No matter how strong I tried to escape, death is always chasing and waiting for you.
A thousand words won't bring you back;
I know because I've tried.
Neither will a thousand tears;
I know because I've cried.***
Dengan Jayden kecil yang berada di gendongannya, Nadine menatap gundukan tanah yang ada di depannya dengan pandangan kosong. Zoe yang berdiri di samping Nadine berusaha untuk menenangkan wanita itu dengan memberikannya pelukan sambil mengelus punggung Nadine dengan lembut.
Myraquel yang berdiri di dekatnya, tidak dapat menahan air matanya. Menatap putri dan cucunya dengan sorot penuh kesedihan.
Banyak wajah asing yang menatap Nadine dengan iba. Mengasihaninya atas kepergian orang yang terkasih. Nadine benci dikasihani seperti ini, rasanya ia ingin berteriak dan meminta agar semua orang meninggalkannya sendirian.
Dengan susah payah Nadine menahan diri dari semua kalimat duka yang ia terima dari para pelayat selama proses pemakaman. Bersikap seakan mereka memahami rasa kehilangan yang dialami Nadine, dan memintanya untuk tetap kuat. Seakan itu adalah hal yang mudah ia lakukan setelah kematian orang yang terkasih. Sang cinta pertama.
Selagi Nadine menatap ke arah peti mati yang perlahan dimasukan ke dalam tanah, Zoe mengambil alih Jayden yang menangis di pelukannya. Zoe berdiri di samping Lucas yang hanya diam dengan tatapan gelap saat menyaksikan proses pemakaman.
Saat peti mati terkubur bersama tanah yang menutupinya, Nadine merasa seakan cerita dan kehidupannya telah berakhir bersamaan dengan tubuh yang terkubur di bawah sana.
Seluruh kenangan lama yang kembali berputar di kepalanya, membuat Nadine merasa dadanya semakin sesak. Ia kesulitan bernapas, jeritan-jaritan dari jiwa yang ikut mati di dalam dirinya terasa begitu menyakitkan.
Akhirnya tembok pertahan Nadine runtuh. Saat satu persatu orang-orang mulai meninggalkan area pemakaman, tangis Nadine tumpah. Ia menjerit dengan rasa sakit yang menggerogoti jiwanya. Nadine meraung dengan keras, mencoba untuk menghilangkan rasa sesak di dadanya.
"Nadine," ujar Zoe dengan lembut saat Nadine mulai memukul-mukul gundukan tanah di depannya.
Jayden sudah pergi bersama Myraquel. Hanya tersisa Nadine bersama Zoe dan Lucas di area pemakaman. Saat melihat Nadine yang menjerit dengan penuh rasa sakit, Lucas membalikkan tubuhnya. Merasakan kehilangan yang sama seperti yang dialami wanita itu. Hanya saja ia tidak bisa menangisinya.
"Kenapa harus berakhir seperti ini, Zoe?" kata Nadine dengan penuh air mata.
Ia menarik-narik pakaian Zoe berharap mendapat jawaban dari wanita itu. Namun Zoe hanya diam dan berlutut di hadapannya berusaha untuk merengkuh Nadine ke dalam pelukannya.
"Aku tahu ini tidak mudah, Nadine."
Nadine memukul-mukul dadanya sendiri. "Rasa sesaknya tidak menghilang, Zoe..."
"Mengapa semuanya menjadi berantakan. Bukankah seharusnya kami berbahagia karna kelahiran Jayden."
"Seandainya aku bisa membunuh Alfonso untuk kedua kalinya. Aku akan membuat kematiannya penuh penyiksaan secara perlahan," kata Nadine dengan nada yang sangat dingin. Matanya menggelap, air mata yang menggenang di kelopak matanya di usapnya dengan kasar.
![](https://img.wattpad.com/cover/158408579-288-k51468.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Chance
RomanceSequel of Seducing James Beberapa tahun berlalu, James menjadi seseorang yang dingin dan tidak tersentuh. Perasaannya benar-benar sudah hilang dan mati semenjak cintanya sendiri pergi dari hidupnya karena kesalahan bodoh yang ia perbuat. Berambisi u...