Turvha, 1 September 2093
---
Terdapat pohon kersen di depan rumahnya serta tak ada pagar di sekelilingnya. Disinilah tempat tinggal Murda, rumahnya berjejer dengan rumah tetangga lainnya. Dilihat dari depan cukup sederhana, namun ketika Iva masuk ke dalam ia sudah disuguhi dengan pemandangan ruangan lantai keramik yang bermotif kayu serta dinding yang dihias cat batik.
"Apa kau mengecatnya sendiri?" ucap Iva sambil memegang dan merasakan tekstur tersebut.
Beberapa sudut dinding terlihat cukup artistik, saat Iva menyentuhnya, ia melihat gambaran masa lalu di tempat ini, tentang Murda dan keluarganya. Ia melihat juga beberapa kenangan dan foto album keluarga besar Murda.
"Iya, silahkan masuk, maaf lumayan sempit."
"Tidak juga, ini lebih luas dari rumahku."Murda kemudian mempersilahkan duduk Iva, ia masih mengamati beberapa tempat. Matanya tertuju ke berbagai sudut ruangan, bagi sebagian orang hal tersebut cukup tidak sopan. Namun karena mereka berdua sudah berpacaran, maka mereka lebih perlu belajar mengakrabkan diri.
"Apa kau lapar?"
"Tidak begitu."
"Baiklah, aku akan memasak."
"Tidak perlu."
"Bukan! ini untukku, bukan cuma untukmu saja."
"Boleh kubantu?" ucap Iva.Ia kemudian berdiri berjalan menuju ke dapur mendekati Murda yang sedang mempersiapkan beberapa bahan makanan untuk dimasak.
"Eh, Iva mau apa?"
Tiba-tiba Iva memegang sebuah pisau, tentu saja Murda kaget dengan hal itu. Murda sedikit takut ketika Iva mendekatinya, dan ia berpikir Iva akan melakukan sesuatu yang buruk terhadapnya. Namun ternyata ia hanya ingin mengambil alih peran memasak.
"Biarkan aku yang memasak!"
"Bukankah sebaiknya aku saja yang melakukannya, kau tamu kan!?"
"Bukankah sekarang kita sepasang kekasih?"
"Ta-tapi."Terlalu dekat, Iva melihat Murda dengan matanya yang penuh dengan keyakinan, Murda yang melihat itu langsung memalingkan wajahnya, ia tidak kuat melihat wajah gadis tersebut secara terus-menerus, namun hal itu membuatnya tak sengaja memegang wajan yang sudah dipanasi oleh kompor, sehingga membuat jarinya panas terkena wajan tersebut.
"Agh!"
"Kamu tak apa?"
"Tak apa."
"Sini, biar kulihat."Akhirnya Murda menyerah, dan Iva yang mengambil peran memasak, disamping tangan Murda terluka, ia juga tak bisa berada di situasi tersebut, lagipula Iva yang membawa pisau dengan tangan kanannya terlihat menakutkan bagi Murda.
**
"Wah! Enak sekali," ucap Murda dengan nada senang.
Ia tak menyangka masakan Iva begitu lezat, meski ia juga termasuk pintar dalam hal memasak, namun saat ini ia mengakui bahwa masakan Iva-lah yang cukup enak dari masakannya.
"Ketika ada orang lain disampingmu, masakan jadi tambah enak bukan? Dan Jangan bicara ketika makan."
Iva memperlihatkan rautnya yang senang melihat Murda yang memakan masakannya dengan lahap. Sejak hari itu, Iva tak pernah melakukan sesuatu seperti halnya memasak makanan untuk orang lain, dan makan bersama.
**
Setelah selesai makan malam Iva penasaran dengan kamar Murda, jadi ia memintanya untuk menunjukkan kamarnya. Berbeda dengan ruangan lainnya, kamarnya begitu polos disebabkan karena ia membersihkan seluruh barang dan sampah di sekitar, karena ia tak ingin Iva tak menyukai beberapa barang yang dimiliki olehnya.
"Kamarmu polos sekali."
Iva sedikit datar dalam menanggapinya, karena menurutnya benar-benar tidak menarik ia melihat dari setiap sudut ruangan. Dan menggeledah beberapa tumpukan buku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulbit
Science Fiction(Tamat) ... 10 tahun lalu, seorang ilmuan yang sedang meneliti siklus hidup sebuah tanaman secara tak sengaja menemukan unsur baru yaitu Roh, yang sebelumnya menjadi mitos bagi masyarakat modern. Hal tersebut menjadi keberadaan baru dalam ilmu penge...