Info (sedikit) Penting!

1.2K 32 2
                                    

Cuma mau info cerita tentang pacarnya Baim udah dipublish looohhhh😁 kepo nggak? Nggak? Yaudah deehhhh nggakpapa aku tetap mau infoin wkwkw tapi aku publish nya di Aplikasi NovelMe gaesss.. Kuyyy donwload aplikasinya dan temukan cerita Kak Baim di sana

Dan dan dan satu lagi gaeeessssss, cerita Luka dalam Prasangka coming soon akan dipublish di PenyuFM dalam bentuk Audiobook. Huraaayyy💃💃💃 kalau udah jadi donwload ya gaeessssssss ntar aku infoin lagi waktu publishnya kalau sekarang masihh on progress oleh pihak PenyuFM nyaa.

Okedeehhh capcuuusss ke prolog cerita baru akoohhh👇👇👇

***

Judul: Shireena (Anjeni Meis)
Publish on NovelMe

"Shireena"

PROLOG

Seorang gadis yang baru saja menapaki kakinya di atas rooftop gedung sekolah menarik napas lalu mengembuskannya perlagan. Tangannya bergerak menuju pelipis, menyeka peluh yang mengucur akibat menaiki tangga dari lantai bawah.

Matanya memindai sosok pemuda yang membelakangi dirinya, berdiri sekitar 5 meter darinya. Lagi, dia mengembuskan napas kemudian kakinya melangkah perlahan mendekati pemuda tersebut.

Rambut model caramel balayage yang baru beberapa minggu ini dia warnai menutupi setengah wajahnya karena terpaan angin, dia rela menghabiskan waktu di salon untuk mewarnai rambut demi sang kekasih, agar pemuda itu semakin mencintai dirinya, melihat kecantikannya yang bertambah sejak mahkota indahnya berubah warna---Ya kira-kira seperti itulah pemikirannya.

"Kamu sudah datang?" Pemuda itu bertanya, tanpa membalik badannya.

Diam

Gadis itu tak menyahut, dan dia tidak akan pernah menyahut jika lawan bicaranya berbicara tanpa menghadapnya.

"Sayang?"

Masih sama, diam.

Pemuda itu tampak mengembuskan napas lalu membalik tubuhnya, berjalan ke depan, mendekati sang pujaan.

"Maaf." Satu kata terucap di bibir tipisnya membuat sang gadis mendongkak dengan mata bulatnya yang mengerjap menggemaskan.

"Buat?"

Pemuda itu memejamkan mata sejenak, menarik udara di sekitar lalu tangannya bergerak menyentuh bahu sang kekasih. "Aku nggak mau memutuskan kamu, biarkan kamu yang mengucapkan kata itu."

Gadis itu masih diam, memerhatikan wajah sang kekasih dengan raut bingung. Wajah tampan dengan hidung bangir, bibir tipis yang dihiasi bulu-bulu halus di atas bibirnya, mata coklat yang penuh kelembutan saat menatapnya dan rambutnya yang rapi namun sedikit berantakan karena terpaan angin membuat dirinya berkali-kali terjatuh dalam pesona pemuda ini.

"Tapi ... Aku minta kamu ucapkan kata itu sekarang," ungkapnya kemudian. Mata mereka kembali saling memandang, hanyut dalam netra satu sama lain selama beberapa detik.

"Apa? kenapa? kamu udah bosan sama aku?" Pemuda itu menggeleng. "oh, apa kamu selingkuh? kamu ketemu cewek lain yang lebih dari aku?" tanyanya memiringkan ujung bibirnya.

Kembali, pemuda itu menggeleng. Tangan yang tersampir di bahu gadis itu terangkat membelai pipinya, "Nggak, bukan itu alasannya ... semuanya kulakukan karena aku sayang sama kamu, aku nggak mau menggeretmu ke dalam dosa selama kita berhubungan. Aku nggak mau hubungan kita menambah dosa karena kebersamaan ini."

Alis gadis itu bertaut. "Jangan banyak alasan!" ketusnya menepis tangan sang kekasih di pipi tirusnya.

"Alasan aku cuma satu; aku nggak mau kita semakin berdosa."

Sang gadis tersenyum remeh, matanya melirik kecewa, langkahnya terayun membelakangi sang kekasih. "Aku nggak akan nahan kamu, kalau memang kamu mau putus ...." Berhenti sejenak. "tapi, jangan sok suci dengan beralasan takut menambah dosa," sarkasnya.

Pemuda itu bergeming. Gadis itu melangkah mundur dan kembali berdiri di hadapannya.

"Oke, mulai saat ini ... KITA PUTUS!" teriaknya lalu anak sungai mulai membasahi pipinya. Tubuhnya bergetar karena tangis. Dia sudah berusaha menangis dalam diam agar lelaki itu tak menyadarinya, lengannya dia gigit sekuat mungkin.

Keheningan terjadi beberapa menit sebelum pemuda itu mengambil langkah ke depan dan memutar tubuh kekasih yang telah menjadi mantan dalam beberapa menit yang lalu.

"Jangan nangis," pintanya lembut. Gadis itu berusaha menepis tangannya yang bersarang di lengan gadis itu. Dengan lancang, air mata si gadis semakin deras membasahi wajahnya.

"Pergi! kita udah nggak ada hubungan apapun," ucapnya disela tangisan yang menyayat hati.

Pemuda itu ikut meneteskan air matanya, bukan tak mencintai, bahkan dirinya sangat mencintai sang gadis, hanya saja dia tak ingin cintanya malah membuat mereka berlumuran dosa, membuat mereka menentang larangan Tuhan. Dia tidak ingin cintanya seperti itu, tidak.

Untuk kali ini, tolong izinkan dia mendekap--mantan--kekasihnya itu. Dia menyeka tetesan bening yang tanpa permisi mengalir di samping hidung bangirnya lalu menipis jarak dengan sang--mantan--kekasih kemudian tubuh gadis itu berada dalam dekapannya, gadis itu berontak namun pelukannya terlalu erat.

Diusapnya rambut berwarna pirang itu dan mendaratkan satu kecupan di ubun-ubunnya. "Jangan nangis please, suatu saat kamu akan menyadari alasanku, suatu waktu kamu akan mengerti bahayanya jika kita selalu bersama. Kamu sayang kedua orangtuamu 'kan? tentunya diriku pun begitu, tentu kita nggak mau mereka tergeret ke api neraka karena kita, kita sayang mereka. Aku juga sangat sayang kamu, aku sangat mencintaimu. Tapi, kita belum bisa bersama."

"Belum?" ulang sang gadis dengan lirih namun diiringi tawa remeh di dalamnya.

"Iya belum, kita akan bersama jika kita memang berjodoh. Aku nggak akan minta kamu menunggu, aku hanya akan selalu berdoa pada-Nya agar Dia berkenan mempertemukan kita kembali dalam jalan yang diridhoi-Nya."

Tangannya yang melingkar ditubuh gadis itu terlepas, terakhir dia daratkan kecupan di kening gadis itu lalu melangkah mundur. "Aku pergi," ujarnya dengan berat hati, tubuhnya segera membelakangi gadis itu dan berjalan dengan cepat meninggalkan rooftop.

Gadis itu terduduk dengan tangisan yang semakin pecah, terdengar begitu menyesakkan. Tak memedulilan angin yang berembus kencang menerpa wajah dan rambutnya.

Tanpa disadari sang mantan kekasih memandangnya di balik tembok, rasa tak tega menyelimuti hatinya namun dia tak bisa, dia harus tega. Demi keselamatan akhirat.

Sakit diawal tapi sangat lebih baik daripada terus bersama tenggelam dalam kenikmatan pacaran tapi terdapat dosa ditiap aktivitasnya.

Cinta tak harus memiliki. Ya, meski dia tak lagi memiliki gadis itu, cintanya akan selalu bersemayam di hati. Sampai Sang Kholiq tak lagi mengizinkannya menyimpan hati untuk sang gadis, barulah dia akan berhenti mencintai gadis itu.

***

Nah itudia ya gaeeesss... Pinisirin gik?

Silakan capcuss kalo yang udah ada aplikasinya (Judul: Shireena, penulis Anjeni Meis) atau yang belum ada silakan di donwload ya gaesss.

Aku pamit, Wassalamualaikum wr wb😘

Luka dalam Prasangka ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang