Selamat malam gaess..
Tahun baru cover baru nih hihihiIni panjaaang, 2000+ moga enggak gumoh ya bacanya😂
🌸🌸🌸
Setelah Arya datang, A' Didit dan dua sepupu laki-laki lainnya yang kami taksir sebagai suami Mbak Aleeta dan Mbak Raani turut sampai di rumah. Kami ikut berdiri dari duduk menyambut mereka, ya anggaplah seperti Mbak Raani dan Mbak Aleeta yang menyambut para suaminya. Aku dan Reana menyambut Arya dan A' Didit.
"Udah selesai lo manggung?" Reana bertanya saat Arya mengambil posisi duduk di sampingnya--masih ada jarak, karena kita masih ingat batasan--
Dia mengangguk, menyugar rambutnya ke belakang. MaaSyaallah, kuatkan adekmu ini Kak Baim! dia ganteng banget, bagaimana bisa aku melupakan dirinya!
"Nah ini sahabat-sahabat aku, Kak." Suara A' Didit menginterupsi kami untuk mengalihkan pandangan ke arahnya. Dia berjalan dan duduk di sampingku.
"Hai, panggil saya Kak Zakki, ini istri kakak namanya Raani," kata laki-laki yang duduk merangkul Mbak Raani, oooh ini suaminya Mbak Raani toh.
Aku dan Reana hanya melempar senyum sedangkan Arya sudah berdiri kembali untuk berjabat tangan pada Kak Zakki dan satunya---sepertinya itu suami Mbak Aleeta---dan Arya berucap, "Arya, Kak."
"Kalau saya, Faisal. Ini istri saya, Aleeta dan ini ... siapa namanya, Nak?" tanyanya menepuk puncak kepala gadis kecil yang berada di pangkuannya, yang sudah kutahui namanya Shasa.
"Shasa," jawab Shasa singkat. Kami kembali terkekeh. Anak itu kembali memeluk leher ayahnya, sepertinya dia sangat manja pada sang ayah.
"Nah yang itu namanya Reana, kakak-kakaku. Dan ini namanya Radinka." A' Didit memperkenalkan kami berdua.
"Kita udah tau, Dit. Malahan kita udah cerita-cerita ya, Dek?" Mbak Raani bersuara. Kami mengangguk dan tersenyum. Pokoknya senyum enggak hilang-hilang deh, apalagi liat keharmonisan dua keluarga kecil di hadapan kami ini, adem banget kayaknya.
Gimana ya kalau itu terjadi padaku dan Arya terus A' Didit dan Reana? Aha, ya ampun. Pikiran macam apa ini!
"Oh ya? cerita apa aja? jangan bilang nyeritain Didit yang ganteng ngalahin Kak Zakki dan Kak Faisal?"
PD A' Didit kambuh lagi, hadeeeh!
Aku menepuk dahi dan kugelengkan kepala membuat A' Didit terkekeh lalu tangannya terangkat hendak menyentuh puncak kepalaku namun belum sampai niatnya terwujud kujauhkan kepala dan memelototi dirinya.
"Jaga batasan A!" kataku tegas yang tanpa sadar menjadi perhatian seluruh mata.
"Nah loh Didit. Gimana sih, Dit." Kak Zakki mengompori.
"Iya Didit. Tau batasan dong, main pegang-pegang kepala orang aja. Bukan mahrom!" Mbak Aleeta ikut-ikutan dan aku langsung baper ketika selesai Mbak Aleeta berucap, suaminya mengusap kepalanya dan merangkulnya. Aduh duh, bahaya ini hatiku kalau lihat yang beginian mulu.
"Lupa akutuh, sorry-sorry. Di, maaf ya hahaha," kata A' Didit cengengesan. Aku menggelengkan kepala melihat tingkahnya.
Kami mengobrol akrab hingga jarum jam menunjukkan angka 5, menandakan waktu sudah sangat sore. Dan dengan berat hati kami undur diri. Padahal aku masih ingin bermain bersama Shasa dan Ameera serta Arya. Kenapa Arya? karena ketika Shasa dan Ameera bermain di depan kami, aku ikut bermain sesekali menimpali obrolan bersama orang-orang dewasa dan entah kenapa Arya juga ikut-ikutan andil dalam permainan dokter-dokteran kedua gadis kecil itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Luka dalam Prasangka ✔
General Fiction[Fiksi umum-spiritual] Judul awal "I Dont Want You Know" berganti menjadi "Luka dalam Prasangka" *** Radinka Fatimah menyimpan rasa pada Arya namun rasanya itu terpaksa ia simpan karena sebuah janji yang diucapkan oleh laki-laki itu. Sebuah janji ya...