Tiupan angin sejuk membelai rambut Wonwoo yang tengah menidurkan tubuhnya di atas rerumputan hutan Namhae. Matanya terpejam menikmati setiap suara yang menyapa gendang telinganya. Ia tersenyum beberapa kali karena melodi yang tercipta dari gesekan dedaunan pohon yang menari di atasnya.
"Kim Mingyu ..." panggilnya ketika merasakan kedatangan seseorang yang tiba-tiba. Kini ia sudah terbiasa dengan hal itu.
"Kau tau?"
"Langkah kakimu terdengar ceroboh" kekehan kecilnya menemani mata yang terbuka perlahan. Mingyu berdiri menatapnya berlawanan arah. Membalas senyuman yang selalu lebih lebar dan menawan darinya.
Mingyu pun ikut merebahkan dirinya di atas rumput hijau itu. Kepala mereka sejajar dengan posisi yang berlawanan arah. Keduanya menoleh bersamaan untuk menatap wajah satu sama lain lebih lekat. Memuja setiap inci pahatan yang Tuhan ciptakan dan tak pernah membuat mereka bosan.
"Kau membolos?" tanya Wonwoo pelan dengan mata rubah yang memandang lembut sang vampir berambut cokelat itu.
"Aku bosan"
"Kau harus terbiasa. Bagaimana pun juga kau akan menuntut ilmu disana"
"Aku sudah terbiasa sebenarnya menuntut ilmu di tempat yang sama. Ya mengingat umurku tidak bertambah. Tapi kali ini beda ..." Mingyu kini membawa tubuhnya untuk menghadap Wonwoo. Menopang kepalanya dengan satu tangan.
Wonwoo paham maksud Mingyu dengan tatapan yang di berikan lelaki itu. Mereka pernah membicarakan hal ini. Bagaimana Mingyu yang belum siap jika Wonwoo sudah lulus dan mulai mencari pekerjaan. Pada kenyataannya kota Namhae tidak dapat menjanjikan lowongan pekerjaan yang cukup banyak sehingga kemungkinan terbesar Wonwoo akan pergi ke Seoul. Mingyu tidak ingin jauh dari Wonwoo. Mereka bahkan belum setahun dalam hubungan sepasang kekasih. Hubungan jarak jauh akan berat tentunya meski Mingyu dengan kelebihannya sebagai vampir dapat berpindah tempat dengan cepat. Rasanya akan tetap berbeda.
Tangan Mingyu lainnya bermain dengan poni Wonwoo yang terbelah tidak rapi karena tiupan angin, "Bagaimana setelah minggu depan?"
"Ada apa dengan Minggu depan?"
"Pesta kelulusan setelah sebulan kau wisuda. Kau bukan mahasiswa lagi ..."
"Aku belum memikirkannya"
Mingyu menghela nafas pelan sembari membelai lembut pipi Wonwoo. Perasaannya terlalu dalam sehingga membuatnya takut menjadi seorang pengatur dalam kehidupan Wonwoo, "Ikuti kata hatimu. Kau bisa mencoba segala pekerjaan yang berurusan dengan jurnalistik ... Di Seoul tentu saja ..."
"Matamu tidak pernah bisa berbohong" Wonwoo tersenyum begitu manis
"Memang berat, tapi aku tidak ingin menjadi penghalang. Kau sudah cukup beban karena Jungkook yang ikut pindah ke Inggris dengan Jongin dan Jeonghan"
"Itu bukan beban. Aku memang merindukan Jungkook, sering, setiap waktu. Akan tetapi, ia menginginkan itu. Aku bahagia Mingyu, denganmu ..."
Mingyu menjatuhkan kecupan singkat pada pucuk hidung Wonwoo. Kembali menatap lekat tanpa memberi sepatah katapun. Menikmati suasana tenang dengan danau di depan sana. Mengingat kenangan dimana hutan itulah saksi bisu saat Mingyu mengungkapkan perasaannya pada Wonwoo dulu.
"Jika kau ingin aku tetap bersamamu kau bisa merubahku--- "
" ---tidak" tolak Mingyu cepat "kau akan menjadi manusia. Tetap seperti Wonwoo saat ini"
Wonwoo tersenyum tipis dengan air muka penuh kekhawatiran, "Aku akan menua, keriput dan mungkin tidak memiliki gigi"
"Lalu?" Mingyu merengut
KAMU SEDANG MEMBACA
Beauty of The Dark | Meanie
FanfictionPulau Namhae atau bisa di sebut Kota Namhae yang berada di Provinsi Gyeongsang Selatan adalah tempat dimana Wonwoo tinggal dengan keluarga kecil serta teman-temannya. Menajalani kehidupan yang tidak biasa Dimana ia di kelilingi tidak hanya oleh man...