32: Masih adakah Kesempatan

1.7K 143 18
                                    

Assalamualaikum.....
Maaf ya baru bisa update lagi, maklum lagi sibuk hohoho //sok sibuk

Happy reading, semoga nggak mengeciwikan:))

***

Ba'da sholat subuh Radinka terpaksa bersiap-siap karena sebelumnya mendapat kabar mendadak dari sang Kakak bahwasannya keberangkatan mereka dimajukan menjadi pagi hari. Kesal sekali rasanya, kemarin malam dia mengatakan berangkat siang tapi ... kalau saja bukan Kakak kandungnya mungkin mulut Radinka sudah sedari tadi menyumpah serapahi lelaki itu.

Baru saja dibicarakan, lelaki itu melakukan panggilan telepon, lihat saja ponsel pintar yang tergeletak di atas bantal itu menyala dan dengan malas Radinka meraihnya dan menjawab, "Kumsalam, napa?"

"Ulangi jawab salamnya, mau dosa?"

Radinka berdecak sebal, "Waalaikumussalam, ada apa lagi? dimajuin lagi jam berangkatnya? subuh-subuh kayak gini? mending cancel aja deh, kamu aja yang pergi. Malesin banget!" cerocosnya.

"Udah selesai pidatonya?" tanya Baim di seberang sana.

Sumpah, ngeselin banget nggak sih punya Kakak kayak gini!

Tanpa jawaban dari Radinka, Baim kembali melanjutkan, "Jam 7 harus siap ya, aku minta maaf deh, soalnya tiba-tiba dapat email dari perusahaan calon tempatku bekerja aku harus menemui pemilik perusahaan jam 9 nanti, nggak apa-apa ya?"

Radinka diam sembari mencerna pernyataan dari sang Kakak. Ternyata itu alasannya. Baim tidak salah, dia pun terpaksa memajukan jadwal keberangkatan sekaligus merusak suasana tidur Radinka.

"Hem, sekarang Kakak di mana? bukannya nge-pack barang malah nggak pulang."

"Hehehe, Inka sayang, adekku yang paling baik, tolong ya barangku kamu packing juga, pleaseeee!"

Jemari Radinka spontan mematikan sambungan telepon. Dasar! Kakak kurang asem!!

***

Arya memutar posisi duduknya kemudian mencium punggung tangan sang Ibu lalu Akina mencium punggung tangannya. Ya, mereka baru saja melaksanakan sholat subuh berjamaah.

Akina mengisyaratkan kata 'semangat' untuknnya. Lalu sang Ibu pun berucap, "Semoga masih ada kesempatan buat kamu menjelaskan semuanya pada Di ya, Nak." Sembari mengusap puncak kepala Arya dengan sayang.

"Aamiin, Mak. Mohon doanya."

Sebelum Radinka berangkat, Arya sudah bertekad untuk menghampiri rumah gadis itu dan menjelaskan semua kesalahpahaman mereka. Sekaligus, dia juga ingin mengatakan kalau dirinya mencintai gadis itu lebih dari 5 tahun, mungkin sebelum gadis itu mencintainya dirinya.

Terlepas, Radinka akan menerimanya atau tidak, Arya tak peduli. Yang terpenting dia sudah mengungkapkan semuanya.

"Ayuk Re bilang Ayuk Di pergi siang nanti."

Pernyataan dari Akina membuat Arya semakin semangat, siang hari ya? dia pastikan dirinya sudah berada di rumah gadis itu sebelum hari menjelang siang agar masih banyak waktu dan kesempatan untuk membujuk gadis itu agar tidak pergi menjauh darinya.

"Semoga lo maafin gue, Di." Doanya dalam hati.

***

"Kak Baim kayaknya main-main sama aku nih. Udah jam 6 dia belum balik juga." Radinka berbicara sembari menggeret kopernya keluar dari kamar.

Reana yang masih duduk di meja makan menikmati omelet sebagai sarapan mereka pagi ini hanya bisa merespon 'ehem ehem' saja.

"Udah ngerusak momen tidurku, nambah kerjaanku dengan nge-pack barang-barangnya, eh ngaret pula, Kakak siapa sih itu?!"

Luka dalam Prasangka ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang