Chapter 2 - I know You're Lie To Me

3.6K 308 2
                                    

Secara fisik, Nadine sama sekali tidak berubah sejak terakhir kali James melihat wanita itu, kecuali dengan garis wajah yang terlihat lebih dewasa dari beberapa tahun yang lalu dan garis hitam yang menghiasi bagian bawah mata Nadine.

Perempuan itu tetap terlihat seperti wanita yang ia cintai. Masih ceroboh dan terkadang menyebalkan. Tapi James tidak lagi melihat sikap manja yang pernah dimiliki gadis Asia-nya beberapa tahun yang lalu. James jadi berpikir, apa yang dilewati Nadine hingga berubah menjadi orang yang berbeda. Untuk sebagian orang, mungkin Nadine masih terlihat sama. Tapi tidak untuk James. Nadine di depannya bukan lagi Nadine yang dulu pernah mendekatinya hanya karena taruhan.

Tubuhnya bergerak begitu saja untuk berjongkok di hadapan Nadine dan menyelipkan salah satu tangannya di balik lipatan lutut Nadine. Lalu salah satu tangannya yang lain berada di balik punggung wanita itu. James senang Nadine tidak protes ketika ia menggendong wanita itu. Tangan Nadine melingkar secara alami ke lehernya dan sampo dari rambut Nadine tercium saat ia berusaha mengangkat tubuh perempuan itu.

Sampo yang digunakan Nadine jelas berbeda dengan sampo yang pernah digunakannya sepuluh tahun yang lalu. Aroma tubuh wanita itu juga jauh berbeda dari yang ia kenal. Nadine terasa lebih dewasa, seksi.. dan sangat menggoda. Tubuh Nadine seperti membawa aroma khas New York yang dinamis, passionaite, dan membangkitkan sesuatu yang sudah lama padam dari dalam diri, James. Nadine terasa seperti campuran wangi buah dan bunga segar serta woody tones dengan aroma musk  yang terasa sangat memabukkan.  Seperti perpaduan antara lemon dan pir hijau yang segar yang berpadu dengan peach blossom, jasmine, patchouli, dan vanilla yang terasa sangat sensual dan eksotis. Nadine benar-benar seksi tanpa harus mengenakan pakaian terbuka.

Sisi binatang dalam diri James terus menggerang, mempengaruhi otaknya untuk melakukan sesuatu pada tubuh Nadine yang berada di gendongannya. Setelah sekian lama, James benar-benar tidak bisa menahan sesuatu yang sudah ia hilangkan sejak lama. Nafsu. Berusaha untuk tidak menghiraukan teriakan yang menyiksanya, James melangkahkan kaki menuju bentley abu-abu yang sering ia kenakan saat be1 rpergian. Wanita itu juga masih belum melakukan pergerakan apapun ketika James meletakkannya di kursi penumpang, bahkan sampai ia duduk di samping Nadine sekalipun.

Tanpa bersuara, James menyuruh sopirnya untuk menjalankan mobil, membelah kota metropolitan New York yang selalu bercahaya dengan jutaan lampu yang bersinar tenang di malam hari.ķ7y

James menatap lurus ke depan sambil sesekali melirik ke arah Nadine, bertanya-tanya apa yang sedang dipikirkan oleh wanita itu saat ini. Sedangkan dia sendiri, James merasakan sesuatu yang sudah lama hilang semenjak kembali bertemu lagi dengan wanita itu. Sesuatu yang membuat dadanya berbunga-bunga dengan kupu-kupu yang berterbangan, menggelitik perutnya.

Merasa tidak nyaman dengan kebisuan yang melingkupinya, James mengeluarkan suara. "Nadine, are you okay?"

Wanita itu tetap dia tak bergeming. Tatapan Nadine kosong. Namun beberapa menit kemudian, sorot wajah wanita itu berubah menjadu keterkejutan.

Ia berkata dengan suara yang tercekat. "Kenapa aku bisa ada di sini?"

James tertawa singkat. Ia menatap Nadine dengan sorot penuh cinta dan kekaguman luar biasa kepada wanita yang sudah berhasil menghancurkan hatinya, serta membuatnya bingung selama bertahun-tahun. Nadine tidak pernah menghubunginya lagi sejak perpisahan mereka di bandara. Wanita itu seakan menghilang ditelan bumi. Tidak ada satupun kabar dari wanita itu di sosial media miliknya. Nadine juga tidak pernah membalas e-mail yang ia kirimkan. Terkadang ada saat-saat di mana James ingin menyusul Nadine ke Amerika. Tapi ia sadar, bahwa Amerika bukan negara yang kecil. Ia tidak ingin bersikap bodoh dan berbalik untuk kembali menata hidupnya sampai sesuatu yang gelap masuk ke dalam hidupnya. James sadar, menjadi seseorang yang memiliki kuasa, akan membuatnya dapat memiliki apapun dengan mudah, termasuk Nadine. Sampai James tidak tahu, bahwa kembali bersama Nadine tidak semudah yang ia bayangkan. Apalagi dengan bahaya yang pastinya akan mengancam kehidupan mereka di masa yang akan datang.

James harus benar-benar mempersiapkan segalanya, atau mereka akan benar-benar hancur seutuhnya.

***

Setelah sadar dari rasa keterkejutan yang membelenggunya, Nadine kembali merasakan serangan jantung mendadak saat ia sadar dirinya tidak lagi berada di jalanan, melainkan di sebuah mobil mahal dengan seorang pria di sampingnya. Sial. Nadine merasa marah pada dirinya sendiri, saat sadar bahwa James masih memiliki pengaruh yang sama di dalam dirinya. Ia tetap seperti dulu; kehilangan kewarasannya saat di dekat pria itu.

"Kau berada di dalam mobilku, cara." seringai James membuat Nadine merinding.

Nadine kembali diam, namun ia tetap mempertahankan kewarasannya. Ia diam hanya untuk berpikir, apa yang harus ia katakan kepada James. Bibirnya seperti terkunci rapat. Beberapa huruf yang tersusun di kepalanya kembali berantakan. James benar-benar masih menjadi pengendali penuh di dalam dirinya. Nadine kira perasaan itu sudah hilang,  perasaan gila yang tidak pernah ia bayangkan. Tapi, kala bertemu lagi dengan James, Nadine sadar rasa itu hanya tersembunyi dan kembali merekah saat pemiliknya muncul dihadapannya.

Nadine memutuskan untuk berpura-pura tidak mengenali James. Lagi pula pria itu jauh berbeda dari pria menyebalkan yang pernah ia kencani sepuluh tahun yang lalu. James terlihat lebih dewasa, semakin tampan.. dan membawa aura yang berbahaya. Nadine tidak tahu apa itu, tapi ia dapat merasakannya dengan jelas.

"Maaf, apa kita saling mengenal?"

Sambil menyipitkan matanya, Nadine kembali berpikir apa ia benar-benar melihat raut keterkejutan dari wajah James atau tidak. Ia menghembuskan nafasnya kasar, ketika berusaha untuk kembali menatap wajah James yang memperlihatkan raut datar.

"Berhenti bermain-main, Nadine!"

Tenggorokan Nadine tercekat. "Sepertinya anda salah orang, Tuan. Saya sama sekali tidak mengenal anda."

James mendengus. "Aku tidak yakin benar-benar kau tidak mengenaliku, cara."

"Tolong turunkan saya dari mobil anda, sekarang. Lagi pula kita tidak saling mengenal." Nadine berusaha tetap tenang.

"Kau tidak bisa memerintahku!" James membentak Nadine. Sehingga membuat wanita itu beringsut, berusaha menjauhi kemarahan James.

Nadine semakin yakin bahwa James benar-benar sudah berubah. James tidak pernah membentaknya sama sekali. Tidak. Pria itu pernah membentaknya saat kesalahannya terbongkar. Tapi saat ini Nadine sama sekali tidak merasa melakukan kesalahan, James tidak seharusnya membentak dirinya seperti ini.

"Sekali lagi saya katakan pada anda untuk menurunkan saya di sini, atau saya akan menelepon polisi!" jelas Nadine. Tangannya sudah menggengam erat ponsel yang berada di balik matelnya.

James tiba-tiba tertawa membuat ketakutan semakin menguasai Nadine. "Berhenti berpura-pura, cara. I know you're lie  to me."



Chance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang