bagian 17 :: Mencoba Menerima Lembaran Baru

3.4K 591 27
                                    

Bias cahaya dari mentari pagi memasuki rumah dengan dinding kaca yang ada di tengah hutan itu. Aroma dedaunan begitu kuat tercium menemani seduhan kopi pada cangkir yang Wonwoo pegang. Ia berdiri menatap keluar jendela dengan tangan yang memegang counter dapur dari marmer itu. Fikirannya berkecamuk dan hatinya meronta-ronta ingin meluapkan penatnya. Namun dirinya sendiri tidak mengerti akan apa yang ia coba untuk teriakkan. Terlalu banyak yang bernaung di kepalanya.

"Jangan terlalu lama melamun ..."

Wonwoo berbalik ketika mendengar suara bas seseorang setelah pintu yang tertutup. Dilepasnya cangkir itu dengan tetap menatap pergerakan Mingyu yang berjalan mendekatinya. Ada yang ingin ia sampaikan tapi ragu.

"Kau darimana?" Tanya Wonwoo mengenyampingkan poin utama yang jelas berkecamuk di kepalanya.

Mingyu sudah berdiri di hadapan Wonwoo sembari tersenyum. Ia merengkuh pinggang Wonwoo lalu membawa tubuh itu untuk duduk pada kursi bar yang ada di counter dapur. Matanya melembut mencoba mencari arti dari raut Wonwoo di pagi hari.

"Aku memeriksa keadaan sekitar"

"Di tengah hutan seperti ini apa yang kau khawatirkan"

Mingyu tertawa kecil. Tangannya yang melingkar di pinggang Wonwoo mengusap pelan disana. Memberi kesan nyaman dan menenangkan.

"Aku hanya ingin kau aman. Kau merindukan Jungkook?"

Mata rubah itu berbinar. Dalam hati bersyukur ia tidak perlu membuka suara dan Mingyu bisa mengerti. Ia tidak biasa terpisah dengan Jungkook. Adiknya adalah satu-satunya yang ia miliki. Rasanya begitu menyesakkan tidak mendengar suara Jungkook selama ini.

"Bolehkah aku menemuinya?"

"Kau bisa menghubunginya"

Ada raut kecewa pada paras manis Wonwoo. Namun, ia tetap meraih ponsel yang Mingyu ulurkan. Setidaknya ia bisa mendengar suara Jungkook.

Beberapa detik suara panggilan tersambung terus terdengar. Jantung Wonwoo semakin berdegup kencang. Kekhawatiran tak berdasar mulai mencuat. Mengapa Jungkook begitu lama menerima teleponnya.

"Halo ..."

Senyuman Wonwoo seketika merekah. Ia melepas nafas panjang hampir menangis. Matanya telah berkaca-kaca, "Jeon Jungkook ..."

"Hyung!?"

Melihat raut Wonwoo membuat Mingyu bisa merasakannya. Tangannya kini berganti menggenggam jemari Wonwoo. Mengusap pelan punggung tangan lelaki itu. Mereka bertemu mata dengan manik bahagia yang terpancar.

"Hyung bagaimana tugas lapangannya? Apa kau lelah? Aku tidak suka kau pergi bersama Kim Mingyu itu"

Kekehan terdengar dari Wonwoo. Ia sedikit bingung dengan ucapan adiknya itu. Akan tetapi, ia melirik sedikit ke arah Mingyu dan segera paham.

"Aku tidak lelah. Hanya saja aku merindukanmu"

"Oh hyung, kau menggelikan" Jungkook tertawa untuk beberapa lama dan lekas mengambil jeda setelahnya "aku juga hyung"

"Juga apa Kookie?" Wonwoo menahan senyumnya. Hatinya berteriak ingin lekas menemui Jungkook dan melihat raut manja sang adik.

"jangan memaksaku hyung" rajuknya

"baiklah" Wonwoo menelan ludahnya. Ia terlalu bingung mau membahas apa karena terlalu banyak yang ia ingin bicarakan. Ia menunduk menatap tangannya yang ada digenggaman Mingyu. Bermain-main dengan jari Mingyu yang lebih besar "Kau raji meminum vervainmu?"

"Tentu hyung. Jihoon dan Seungcheol Hyung lebih cerewet darimu ..."

"mereka bersamamu?"

"ya. Mereka seperti sedang menjadi baby sitter. Aku bukan bayi kan hyung?"

Beauty of The Dark | MeanieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang