Part 16 : Euforia

15 1 0
                                    

Turvha, 10 November 2093

---

"Haaat!"

Dopli mencoba memukul Louis, namun lagi-lagi dihadang oleh perempuan tersebut. Karena tubuh Dopli yang menua, ia memiliki ketidak-untungan dalam hal ini.

"Kau takkan bisa mengalahkan Emiri, bagaimana kalau kita buat kesepakatan lain saja."
"Kesepakatan apa lagi yang kau inginkan?"
"Tentu saja ini akan menguntungkanmu. Aku akan menghentikan penelitianku, jika kau mau membantu penelitian terakhirku padanya?"
"..."
"Atau kau ingin tetap membuat kerusuhan, dan memakan banyak korban dengan revolusimu itu?"

Dopli diam ia kembali mencoba menyerang Louis, namun kemudian tubuhnya jatuh dan terkunci oleh Emiri yang memiliki dasar bela diri lebih baik. sirat wajah Dopli memperlihatkan amarah yang begitu kuat, namun Louis dapat menyikapinya dengan tenang.

"Malaikat dan Iblis, lalu manusia, kau tahu Dopli? Manusia bisa menjadi malaikat maupun Iblis."
"Bagiku kau adalah iblis."
"Oh, bukan begitu, ini tentang kemampuannya, tapi kau tak perlu tahu itu. Yang lebih penting adalah kesepakatannya. Bagaimana?"
"Jika dengan itu, kita bisa menyelesaikan masalah ini dengan cepat, baiklah."

Louis kemudian menjelaskan rencananya, dan memberikan penjelasan tentang penelitian akhir yang akan dilakukan, membuat Dopli merubah keputusannya. Dopli hanya meng-iya-kan kesepakatannya, namun dalam hatinya masih menolak. Tapi dengan itu ia dapat merubah rencananya.

**

"Ayo, lewat sini."

Iva akhirnya mau pergi setelah susah payah dibujuk oleh keduanya, mereka kemudian pergi dari tempat tersebut. Namun kemudian Iva teringat dengan Ayahnya sehingga ia berhenti.

"Kalian lurus saja, aku akan menolong Ayahku."
"Kalau begitu kami ikut?"
"Tidak, biar aku-"

Murda menepuk pundak Iva, membuat Iva berhenti berbicara karena mereka berdua pun mengkhawatirkannya bila pergi sendirian. Iva terpaksa memutuskan untuk menuruti keinginan keduanya.

"Kita bersama disini Va, kami tak mau kehilanganmu."
"Baiklah, kalau begitu."

Mereka kemudian memasuki Lift menuju ketempat Ayah Iva biasa di rawat, mereka melewati penjagaan dari beberapa orang dengan langkah yang cepat Iva membuka beberapa koridor sehingga kemudian memasuki ruangan, namun ruangannya berbeda dengan ruangan tempat ayahnya sebelumnya. Ini persis dengan ruang putih seperti dulu saat ia di kerangkeng. Dalam pikirannya ia sedikit bingung kenapa bisa ruangannya berubah namun di tengah ruangan sudah ada ayahnya yang terbaring, jadi ia tak mempedulikan apapun lagi dan berlari ke tempatnya.

"Ayah!"

Namun tiba-tiba pintu yang mereka lewati tertutup. Dan ruangannya kemudian terlapisi besi. Yang dilakukan oleh Iva cukup ceroboh, sehingga mereka malah terperangkap.

"Apa yang terjadi, kita ketahuan?" ucap Nita.
"Sial."

Setelah itu, beberapa orang memasuki ruangan ini, ada 2 orang yang dari perawakannya adalah perempuan dengan menggunakan topeng. Saat itu Iva menyadari bahwa 2 orang tersebut bukan orang biasa, diikuti oleh 10 orang pria yang membawa senjata.

"Kita terobos," ucap Murda.
"Kau gila Murda?! Mereka ada banyak!"
"Tentara yang bersama kita pasti akan membantu, lagipula aku membawa senjata."
"Tunggu Murda."

Niat Murda ingin menyerang, namun tiba-tiba Iva berada di depan mereka. Iva merasa kedua temannya tersebut tidak dapat mengatasinya, jadi ia menyuruh untuk membawa ayahnya, sementara Iva menahan mereka. Ia sebelumnya tidak pernah menggunakan kekuatan roh untuk bertarung. Terlihat sebuah sayap hitam yang samar-samar mulai membentang di punggungnya.

SoulbitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang