Turvha, 13 Juni 2093
---
Iva sedari tadi mengamati jarinya, ia menerima sedikit luka dari bola jarum tersebut. Meski saat ini masuk waktu pelajaran, ia tak memperhatikan dengan apa yang diterangkan oleh guru sampai kelas pelajaran usai.
"Hei Va, kenapa kau daritadi seperti melamun?" ucap temannya yang bernama Nita.
"Kurasa, aku sedang kurang sehat."
"Kalau begitu, akan kuantar ke UKS."
Sehari setelah terkena jarum bola itu, Iva seperti mendapat dampak efek dari jarum bola tersebut. Kepalanya terkadang serasa berat, dan kadang-kadang terdengar bisikan. Tidak hanya itu. Ia merasa lemah yang akhirnya mengikuti perkataan Nita untuk istirahat di UKS.
**
"Nita, terima kasih ya?"
"Namanya teman, harus saling membantu bukan?"
Nita adalah teman Iva sejak kecil, ia adalah gadis pendek dengan rambutnya yang dikuncir sebelah, ia cukup atletis dalam bidang olahraga.
"Oh, iya! bisa membantuku mengambil buku bacaanku."
"Ah, lagi-lagi kurasa kamu terlalu serius dengan hal-hal yang jauh, jangan terlalu banyak membaca buku filosofi, konspirasi, dan tema berat lainnya."
"Ayolah, nanti aku traktir."
Iva terlihat manja dengan Nita, sakitnya itu seperti menjadi alasan tersendiri untuknya, namun tiba-tiba seorang pria tanpa mengetuk pintu, langsung memasuki ruang UKS.
"Hey, putri cantikku, apa kamu sedang sakit?"
"Ini dia, orang bodoh datang lagi," ucap Iva.
"Aku cukup khawatir denganmu. Kau tidak apa-apa kan?"
"Tidak, pergilah."
Murda, teman sekelas Iva, dia memang menyukai Iva, namun perasaannya berat sebelah. Pernah ia menembak Iva, namun hal yang terjadi adalah penolakan karena memang ia seorang yang suka menarik perhatian banyak perempuan, dan Iva tahu akan hal itu. Orang lain juga tahu, namun karena dia cukup tampan dan kaya, banyak gadis yang terpesona olehnya.
"Yah, mau bagaimana lagi ini untukmu."
Ia memberi seikat bunga mawar yang kemudian ditaruh di atas meja. Setelah itu, ia pergi begitu saja, beberapa detik saat ia beranjak pergi, dua orang masuk ke dalam UKS. Mereka berdua merupakan adik kelas Iva.
"Kenapa denganmu Romri?" tanya Iva heran.
"Tidak apa-apa Kak, hanya terkilir setelah bermain sepak bola," jawabnya.
Saat itu pula Iva menyuruh Nita untuk kembali ke kelas karena akan dimulai pelajaran, sementara Iva dan 2 adik kelasnya tersebut masih berada di ruang UKS, salah satunya merawat luka berdarah yang ada di kakinya.
"Kakak sedang sakit juga?"
"Iya, sedikit."
"Semoga cepat sembuh Kak!"
"Terimakasih."
Iva membalas senyuman mereka, perawat UKS sedang tidak ada di ruangan, jadi mereka harus melakukan pengobatan sendiri, sementara Iva masih merasakan berat di kepalanya. Beberapa saat kemudian ia merasakan ada yang aneh dengan kedua adik kelasnya itu. Ia melihat sesuatu yang tak pernah dilihat sebelumnya, seperti cahaya dan kegelapan yang menyelimuti tubuh mereka.
"Kenapa Kak?"
"Ah, tidak apa-apa."
Iva heran dengan apa yang dilihatnya, tapi kemudian ia langsung merebahkan tubuhnya saja, ia berpikir bahwa itu adalah efek lelah.
**
Udara panas yang ditimbulkan oleh matahari begitu menyengat, Iva tak tahan dengan hal tersebut. Ia melihat ke arah atas, tidak ada awan, langit biru cerah dengan hawanya yang serasa membakar.
"Iva, sudah baikan," ucap Nita yang menyusul di belakangnya.
"Lumayan."
"Ngomong-ngomong sekali-kali kenapa kamu tak mencoba menaiki kendaraan udara."
"Ah, tidak aku tidak ingin melawan rasa takutku."
Iva sejak kecil terlalu phobia dengan kendaraan udara, jadi saat ia akan berangkat dan pulang akan menggunakan kendaraan darat, meski saat ini sudah sangat jarang. Bila ia naik ke atas, itu juga membuatnya semakin kepanasan karena tidak ada pohon yang menyalingi perjalanannya. Saat ia akan mencoba menghubungi layanan darat, di jalan terdapat mahasiswa dan beberapa lapisan masyarakat yang berdemo, dari tulisannya adalah penolakan terhadap teknologi baru.
"Apa yang mereka lakukan," ucap Nita
Teknologi baru yang dimaksud adalah tentang penggunaan energi Roh, memang belum bisa dikembangkan secara keseluruhan yang hanya terbatas digunakan untuk bahan bakar alternatif, terdengar suara mahasiswa yang lantang menyuarakan bahaya dari energi Roh tersebut.
Baru 10 tahun, Roh menjadi ilmu pengetahuan baru yang sebelumnya menjadi mitos, pertentangan yang dilakukan oleh lapisan masyarakat itu bukan tanpa alasan. Menurut mereka, penggunaannya dapat memicu kehancuran. Dari beberapa peristiwa dan berita yang berkembang di internet. Dikatakan Roh dapat mempengaruhi psikologis pemakainya, beberapa diantara mereka pun menjadi gila. Dan kejadian paling menakutkan adalah 3 tahun yang lalu. Dimana di kota Resan, mereka mencoba meneliti lebih jauh tentang kekuatan Roh. Namun hal itu menimbulkan kecelakaan yang membuat seluruh area kota tersebut menghilang tanpa jejak sedikit pun.
"Padahal, kurasa lebih baik mereka belajar saja," ucap Iva.
"Sebenarnya aku juga khawatir dengan perkembangan pengetahuan manusia."
"Kurasa yang lebih mengkhawatirkan adalah perkembangan dadamu."
"Dan aku pikir bukankah kita sama rata?!"
"Tidak, aku lebih berkembang."
Candaan itu membuat Iva sedikit meringankan sakitnya, namun ketika melihat orang-orang yang berdemo tersebut, ia melihat lagi warna putih dan hitam yang menyelimuti mereka, hal itu membuat kepala Iva menjadi sakit kembali. Sehingga ia terduduk di dinding pembatas sungai.
"Kau tidak apa-apa Va, biar aku antarkan saja."
Temannya cukup khawatir dengannya, hal itu bisa terlihat dari ekspresinya. Ia melihat Iva saat ini begitu pucat. Temannya kemudian mengulurkan tangannya untuk membantu Iva berdiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Soulbit
Science Fiction(Tamat) ... 10 tahun lalu, seorang ilmuan yang sedang meneliti siklus hidup sebuah tanaman secara tak sengaja menemukan unsur baru yaitu Roh, yang sebelumnya menjadi mitos bagi masyarakat modern. Hal tersebut menjadi keberadaan baru dalam ilmu penge...