Selamat sore, semoga enggak lupa ya sama cerita ini:D
🌹🌹🌹
Pagi hari Radinka sudah bersiap-siap membantu Reana membuat egg sandwich sebagai menu sarapan kali ini. Mereka sudah berkutik di dapur lepas subuh tadi agar sang Mama bisa sarapan terlebih dahulu sebelum kembali ke Pagaralam.
Reana sedang membalikkan telur yang ke-4 kali di teflon sedangkan Radinka baru mengiris tomat yang pertama dengan gerakan slow motion.
Setelah selesai mendadar telur gadis bertubuh gempal itu berjalan menuju meja pantry meraih roti tawar untuk menata daun selada, keju, tomat--yang baru beberapa diiris oleh sahabatnya itu--di atas roti tawar.
Decakannya terdengar, bola matanya memutar malas melihat kinerja sahabatnya itu yang terlalu berhati-hati, "Duuhh, neng! buruan atuh ngirisnya," protesnya kemudian pada Radinka.
"Hehehe, seluu aja, Re," balasan yang ia dapat dari Radinka yang sambil cengengesan seraya menyerahkan potongan tomat hasil kerja slow motion-nya
Meski butuh waktu beberapa menit menunggui cara kerja bak siput milik Radinka, akhirnya egg sandwich a la mereka pun siap disajikan bersamaan dengan Mama Radinka keluar dari kamar dengan pakaian yang sudah rapi.
Veni mendekati mereka dan berdecak kagum melihat menu sarapan sudah tersaji di meja makan, "Waaahhh, anak gadis pada rajin semua ya, pantesan Radinka makin makmur aja badannya meski jauh dari Mama ternyata ada koki yaaa." netranya mengarah pada Reana yang berdiri memakai celemek ditubuhnya seraya menuangkan susu hangat disetiap gelas.
Kemudian kekehan dua gadis iti terdengar seraya mempersilakan sang Mama duduk.
"Dek Ina mana, Ma?" tanya Radinka.
"Masih siap-siap, baru selesai mandi."
"Ooohh, kita sarapan dulu aja, Ma. Nanti Dek Ina bisa nyusul biar enggak ketinggalan kereta nantinya."
Veni mengangguk sebagai tanggapan ucapan putrinya itu, mereka mengambil posisi masing-masing dan mulai menyantap sarapan setelah membaca doa bersama, tak lama kemudian Radina datang mengambil posisi di kursi kosong samping Radinka dan ikut menyantap sarapan favoritnya itu.
Tak membutuhkan waktu lama untuk sarapan, kini Radinka sedang mengeluarkan mobil dari garasi sedangkan Reana membantu membawa barang-barang Veni dan Radina.
Setelah mobil sudah bertengger di depan halaman, Radinka bergegas turun dan membuka bagasi untuk menyimpan barang-barang yang sudah dibeli Mamanya dari sini dan akan dibawa ke Pagaralam untuk dijual di sana. Tak banyak, hanya pakaian-pakaian muslimah sebanyak 5 lusin dan 200 pempek Palembang yang dipacking di dalam kardus.
"Sudah, enggak ada yang ketinggalan?" tanyanya menoleh ke arah Mama dan sang adik.
Veni menggeleng sambil melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya, "Ayo, ini udah jam setengah tujuh nanti ketinggalan kereta lagi."
Radinka mengangguk dan berjalan menuju pintu mobil bagian pengemudi dan Reana juga masuk ke dalam mobil dan duduk di kursi samping Radinka sedangkan Veni dan Radina duduk di kursi belakang.
🌹
Setelah tiba di stasiun Kertapati, Radinka mencetak tiket yang sudah dia pesan via online.
Kemudian dirinya dan Reana membantu menaruh barang-barang Veni dan Radina di tempat khusus barang lalu keluar menghampiri sang Mama yang sedang membelikan camilan untuk Radina.
"Bentar lagi berangkatnya," ujar Veni usai melirik jam lalu menatap pada anak keduanya itu, "Bilang sama Arya, semoga lancar manggungnya."
Radinka mengangguk sebagai jawaban lalu tangannya terulur mengusap kedua pipi sang Mama dengan sayang, "Mama jaga kesehatan, jangan terlalu bekerja keras ngurusin kebun, 'kan ada para pekerja yang lain," ucapnya sendu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka dalam Prasangka ✔
General Fiction[Fiksi umum-spiritual] Judul awal "I Dont Want You Know" berganti menjadi "Luka dalam Prasangka" *** Radinka Fatimah menyimpan rasa pada Arya namun rasanya itu terpaksa ia simpan karena sebuah janji yang diucapkan oleh laki-laki itu. Sebuah janji ya...