Chapter 30 - Now It's Just Between You and I

688 76 13
                                    

Hi guys! Ketemu lagi sama aku dan pasangan fenomenal kesukaan kalian!

Merry Christmas bagi kalian yang merayakan! Walaupun gak kek tahun kemaren, semoga natal tahun ini sedikit memperbaiki setahun ini yang nyebelin banget.

Soo. this is like a little christmas gift to you. I know guys, it just nothing. Lmao.

Jangan lupa vote dan komen!
Koreksi kalo ada typo!

Happy Reading!

***

Saat Zoe memastikan pintu kamarnya terkunci dengan sempurna, ia langsung menempelkan telingannya ke daun pintu. Berusaha untuk menangkap suara apapun yang dapat ia dengar dari luar sana.

Tubuhnya bergetar hebat, kakinya terasa lemas seolah-olah ia sudah kehilangan pijakannya. Suara tembakan masih saja berdengung di telinganya, hingga Zoe merasa kepalanya ingin meledak. Sial. Ia tidak pernah dihujani banyak tembakkan sebelumnya.

Zoe berusaha menenangkan dirinya sebaik mungkin. Ia duduk di ujung tempat tidur sambil menautkan kedua tangannya dengan gelisah. Namun hal tersebut tidak berlangsung lama, ia kembali berdiri saat mendengar suara tembakkan yang berdenting.

"Ya Tuhan," katanya dengan pasrah.

Hatinya merasa resah. Memikirkan bagaimana nasib Lucas di luar sana. Ia tidak bisa membayangkan jika Lucas terluka. Bagaimana jika peluru menembus tubuh pria itu? Zoe tentu saja mencinta pria itu. Ia tidak ingin kehilangan Lucas.

Dengan cepat Zoe menggelengkan kepalanya, berusaha untuk mengusir pemikiran bodoh tersebut dari kepalanya. Akan tetapi, pikiran-pikiran menakutkan itu semakin memenuhinya seperti kaset rusak.

Lucas memang memiliki tubuh atletis yang besar. Zoe yakin kalau pria itu bisa berkelahi. Tapi tetap saja, rasanya mustahil untuk melawan dua oang bersenjata yang bahkan tubuhnya lebih besar dari Lucas.

Dengan tubuh yang mengeluarkan keringat dingin, Zoe berusaha untuk menetralkan napasnya sendiri. Ia sadar, sudah terlalu lama ia tidak bernapas dengan baik. Namun gagal, saat dadanya terasa lebih sesak dari sebelumnya.

Zoe kembali menempelkan telinganya ke daun pintu, akan tetapi ia tetap tidak dapat mendengar suara apapun dari luar semenjak suara tembakan yang berdeting tadi.

Namun saat Zoe ingin kembali duduk di depan meja riasnya, ia terperanjat kaget karna mendengar suara tembakan yang memekakkan telinga. Terdapat jeda yang cukup lama sebelum suara tembakan kedua kembali terdengar. Bersamaan dengan itu, Zoe merasa kalau jantungnya juga ikut berhenti.

Rasanya ia ingin keluar dari kamar ini sekaramg juga, dan memastikan dengan kedua matanya sendiri kalau Lucas baik-baik saja di luar sana.

Tubuh Zoe membeku. Tanpa sadar air mata sudah membasahi wajahnya. Memikirkan tubuh Lucas yang tergeletak penuh darah di luar sana membuat wanita itu merasa dunianya seakan hancur. Zoe tidak dapat membayangkan bagaimana hidupnya berjalan tanpa pria tidak tahu aturan dan kasar seperti Lucas.

Saat Zoe merasa tubuhnya akan jatuh ke lantai marmer yang dingin, tiba-tiba pintu kamarnya diketuk dengan cukup keras. Zoe yang terkejut mundur beberapa langkah sambil menatap daun pintu dengan insting primitif yang terasa lebih sensitif dari sebelumnya.

Chance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang