29: Yang Sesungguhnya

1.5K 130 22
                                    

Assalamualaikum..
Siang hari gini aku up, moga ada yang baca yaa.

Dan komen kek kemaren, oke? Wihihihi

Selamat membaca,

***


Mata Didit memicing kala Akina memberikan sebuah kertas di tangan sahabatnya itu, dia memerhatikan kedua gadis yang tengah berbisik sekilas setelahnya salah satu dari mereka--Akina--mengangguk dan berjalan mengejar langkah sang kakak.

Kemudian Radinka pun mengikuti langkah Akina dengan tergesa-gesa seraya menyimpan kertas yang diberikan Akina padanya ke dalam saku jeans miliknya tanpa sadar kertas tersebut tidak tersimpan pada tempatnya melainkan jatuh di lantai tepat di samping Didit.

Dengan cepat tangannya tergerak meraih kertas tersebut, mungkin nanti akan dia berikan pada Radinka kembali.

Namun sungguh disayangkan, niat awalnya yang akan mengembalikan pada gadis itu sirna kala dirinya membaca kata-kata yang ditulis cepat oleh Akina. Senyum miring seketika tersungging di bibirnya, lantas kertas tersebut dia simpan dalam saku jeansnya.

"Semua ini bohong, Kina bohong," ucap Arya kembali merubah nada suaranya dengan intonasi datar.

Seringai dari bibir Didit tercetak. "Ohya?" tanyanya dengan alis yang terangkat, menyebalkan.

"Nggak hanya dari kertas itu. Gue tahu lo punya rasa sama Di sejak lama, Arya!"

"Apa? gila, jayus banget omongan lo," balas Arya terkekeh.

"Semua orang tahu sikap lo, lo yang dingin, sombong, ketus ke semua orang tapi nggak disangka bisa menawari sebuah pertemanan pada seorang Radinka Fatimah? bahkan lo selalu melindungi dia, memberikan perhatian lebih padanya. Apakah itu bukan cinta namanya? yaaa semua orang tahu, cinta memang sering mengubah seseorang 180 derajat."

Arya terbahak-bahak di sana, melipat kedua tangannya di depan dada lalu berkata dengan pongah, "Gue cuma kasihan sama dia yang nggak punya teman."

"What? siapa yang nggak mau berteman dengannya? dia cantik, pintar, anak orang kaya pula, mana ada yang nggak mau berteman dengan dia. Kecuali ... kecuali karena dia anak dari narapidana." Suara Didit mengecil saat mengatakan kata terakhir.

Arya menutup mulutnya rapat. Berusaha menyanggah namun ada sesuatu yang membuat mulutnya tertutup rapat.

"Dan ya, sebelum Radinka mengatakan bahwa kamu sering membohongi kami, gue sudah lebih dulu tahu."

Didit menghentikan motornya di depan sebuah supermarket malam itu, qadarullah bensin motornya habis dan baru saja dia hendak turun dari motor namun pandangannya memindai Radinka yang tengah berdiri di depan kasir dan sepasang kekasih yang baru saja masuk ke dalam supermarket tersebut.

Lantas Didit memutuskan menghampiri gadis itu, sekalian berniat untuk nebeng pulang bersama sahabatnya itu, persoalan motor nanti bisa diatur yang terpenting dia tidak mengeluarkan uang untuk mengisi bensin motor Pamannya itu.

Dan sebuah kekesalan seketika menghampiri dirinya saat hendak membuka pintu kaca di hadapannya, matanya menangkap Radinka yang terlihat sedang menyapa sepasang kekasih yang ternyata Arya dan Dhelia--gadis centil yang sering mengganggu Radinka saat SMA--namun keduanya tampak tak acuh dan malah bergandengan.

Luka dalam Prasangka ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang