Orang-orang berusaha keras mencapai tujuannya, namun pada akhirnya mereka seringkali lupa bahwa tujuan itu malah melukai orang-orang di sekitarnya. Aku bisa melihat hamparan pasir putih yang cukup luas. Kukira kesepian itu adalah hal yang paling menyedihkan. Tapi akhirnya aku menyadari bahwa hal itu merupakan hal yang cukup damai.
Trang!! Trang!! Blarr!!
Suara yang bising dan memekakkan telinga, harusnya ku bilang begitu jika aku berada di sini. Satu-persatu, manusia-manusia itu mengerahkan senjata militernya. Mereka terlihat ketakutan terhadapku. Mungkin karena aku menghancurkan eksistensi mereka satu-persatu, bukan karena aku benci. Bukan karena dunia telah menyengsarakan hidupku. Tapi, karena memang ini hal yang bisa kulakukan. Senjata-senjata itu mereka luncurkan untuk menghantamku, tapi sekali lagi. Aku kembalikan pada mereka. Seolah, begitu mudah menggerakkan alam ini, aku singkirkan mereka satu-persatu.
Sudah sebagian manusia lebih aku hilangkan di muka bumi ini. Anak-anak, orang tua, maupun pemuda, dengan segala rasa yang dimiliki mereka. Aku bisa mendengar mereka membicarakanku. Ada banyak yang kuketahui, dari rasa takut, amarah, pasrah, senang, dan segalanya bercampur dalam pikiran dan jiwa ini. Jangan khawatir, akan aku akhiri semuanya.
**
Udara berdebu, setiap bangunan yang berdiri menjulang kuratakan dengan tanah. Dataran yang terhampar sudah cukup luas, aku membebaskan tanah ini dari belenggu manusia, memang seharusnya begini. Sayap hitam dan putih yang berada di punggungku sudah ditakdirkan untuk menyelesaikan semua ini. Kemudian aku turun memijaki tanah ini. Aku bisa melihat berbagai warna dan kehidupan lain di sekitar.
***
Warna langit menunjukkan mega merah darah, kini kota yang terlihat asri berubah menjadi reruntuhan. Jumlah korban sudah tidak dapat dihitung lagi. Murda yang bersama dengan Ayah Iva dan Lina berada di salah satu bangunan yang sudah rusak parah.
"Ini semua salahku."
Ayah Iva kesal, ia memukul sebuah tembok hingga tangannya berdarah-darah. Melihat putri semata wayangnya yang memporak-porandakan segala yang hidup di sekitarnya.
"Tenanglah Endy, kita harus mencari jalan keluar dari situasi ini."
"Kau benar, aku benar-benar merasa kesal."Diluar sana asap kebakaran membumbung tinggi, terdapat dataran tanah yang retakannya cukup lebar, dalam sekejap terlihat kekacauan yang cukup parah. Jika saja mereka tidak dilindungi oleh Dopli yang mengeluarkan sisa dari kekuatannya, maka mereka tidak akan ada lagi.
"Di belakang kita, dimensinya benar-benar seperti terkoyak."
"Begitulah anak muda. Itu adalah anomali yang terjadi, bila seseorang dipaksa memegang kendali atas unsur awal kehidupan," ucap Lina.
"Satu-satunya cara saat ini adalah meledakkan Iva bersama dengan ini."Professor Endy membawa alat yang yang sebelumnya jarum tersebut mengenai Iva, tentu ia bakal kehilangan anaknya jika ia melakukan hal tersebut. Bola jarum itu merupakan ekstrasi dari bunga pelangi yang memiliki fungsi pembalik yang sebenarnya sudah ia selesaikan saat itu. Namun Louis melakukan hal yang membuat Endy tak dapat mempertahankan kesadaran dirinya. Meski Louis beserta yang berada di Lab sudah mati akibat amukan dari Iva, namun Endy tetap merasa benci dengan Louis.
"Seandainya ada cara lain."
Endy kemudian hanya terduduk, melamunkan hal dan menyesali atas keputusan yang ia buat. Yang dapat ia bayangkan hanyalah kata 'seandainya dan jika' Lina juga tak bisa melakukan sebuah keputusan, jika Endy masih larut dalam kesedihannya.
"Baiklah, ayo kita lakukan. kita akan menyelamatkan dunia ini, dan mencoba menyelamatkan putriku."
Serentak membuat Lina dan Murda heran. Endy seperti mampu melihat hal lain, keyakinannya kembali setelah semua hal yang terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulbit
Science Fiction(Tamat) ... 10 tahun lalu, seorang ilmuan yang sedang meneliti siklus hidup sebuah tanaman secara tak sengaja menemukan unsur baru yaitu Roh, yang sebelumnya menjadi mitos bagi masyarakat modern. Hal tersebut menjadi keberadaan baru dalam ilmu penge...