Chapter 32 - Reid Legacy : Jayden Nicolas Reid

601 71 19
                                    

Zoe menatap layar ponselnya dengan bingung. Panggilannya dengan Nadine sudah terputus, namun ia masih terpaku pada layar ponsel bertanya-tanya mengenai permintaan Nadine yang terdengat tidak masuk akal untuknya.

Saat Zoe masih berkutak dengan pikirannya, Lucas yang datang entah dari mana menepuk bahunya hingga membuat wanita itu terperanjat kaget.

"Damn It! Kau mengagetkanku," kata Zoe sambil berusaha untuk menormalkan detak jantungnya.

"Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Lucas. Ia bergabung dengan Zoe duduk di atas rumput hijau di belakang rumah yang langsung menghadap pada sungai.

Zoe tidak langsung menjawab. Namun ia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini untuk berbicara pada Lucas. Jadi, dengan sedikit gugup dan kebingungan, Zoe berusaha untuk memenuhi permintaan Nadine.

"Ada apa, Neonata? Apa ada sesuatu yang ingin kau katakan?"

"Bisakah aku meminta satu hal?" tanya Zoe sambil mengalihkan matanya untuk menghindari tatapan menutut Lucas.

"Katakan. Apa yang kau inginkan?"

"Aku tidak ingin kau memperbaiki dapurnya," ujar Zoe dengan cepat hingga Lucas sedikit kesulitan untuk menangkap maksud perkataan wanita itu.

"Bisa kau ulangi?"

Zoe menarik napas kasar. "Dapurnya. Dapur apartemenku. Aku tidak ingin kau memperbaikinya. Cukup rapikan saja."

"Dan jangan tanyakan alasannya," lanjut Zoe.

Lucas terdiam. Ia menatap Zoe dengan curiga. Wanita itu benar-benar bersikap aneh. Dan rasanya terlalu random jika mereka tiba-tiba membahas tentang dapur.

"Aku tidak bisa membiarkan dapurnya berantakan, Neonata. Hal itu terjadi karena aku. Anggap saja kalau aku bertanggung jawab karna merusak propertimu."

Zoe menatap Lucas sesaat sebelum kembali beralih menatap lurus ke arah danau dan pohon-pohon tinggi yang berdesir tersapu angin.

"Rapikan saja, dan itu sudah cukup. Kau tidak perlu menghanti furnitur, atau menancapkan satu paku pun di sana."

"Hanya itu yang aku pinta. Apa itu terlalu berat?" tanya Zoe.

Lucas dengan refleks menggeleng. "Tentu saja tidak. Kau bisa melakukan apapun dengan apartemenmu."

"Jadi kau bersedia untuk mengabulkan permintaanku?"

Dengan berat hati Lucas menyetujuinya, bersamaan dengan ribuan pertanyaan yang menumpuk di dalam pikirannya. "Ya."

"Syukurlah," kata Zoe singkat.

Setelah itu tidak ada pembicaraan di antara keduanya. Zoe yang berkutat bersama pertanyaan bingung mengenai permintaan konyol Nadine,  sedangkan Lucas bertanya-tanya hal apa yang membuat Zoe seakan-akan menyembunyikan dapurnya.

Bahkan wanita itu sangat berisikeras agar ia tidak menyentuh dapurnya. Apakah karna semua senjata itu? Hal yang paling tidak ingin di percayai Lucas adalah, fakta kalau Zoe pemilik dari semua senjata itu. Jika hal itu memang benar, berarti ia tidak mengetahui apapun tengang wanita itu.

Seluruh kecurigaannya menumpuk menjadi satu. Hal itu membuat Lucas bertanya-tanya apa yang sebenarnya disembunyikan Zoe darinya. Apa yang tidak ia ketahui tentang wanita itu.

Ia tidak akan bersikap seperti ini kalau Zoe hanya memiliki satu senjata. Faktanya terlalu banyak senjata dan alat peledak di apartemen gadis itu. Hal yang sangat tidak biasa dimiliki oleh manusia manapun dengan kehidupan normal.

Zoe bangkit dari duduknya. Ia menepuk bokongnya beberapa kali untuk membersihkan sisa-sisa debu yang tertempel di celananya.

Lucas yang masih duduk di rumput hijau menatapnya. "Kau mau kemana, Neonata?" tanya Lucas

Chance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang