Part 4 : Terjebak

23 1 0
                                    

Turvha, 14 Juni 2093

---

"Ayah, kenapa Ayah tidak seperti biasanya?" ucap Iva. Saat sedang sarapan Iva melihat raut wajah Ayahnya yang murung, ketika dalam mengerjakan sesuatu dan dilanda stres biasanya Ayahnya hanya menyiratkan raut muka yang stress, namun kali ini berbeda akibat perdebatan tadi malam dengan Louis.

"Tidak apa-apa."
"Jangan bohong, aku tahu, pasti berhubungan dengan orang-orang tadi malamkan?"

Sejenak Endy diam, ia tidak tahu harus bilang seperti apa. Akibat pertemuan yang tiba-tiba tadi malam, ia seperti terkena sesuatu yang benar-benar buruk kali ini. Benda yang mengenai Iva tersebut adalah sebuah teknologi uji coba untuk mengembangkan kekuatan Roh sebuah makhluk hidup. Dan itu tak bisa dilakukan di sembarang objek. Efek yang terjadi bila sebuah makhluk hidup terkena jarum dari alat tersebut dapat mengembangkan energi Roh, namun seringkali terjadi ketidakstabilan dan malah menghancurkan makhluk hidup tersebut.

"Itu bukan urusanmu," ucap Ayahnya.
"Kenapa Ayah selalu bilang begitu, bukankah kita keluarga. Mungkin gara-gara Ayah juga, Ibu sampai menghilang!"

Iva mulai kehilangan kendali atas emosinya, beberapa tahun yang lalu Ibunya adalah seorang ilmuan sama seperti Ayahnya, namun ia ikut lenyap ketika melakukan penelitian di kota Resan 3 tahun yang lalu. Iva pun setelah mengatakan itu langsung pergi begitu saja. Ayahnya yang mendengar hal itu benar-benar sedih kembali. Ia teringat akan Mela, istri satu-satunya yang menemaninya dalam keadaan suka maupun duka.

"Apa yang harus aku lakukan sekarang Mela?" gumamnya.

Endy teringat dengan kata-kata Mela untuk tidak pernah menyerah dalam keadaan apapun, ia pun kemudian bangkit dan membereskan makanan yang tersisa di meja. Dalam hati ia bertekad akan menghilangkan efek dari jarum yang mengenai Iva tersebut. Saat Iva pulang ia berencana memberitahu Iva apa yang sebenarnya terjadi.

**

"Va! heh Va?" ucap Nita teman bangku sebelahnya.
"Apa Nita?"
"Kau kenapa?"

Yang dimaksud Nita tidak lain adalah matanya yang ia beri perban, dan raut wajahnya yang terlihat murung, tidak seperti biasanya. Temannya itu cukup khawatir dengan keadaanya sebab kemarin ia merasa tidak sehat, namun saat ini Nita pun melihat bahwa keadaannya makin memburuk. Namun Iva hanya menjawab bahwa ia tidak apa-apa.

"Kamu yakin, mau aku antar ke UKS lagi?"
"Tidak perlu."

Sampai pelajaran usai, tak banyak yang Iva obrolkan, ia pun kemudian setelah itu berjalan pulang, namun Nita tetap mengikutinya dan penasaran dengan yang terjadi padanya, Ia membuntutinya lalu menepuk pundak Iva dari belakang.

"Mau main ke pantai Va!"
"Tidak usah."
"Nah, benar kan, pasti ada sesuatu."
"Sebenarnya ..."

Belum sempat Iva berbicara ke temannya tersebut. Ada seseorang yang sudah ada di hadapannya, ia merupakan orang yang mengintai Iva waktu itu.

"Ada apa, siapa paman?"
"Ada yang ingin paman bicarakan?"

Saat itu Nita membisikkan sesuatu bahwa orang tersebut mencurigakan, namun Iva pikirannya berbeda. Bahwa orang tersebut akan membawanya ke suatu permasalahan sebenarnya tentang Ayahnya, ia sebenarnya tidak mau menanggapi, namun pikirannya menyuruh untuk mencari tahu hal tersebut.

"Ada urusan apa?"
"Disini, cukup ramai, kita bicara disana saja."
"Tunggu, paman mencurigakan sekali," ucap Nita
"Kau boleh ikut mendengarkan."

Mereka kemudian berbicara di sebuah taman, Iva kaget ketika paman tersebut mengetahui tentang dirinya yang secara tak sengaja terkena jarum tersebut, ia menawarkan Iva untuk ikut dalam penelitian yang di lakukan pihak pemerintah dalam pengembangan teknologi, sebab Iva adalah manusia pertama yang terkena jarumnya, dan masih sehat secara fisik maupun psikisnya walaupun hal itu membuat warna matanya berubah.

SoulbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang