6: Ucapanmu Setajam Silet

2.2K 142 15
                                    

Assalamualaikum
Happy reading!!
Mulmed visual Radinka yaaa:))


🌹🌹🌹

Jam di dinding menunjukkan angka 9, aku baru saja selesai mandi sepuluh menit yang lalu, berjalan menuju lemari pakaian, kira-kira enaknya pakai apa ya ke rumah mertua? Eh mertua ... hahaha jangan terlalu berharap deh, Inka! Semalam saja Arya cuek-cuek sok enggak kenal pas kamu panggil.

Nyesek bro!

Sudah, jangan terlalu menjatuhkan hati lagi padanya.

Setelah menelusuri pakaian yang ada di lemari, pilihanku jatuh pada kemeja orange lalu meraih jeans yang terlipat rapi di bagian bawah. Setelah mengenakan semuanya kutarik jilbab hitam dari tempatnya dan memakainya sesimple mungkin.

Tok ... tok ... tok

"Di udah belom? A' Didit bilang buruan dia udah di rumah Arya."

"Iya! Lagi pake kaos kaki, bentar!" teriakku.

Kalian sudah tahu, kan, kemana kami hari ini? Yap, rumah Arya. Semalam dia mengatakan bahwa ibunya meminta kami main ke rumah untuk makan-makan karena lama kami tidak berkunjung ke sana. Dan kami menyetujui terutama A' Didit lihat saja pesannya barusan;

A' Didit
-Buruaaaannn para princess yang jatuh dari kayangan lalu tersungkur di becekan !! gue udah di rumah Arya nih.

A' Didit
-Awas aja lama datang. Pekaaaa dong gue kesini duluan mau makan bakso gratis!!

Re
-gue udah siap. Di noh masih dalem kamar

A' Didit
-Di sayang, buruaan jan banyak make up. Gue kempesin ban mobil lo tau rasa!

Arya
-Udah Dit. Yuk kita aja yang ngabisin bakso mak gue.

Hahahahaha ... tumben si kulkas bermulut pisau ikutan nimbrung. Aku keluar dari kamar yang langsung saja terlihat sosok Reana berdiri di depan pintu kamarnya, dia mengenakan kaos polos yang dilapisi cardigan mocca dan jeans hitam beserta pashmina berwarna senada dengan cardigan yang dia kenakan.

"Buruan, Di. Udah lihat sendiri, kan, si Didit ngamuk. Tuh cowok nomor 1 banget kalau soal makan."

Aku terkekeh geli, "Namanya cowok, Re," kulemparkan kunci mobil secara mendadak padanya membuat Reana memakiku dengan umpatan-umpatan kagetnya sedangkan aku tertawa puas.

"Untung gue numpang di rumah lo, Di. Kalau enggak udah gue pites pala lo sampai benjol!"

Ya Allah, serem amat niatnya.

***

Di dalam perjalanan aku meminta Reana berhenti sejenak, rasanya tidak enak kalau tidak membawa apapun ke rumah Arya lagipula ibunya mengundang makan-makan pasti mengeluarkan banyak biaya. Aku membuka pintu mobil setelah menjawab pertanyaan dari Reana.

Memasuki toko bakery yang menjadi langganan Mama beberapa tahun yang lalu dan sekarang menjadi langgananku juga. Aku mengambil cheese cakes dan brownies lalu segera membayarnya di kasir dan berbasa-basi sedikit dengan pemilik bakery yang kukenal namanya Mbak Vena lalu aku keluar sedikit berlari menuju mobil.

Memakan waktu lima belas menit menuju rumah Arya akhirnya mobilku mendarat di pekarangan rumah bercat putih ini. Aku keluar mendahului Reana yang masih mencari posisi parkir yang pas. Kulihat laki-laki gondrong dengan kemeja abu-abu yang berdiri siap mengamuk karena keterlambatan kami mengakibatkan lamanya masuk makanan ke dalam perut buncitnya itu.

Luka dalam Prasangka ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang