Chapter 9 - Confused

2.9K 253 8
                                    

Gimana malam jum'at kalian?
Sesuai janji, gue bakal update setiap malam jum'at. Karena memang lwbih banyak milih malam jum'at dari pada malam minggu. Entah mengapa, hehe.

***
Jangan lupa vote dan spam komen!
Koreksi kala ada typo!

Hope u like it❤

***

N

adine menepati janjinya untuk pergi makan siang bersama James. Ia baru saja memasukkan ponselnya ke dalam tas ketika Jason Hills menghampiri mejanya dengan senyum lebar. Pria itu meletakkan lengannya di atas meja kerja Nadine. Memberikan sapaan hangat yang sering dilakukan orang lain ketika bertemu.

Jason pria tampan yang memiliki tingkat kesopanan melebihi dirinya. Pria itu terlihat sangat manis ketika sedang tersenyum. Lagi pula Jason Hills rekan kerja yang baik kala berada di lingkungan perusahaan. Tidak pernah ada masalah dan selalu mengerjakannya tugasnya dengan baik dan benar.

“Apa ada hal penting yang harus kau sampaikan?” tanya Nadine karena ia sedang terburu-buru.

“Ini bukan hal penting, Nadine. Tapi—” Jason menggantungkan ucapannya. “Apa kau mau makan siang bersamaku?”

Nadine terdiam. Ia menatap bingung ke arah Jason yang masih setia berdiri di hadapannya. Kenungnya mengerut, merasa aneh dengan tawaran Jason. Kenapa tiba-tiba sekali?

Nadine mengabaikannya. Ia segera mengambil tasnya dan berkata kepada Jason, “Aku memiliki janji dengan orang lain, Jason. Mungkin lain kali.”

Setelah itu, Nadine langsung menunggalkan Jason yang terlihat sangat kecewa. Nadine memberhentikan taksi pertama yang ia lihat dan menyebutkan alamat restoran yang dikirim James memalui pesan singkat.

Selama di perjalanan, Nadine hanya diam tanpa melakukan apapun. Matanya menatap ke luar jendela. Sedangkan pikirannya sedang melayang jauh pada kejadian yang baru saja terjadi. Rasanya sangat aneh. Padahal Jason hanya mengajaknya makan siang.

Taksi yang ditumpangi Nadine berhenti. Ia membayar ongkos sebelum masuk ke dalam sebuah restoran Italia yang berdiri di pinggir kota. Seorang pelayan berpakaian putih dengan apron kecil berwarna hitam membungkuk ketika ia membuka pintu. James duduk di meja persegi di tengah restoran. Hanya pria itu. Restoran ini terlihat sepi. Tidak ada pelanggan, kecuali pekerja yang berada di balik meja kasir dan dua orang pelayan yang terlihat sedang melayani James.

Nadine melangkah cepat mendekati pria itu. Meletakkan tasnya di atas meja, dan duduk di kursi sambil memandang James yang tersenyum ketika melihatnya.

James mencondongkan tubuhnya ke arah Nadine untuk mencium kening wanita itu sambil berkata, “Aku merindukanmu.”

Nadine tidak menghiraukannya. Ia masih bingung melihat keadaan restoran yang sepi. “Kenapa hanya ada kita berdua?” tanya Nadine dengan kening mengerut.

James tidak menjawab. Pria itu hanya menyeringai, lalu meminum anggurnya dengan mata yang terus menatap ke arah Nadine. Wanita itu memicingkan matanya, berdecak sebal saat tahu apa yang dilakukan oleh pria bodoh di depannya.

“Kau menyewa tempat ini.”

James menggidikkan bahunya. “Lebih tepatnya, aku pemilik restoran ini.”

“Hah?” Nadine masih tidak percaya. “Kau tidak bercanda kan?”

James tidak menjawab. Dan sama sekali tidak ingin menjawab pertanyaan Nadine. Ia bersyukur kedatangan seorang pelayan pria yang membawa makanan pembuka menyelamatkannya.

Chance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang