia yang selalu dingin tiap hari dan tiap waktu, dia yang selalu menempatkan posisi terdepan dihatiku, dia juga yang membuatku kuat--menahan sakit tiap kali dia goreskan luka dihatiku--
Tunggu ... goresan luka dihati? Eh sama kayak judul FTV tadi deh, apa ceritanya sama kayak ceritaku? Sama-sama memendan cinta yang tak terbalas, miris memang.
Dan
Semakin miris dan terluka saat Reana berucap, "Arya enggak main kok, dia lagi kencan sama anak seni di hj. Sukri depan Opi mall," ungkapnya menjelaskan tempat makan bakso disana.
Mataku terpejam, aku tertunduk tak semangat. Itu artinya kamu berbohong agar tidak menemaniku dan lebih memilih kencan sama cewek lain? Adakah yang lebih sakit dari ini Ya Allah...
Luka goresan ini semakin dalam siap dioperasi. Hatiku rasanya tersayat-sayat, lebih sakit dari kamu berbicara ketus padaku Arya.
Pernah sakit ... tapi tak pernah sesakit ini...
Karena pernah cinta, tapi tak pernah sedalam ini...Dan A' Didit menambah rasa sakitku ketika dia memutar lagu ini diponselnya.
Tapi bedanya, aku enggak pernah cinta pada lelaki lain setelah Papa dan Kak Baim kecuali kamuArya,
Aku hanya mampu tersenyum lemah kala A' Didit melayangkan tatapannya padaku agar dia tidak curiga. Berjalan sama cewek lain tak terlalu melukai hatiku, kebohongan Arya lah yang lebih berpotensi membuat luka ini, kenapa pula kamu harus berbohong supaya kamu enggak menemaniku, sebenci itukah dirimu padaku?
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka dalam Prasangka ✔
General Fiction[Fiksi umum-spiritual] Judul awal "I Dont Want You Know" berganti menjadi "Luka dalam Prasangka" *** Radinka Fatimah menyimpan rasa pada Arya namun rasanya itu terpaksa ia simpan karena sebuah janji yang diucapkan oleh laki-laki itu. Sebuah janji ya...