10 tahun yang lalu
Langit terlihat begitu gelap sore itu. Berbeda dari hari biasanya. Suasana mendadak terasa suram. Daun-daun dari pepohonan tinggi di sekitar terdengar semakin jelas. Akan tetapi tidak membuat Jeonghan--bocah lelaki berumur 11 tahun itu untuk batal datang mengajak bermain teman terbaiknya. Dengan sweater berwarna abu ia menunggu di depan pagar rumah berwarna putih tulang itu. Tidak biasanya ia dibuat menunggu begitu lama seperti saat ini. Kaki kecil dengan sandal bermotif karakter kartun itu mulai bergerak resah.
"Jeonghan hyung ..." bocah lelaki keluar dari rumah itu. Ia berjalan dengan raut bersalah menghampiri Jeonghan.
"Aku lupa hyung ..."
Jeonghan masih tersenyum menunggu pintu pagar dengan celah-celah yang membuatnya bisa melihat temannya itu, "lupa apa Wonwoo?"
"Aku harus pergi. Sudah kukatakan aku akan pindah ke kota kecil yang bernama Namhae bukan?"
Senyuman itu pudar. Jeonghan menatap tanpa ekspresi pada Wonwoo--bocah lelaki yang tidak kalah manis dengannya. Hatinya berat untuk mengingat ucapan Wonwoo yang telah termakan waktu itu. Ia berusaha tidak mengingat karena keberadaan Wonwoo membuat Jeonghan semangat menjalani hari sepinya. Hari dimana Ayahnya yang sudah pergi dari rumah dan meninggalkan sang Ibu yang hanya mengenal untuk membahagiakan dirinya sendiri dengan minuman keras.
"Mengapa tidak berpamitan dulu?" Jeonghan merengut dan setelahnya pagar rumah itu terbuka.
"Aku hanya akan memeriksa rumah di sana"
"Kapan kau akan pulang?"
Wonwoo tertawa kecil. Sebuah tawa yang Jeonghan tidak tau alasannya tapi selalu berhasil membuatnya ingin melihat Wonwoo lagi.
"Besok mungkin. Aku akan membawakanmu permen yang banyak hyung"
"Aku tidak ingin permen"
"Tapi kau suka permen" Wonwoo terlihat keheranan "Apa kau ingin sepatu baru yang kita lihat di dekat rumah Kakek si pemarah?"
Jeonghan menggelengkan kepalanya dengan pelan, "Aku ingin bermain denganmu"
Ucapan Jeonghan berhasil membuat Wonwoo terdiam dengan lagi-lagi ekspresi bersalahnya. Wonwoo berpaling sebentar ketika mendengar panggilan Ibunya dari garasi rumah. Kembali ditatapnya bocah lelaki yang lebih tua setahun darinya itu, "Aku akan bermain denganmu lagi hyung"
"Tapi kau akan pindah"
Wonwoo mendongak sembari berfikir tentang benarnya ucapan Jeonghan, "Tapi kita masih bisa bermain lewat surat hyung. Misal aku mengggambar sebuah burung lalu hyung menambahkan pohon sampai gambarnya menjadi sempurna. Seperti biasanya ..." kaki kecil Wonwoo bergerak kecil penuh semangat.
Melihat bagaimana semangatnya Wonwoo membuat Jeonghan tidak ingin menunjukkan kesedihannya. Ia mengangguk dengan ujung bibirnya yang terangkat.
"Kalau begitu hyung aku pergi dulu"
"Tunggu" Jeonghan menarik jaket hitam Wonwoo "Bagaimana jika kau melupakanku karena sepupumu itu?"
"Siapa ... Oh, Jeon Jungkook? Dia lucu hyung aku akan mengenalkannya denganmu juga" Lalu Wonwoo menggenggam tangan Jeonghan sembari tersenyum lebar "Aku tidak akan melupakanmu hyung"
Jeonghan hanya mampu diam di tempat. Melihat wajah manis Wonwoo yang terus melambaikan tangan ke arahnya. Hingga suara mesin mobil yang menyala dan Nyonya Jeon yang ikut menyapa Jeonghan saat menutup pintu pagar itu. Wonwoo pergi malam itu dan Jeonghan tidak menyangka saat itu adalah hari terakhirnya melihat Wonwoo.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty of The Dark | Meanie
FanfictionPulau Namhae atau bisa di sebut Kota Namhae yang berada di Provinsi Gyeongsang Selatan adalah tempat dimana Wonwoo tinggal dengan keluarga kecil serta teman-temannya. Menajalani kehidupan yang tidak biasa Dimana ia di kelilingi tidak hanya oleh man...